Sebulan sudah berlalu, Avril dan kakek nya mulai menjalani kehidupan seperti biasa, walaupun mereka masih sangat sering bersedih hati.
Avril memilih untuk tinggal bersama kakek nya dan tidak kembali ke Indonesia karna tidak punya siapa-siapa lagi disana.
hari ini Avril dan kakek nya sedang berada di rumah sakit untuk membawa Tasya pulang dari sana.
"terima kasih dokter" kata kakek pada dokter Tirta yang sudah mengobati Tasya.
"sama-sama pak, itu sudah jadi kewajiban kami. hati-hati di jalan" balas dokter Tirta sambil tersenyum.
kakek mengangguk dan dengan perlahan ia membantu Tasya untuk berjalan, dengan Avril di sisi kanan Tasya.
mereka keluar rumah sakit dan pulang menaiki taksi karna mereka tidak ada kendaraan lagi.
sejak sadar, Tasya hanya diam dengan tatapan kosong dan memejamkan mata nya saat berada di dalam mobil.
Avril curiga kalau kakak nya ini mengalami trauma karna kecelakaan waktu itu.
"Avril seneng banget kakak udah pulih" Avril tersenyum sambil memeluk lengan kakak nya.
"sampai di rumah langsung makan ya, kakek sudah masak" kata kakek yang di angguki oleh Avril.
sesampainya di rumah Tasya masih terdiam tak mengucapkan sepatah kata pun, mungkin dia masih shock.
masuklah mereka ke rumah dan Avril mengantarkan kakak nya ke kamar tidur yang sudah di siapkan dari jauh-jauh hari.
Avril membantu Tasya untuk tiduran di kasur lalu duduk di samping nya.
"kakak makan ya, Avril ambilin nih" tak ada jawaban dari Tasya.
Avril pun keluar kamar dan mengambil makanan untuk kakak nya lalu kembali lagi ke kamar.
"nih kak, mau Avril suapin ga?" tanya Avril tulus.
Avril membantu Tasya duduk dan bersandar pada dipan agar bisa makan.
setelah nya Avril mengambil sendok dan mengarahkan makanan tersebut ke mulut Tasya.
Tasya diam dan memperhatikan sendok itu sekilas lalu menatap Avril dengan wajah sinis.
"gue gamau" ketus Tasya kepada Avril.
"kenapa kak? biar cepet sembuh" Avril kembali menyodorkan sendok yang berisi makanan.
brak!
Tasya menepis tangan Avril dan menjatuhkan piring yang berisi makanan ke lantai dengan kasar.
sontak Avril kaget dan terdiam sambil menatap kakak nya.
"Lo apaan sih? gue bilang gamau ya gamau!" Tasya membentak Avril membuat gadis itu takut.
"Lo tuh kebiasaan ya pemaksa banget jadi orang, sama kaya waktu itu, maksa mama buat dateng ke ulang tahun lo, alhasil kita semua kecelakaan. dasar pembawa sial!"
Avril diam dan meneteskan air mata nya saat mendengar teriakan Tasya yang membuat nya kembali merasa bersalah.
"gausah nangis, ini semua gara-gara lo. mama, papa, sama abang ga ada karna lo!"
Tasya menatap tajam ke arah Avril yang semakin deras menangis.
hati Avril sangat sakit saat tau Tasya menyalahkan diri nya.
"maaf kak.." Avril bangun dan membersihkan sisa makanan sekaligus piring pecah yang ada di lantai sambil menangis tersedu-sedu.
tangan Avril sedikit terkena goresan karna beling yang tak sengaja mengenai jari nya, alhasil darah segar mengalir.
setelah semua bersih, Avril keluar kamar dan pergi entah kemana sambil menangis.
Tasya mengalihkan pandangannya ke arah jendela dan menghela napas.
"bisa-bisa nya lo bersikap ga terjadi apa-apa padahal ini semua salah lo" monolog Tasya meneteskan air mata karna ia tahu bahwa mama, papa, dan abang nya tak selamat dalam kecelakaan itu.
Avril pergi ke kamar nya dan duduk di atas kasur sambil menangis sesenggukan dan merengkuh.
"hiks.. ini semua salah aku" Avril semakin menyalahkan diri nya sendiri dan merasa sangat jahat karna menyebabkan keluarganya tiada.
"mama, papa, abang.. Avril jahat banget ya bikin kalian semua pergi, Avril seharus nya ga minta kalian buat dateng kesini.." ingin sekali Avril memutar waktu dan membiarkan mama, papa dan abang nya tetap di Jakarta, tak usah datang ke Bogor.
namun apa boleh buat, semua sudah terjadi dan Avril hanya bisa merenungi kesalahan nya (?)
beralih ke kakek, ia masuk ke kamar Avril dan melihat cucu nya yang tengah menangis tersedu-sedu di atas kasur.
kakek duduk di samping Avril dan mengelus kepala nya membuat gadis itu terkejut.
"cucu kakek kenapa nangis?" tanya si kakek.
Avril menunduk, menyembunyikan wajah sembab nya dari si kakek, entahlah kenapa ia malu karna menangis di depan kakek.
"Avril yang bikin mama, papa sama abang meninggal, kek" Avril kembali menangis.
"loh kata siapa?" Avril menggeleng pelan dan kembali menangis sesenggukan.
"A - avril ngerasa bersalah.. ini semua gara-gara Avril" kakek sedih mendengar ucapan Avril yang menyalahkan diri nya sendiri atas semua yang terjadi.
kakek membawa Avril kedalam dekapan nya dan mencoba menenangkan cucu kecil nya itu.
"siapa yang bilang ini semua gara-gara Avril? cucu kakek mana mungkin begitu. ini semua terjadi karna kehendak Tuhan, tidak ada yang bisa di salahkan disini" kakek mencium kepala Avril dengan penuh kasih sayang.
"Avril jangan menyalahkan diri sendiri, ini bukan salah Avril. ga ada yang mau kejadian seperti ini tapi memang sudah takdir nya" Avril mendengarkan kata kakek dan mengangguk pelan walaupun sejujurnya ia masih menyalahkan diri nya sendiri tapi untung lah kakek dapat menenangkan nya.
"sudah jangan sedih, ayo makan"
kakek mengajak Avril untuk pergi ke ruang makan dan makan bersama nya.
tapi entah mengapa selera makan Avril hilang dan suasana hati nya tidak baik setelah mendengar ucapan Tasya tadi.
bentakan dan teriakan Tasya yang menyalahkan nya, terus saja berputar di kepala Avril membuat diri nya terus bersedih.
"kakek, Avril ga makan deh. nanti malem aja, dadah kakek" Avril pamit dan jalan lagi ke kamar, di seberang kamar nya ia melihat kamar Tasya yang masih tertutup rapat.
Avril menghela napas dan kembali masuk ke kamar lalu merenung.
sedangkan kakek, ia ikut sedih melihat tingkah Avril yang semakin hari semakin murung.
"semoga kamu kuat" itulah yang di harapkan kakek kepada cucu nya yang tengah berduka.
kakek berharap ia bisa menjadi penyemangat sekaligus pembangkit dalam hidup Avril dan senantiasa bersama nya sampai ajal si kakek menjemput.
tak lama kemudian ada suara pintu terbuka dan menampilkan Tasya yang baru keluar dari kamar dengan wajah jutek.
ia menghampiri kakek
"kakek, hp Tasya mana?" tanya Tasya dengan nada sedikit tinggi.
"hp mu pecah layar nya, ada di laci kamar" tanpa menjawab apa-apa, Tasya langsung masuk lagi ke kamar.
"Tasya ga makan dulu?" tanya kakek sedikit berteriak.
"ga laper" jawab Tasya singkat lalu mengunci pintu kamar dan mencari letak handphone nya di laci.
untung saja ketemu, di lihat nya ponsel itu dan benar saja, layar nya pecah tapi masih bisa berfungsi walaupun dalam keadaan low baterai.
"ck sialan"
•••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments