Siang ini lumayan terik di sekitaran kampusku. Aku masih wara wiri mencari cari sosok yang tak nampak batang hidungnya sedari tadi, Febi. Dia dimana sih, pas dicari, dibutuhin malah ngilang. Nita dan Erni pun aku tanya jawabannya hanya gelengan kepala. Febi emang lumayan sering bolos jam kuliah, tapi biasanya dia tetep datang ke kampus, nongkrong di kantin. Tapi kali ini bener bener nihil, dia tidak terlihat dimanapun.
Tak kunjung menemukannya aku menyerah, kusandarkan pinggangku ke bangku taman depan kantin Mak Emi. Angin semilir menerpa badan. Memang area tempat aku duduk sekarang ini, salah satu tempat favorit di kampus, rindang dan sejuk. Di belakangku ada dua pohon beringin besar berjejer dengan akar nafas yang menjuntai ke bawah seolah sedang berlomba untuk mencapai tanah. Mataku masih sedikit merasakan kantuk. Tiba - tiba pundakku ada yang menepuk dari belakang, aku cukup kaget, dan lebih kaget lagi saat aku menoleh Erni berdiri di belakangku.
"Ngapain? Nglamun?", Erni bertanya dengan senyumnya. Detik berikutnya aku hanya terbengong.
"Hei, kesambet nih", Erni mengguncang guncangkan bahuku, karena tidak mendapat respons dariku.
"Heee, ngadem Er", jawabku sedikit gelagapan. Tangan mungilnya terlepas dari bahuku. Erni mengambil tempat duduk di sebelahku. Aku sedikit kaget, karena kami pada dasarnya tidak terlalu akrab.
"Tadi, kamu nyari Febi, emang e ada apa sih?", Erni bertanya memulai pembicaraan.
Sesaat aku bingung mau jawab apa. Karena nggak mungkin juga hal ini aku ceritakan ke Erni. Jelas dia nggak bakal faham. Hanya Febi yang mengerti hal beginian, pikirku.
"Wah, rahasia nih kayaknya", Erni melanjutkan obrolan yang terasa satu arah karena aku tidak menjawab sepatah kata pun.
"Enggak, bukan gitu kok, aku cuma pengen tanya tanya kisah mistis yang pernah dia alami, untuk program radio", jawabku mencari alasan.
"Ohh, kamu masih siaran ya? Padahal kita hampir di semester akhir, tugas juga makin banyak, kamu hebat ya bisa ngatur waktu", Erni manggut manggut.
"Yah, hobby sih, hobby yang ada duitnya lebih tepatnya. .he he", jawabku sambil mencoba tersenyum semanis mungkin.
"Keren ya kamu, mandiri", Erni terlihat bersungguh sungguh dengan ucapannya. Beberapa saat kami saling pandang. Dan jantungku serasa memompa darah lebih cepat dari seekor rusa yang berlari dikejar singa. Bisa jadi saat ini Erni bisa mendengar detak jantungku, saking kerasnya.
"Heyyooohhh, pacaraaann", Irul datang mengagetkan aku dan Erni dengan suara lantangnya.
"Jasit, kaget aku nyuk", aku refleks berusaha memukul bahu Irul. Dia mengelak, sambil tertawa puas.
Benar-benar perusak suasana tuh bocah, pikirku.
"Opo sih serius amat, jangan bilang kamu ditembak Dani yo Er?", Irul bertanya pada Erni dengan wajah tanpa dosa. Erni hanya tersenyum, namun itu sudah cukup membuat hatiku penuh bunga, semua hal yang ingin kubicarakan dengan Febi tadi lenyap, hilang, musnah, cukup dengan melihat senyum Erni, bidadariku.
"Eits, lambemu Rul", sergahku sedikit terlambat.
"Eh, kamu tadi lihat Febi ndak?", aku bertanya pada Irul.
"Aku tadi lihat dia sedang di ruang BEM sendirian, semedi kali", jawab Irul cengengesan.
Erni beranjak dari tempat duduknya.
"Ayok Dan, kita ke tempat Febi, tadi nyariin kan?", Ajak Erni, yang langsung ku jawab dengan anggukan mantab.
"Lhah, aku ngikut dong", Irul terlihat merengek seperti anak kecil Akhirnya kami bertiga menuju ke tempat Febi.
. . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Yuli a
lah kalau pada ikut, ya entar pada tau dong
2025-01-26
0
Zuhril Witanto
ibunya Dani dirumah berdua ma adiknya
2024-01-28
0
Yuni Fitriaty
bapak ny Dani kmana y Thor? kok ada muncul di cerita
2023-09-16
3