Keduanya begitu kaget saat mendengar suara orang yang memanggil dari luar. Kalea bahkan langsung mendorong bahu Rajendra karena begitu panik, suara itu adalah suara Mamanya Rania.
"Itu Mama Kak," kata Kalea panik.
"Ssshhh, Kalea tenanglah, Bibi tidak akan masuk kalau kau tidak membuka pintunya," tutur Rajendra memegang tangan Kalea, mencoba menenangkan kekasihnya itu.
"Kakak sembunyi dulu, aku akan menemui Mama. Jangan sampai Mama melihat Kakak disini," kata Kalea masih begitu panik, ia sangat takut jika Mamanya akan melihat Rajendra dikamarnya.
"Kalea, Sayang? Apa kau masih tidur?"
Tok Tok Tok
Suara Rania kembali terdengar membuat kepanikan Kalea meningkat.
"Kak, buruan pergi!" seru Kalea menarik tangan Rajendra agar pria itu segera beranjak darisana.
Rajendra merengut kesal, ia mengacak-acak rambutnya frustasi, kenapa susah sekali rasanya jika ingin berduaan dengan Kalea. Padahal Rajendra sudah menunggu waktu ini tiba. Dengan sangat terpaksa ia akhirnya beranjak dan bersembunyi di dalam kamar mandi.
Kalea menarik nafas panjang lalu menghembuskan perlahan, ia memastikan Rajendra benar-benar sudah bersembunyi barulah ia membuka pintu kamarnya.
"Mama," kata Kalea, sebisa mungkin membuat wajahnya untuk terlihat biasa saja.
"Baru bangun?" Rania memperhatikan wajah anaknya.
"Iya Ma, Kalea capek banget nih. Ada apa Mama kesini?" tanya Kalea menyahut dengan cepat.
"Mama hanya ingin mengantarkan gaunmu untuk malam nanti Sayang," ujar Rania seraya mengulurkan sebuah gaun yang sengaja dibawanya untuk putrinya.
"Wah, terima kasih Ma. Gaunnya cantik banget ini," kata Kalea berdecak kagum melihat gaun yang dibawakan oleh Mamanya.
"Coba dulu Sayang, Mama ingin melihatnya, ayo." Rania mengajak putrinya untuk mencoba gaun yang dibawanya.
"Eh, Mama tidak boleh masuk!" Kalea reflek berseru begitu Rania ingin masuk kedalam kamarnya. Disana ada Rajendra, ia tidak mau jika sampai ketahuan memasukan lelaki didalam kamarnya.
"Loh, kenapa? Mama cuma mau lihat aja kok," ucap Rania begitu heran dengan sikap putrinya yang tidak biasa itu.
"Itu Ma ... Ehm ... ." Kalea kebingungan mencari alasan apa yang harus ia ucapkan pada Mamanya.
"Aku ingin mencoba baju ini nanti setelah mandi saja, Ma. Ya! Ya! Aku mau mandi dulu baru mencoba bajunya," lanjut Kalea mencari alasan yang cocok.
Rania mengerutkan dahinya, merasa sikap putrinya itu sangat aneh. Tapi alasan yang diucapkan Kalea cukup masuk akal juga, membuat Rania mulai mengendurkan wajahnya.
"Oh, baiklah. Mama akan turun dulu kalau begitu. Tadi Papamu juga minta bantuin Mama buat ngecek berkas," ujar Rania mengelus lembut lengan putrinya.
Kalea mengangguk cepat-cepat seraya mengulas senyum manis. Hatinya begitu lega karena Mamanya tidak curiga. Setelah memastikan Mamanya tidak terlihat, Kalea bergegas masuk dan mengunci kamarnya kembali.
"Untung saja Mama percaya," gumam Kalea mengusap dadanya.
Kalea lalu ingat tentang Rajendra yang masih didalam kamar mandi, ia bergegas kesana untuk melihat keadaan pria itu.
"Kakak," panggil Kalea mengetuk pintu kamar mandi.
Tidak membutuhkan waktu lama Rajendra langsung muncul di pintu begitu mendengar suara Kalea.
"Bibi sudah pergi?" tanya Rajendra.
"Iya sudah, Kakak juga sebaiknya pergi darisini. Jangan sampai orang tua kita melihat Kakak ada disini," kata Kalea masih begitu takut jika orang tuanya akan tahu hubungan mereka.
Rajendra dan Kalea memang masih menyembunyikan hubungan mereka, karena Kalea merasa belum saatnya memberitahu kedua orangtuanya. Apalagi Kalea juga masih kuliah dan juga mereka berdua masih sepupu dekat.
"Biarkan saja mereka tahu, kita juga tidak mungkin merahasiakan hubungan kita terus menerus 'kan Sayang?" ujar Rajendra justru malah menarik pinggang Kalea hingga tubuhnya menempel erat.
Kalea tersentak, seketika kegugupan langsung menguasai dirinya. Ia paling tidak bisa jika bertatapan langsung dengan Rajendra, pria itu seperti punya pesona yang begitu menyilaukan.
"Kakak lupa, kita berjanji akan merahasiakan semuanya sampai aku lulus kuliah?" kata Kalea terbata-bata.
"Hm, itu masih lama sekali. Apa sebaiknya aku melamarmu sekarang saja?" ujar Rajendra sudah begitu tidak sabar untuk memiliki Kalea seutuhnya. Jadi mereka tidak perlu menyembunyikan lagi perasaan cinta mereka.
Kalea tersenyum kecil, ia mencubit pipi Rajendra dengan gemas. "Ada-ada aja, memangnya Kakak berani mengatakannya pada Papa?" kata Kalea menantang.
"Hei, jangan mengujiku, Nona. Aku bahkan berani mengatakan pada dunia kalau kau satu-satunya wanita yang aku cintai, bagaimana?" ujar Rajendra mengerlingkan sebelah matanya, senyumannya kian manis menunjukkan kedua lesung pipinya.
"Hahaha, dasar gombal. Sudah Kak, lepaskan aku dan cepat pergi darisini. Aku mau mandi," cibir Kalea merasa ucapan Rajendra itu terlalu gombal.
"Pergi kemana? Kau bahkan belum memberikanku ucapan selamat datang," ujar Rajendra semakin mengeratkan pelukannya, ia melangkahkan kakinya mendekat hingga membuat Kalea mundur.
"Ucapan selamat datang?" Kalea bertanya tidak mengerti, ia kembali didera kegugupan saat Rajendra terus merangsek maju.
"Ya, apakah kau tidak ingin memberikannya?" kata Rajendra terus saja berjalan maju.
"A-aku tidak mengerti maksud Kakak," ucap Kalea semakin gugup, ia terus berjalan mundur sampai kakinya menyentuh ranjang dibelakangnya.
"Kak," lirih Kalea mulai terpaku dengan wajah tampan pria yang menjadi pemilik hatinya itu.
Rajendra tersenyum, seperti sebuah angin yang bergerak tanpa komando, Rajendra mendekatkan wajahnya dan menyentuhkan bibirnya diatas bibir Kalea yang manis. Melu matnya dengan lembut dan penuh perasaan.
Kalea tak kuasa menolak akan hal itu, ia mengalungkan tangannya dan membalas ciuman kerinduan dari Rajendra. Rasa cinta yang menggebu-gebu itu membuat ciuman mereka semakin memanas dan Rajendra mulai berani untuk mendorong Kalea ke ranjang.
Kalea sempat terkejut akan hal itu, tapi Rajendra sudah lebih dulu menciumnya kembali dengan lebih intens lagi, membuat Kalea mulai terlena akan ciuman itu.
"Kak ... Hentikan," lirih Kalea mengigit bibirnya saat Rajendra mencium lehernya dengan bibirnya yang basah.
"Aku ingin memilikimu Lea," ujar Rajendra memandang Kalea dengan tatapan sendunya.
"Jangan sekarang Kak, kita belum ..." Kalea menggeleng pelan, membalas tatapan Rajendra dengan sorot meminta maaf.
Rajendra mengerti apa maksud Kalea, memang tidak seharusnya ia melakukan hal tidak baik itu. Tapi terkadang rasa cinta dalam diri Rajendra begitu menguasai dan ingin segera menjadikan Kalea miliknya seutuhnya.
Apalagi diumurnya yang ke 25 tahun ini membuat Rajendra seperti merasakan hormon yang tidak biasa sebagai seorang pria, ditambah pergaulannya diluar negeri yang begitu bebas, tentu membuat pola pikirnya berubah.
"Maafkan aku, Kak." Kalea kembali berbicara, ia memandang Rajendra dengan tatapan bersalahnya.
"Hei, kenapa minta maaf? Aku tidak masalah Lea, seharusnya aku yang meminta maaf padamu," kata Rajendra tersenyum menenangkan.
"Kakak tidak marah?"
"Marah, aku marah karena kau tidak menjemputku di bandara, pacar macam apa kau ini?" kata Rajendra memasang wajah berpura-pura kesal.
"Kakak juga tidak bilang akan pulang kapan kalau aku tanya, jadi aku tidak salah," tukas Kalea tidak terima disalahkan.
"Tapi tetap saja kau tidak menjemputku. Jadi, kau harus aku hukum," kata Rajendra tersenyum jahil.
Setelah mengatakan hal itu, Rajendra menciumi leher Kalea membuat wanita itu tertawa karena kegelian.
"Kakak, geli Kak, aduh lepaskan aku."
Suara tawa Kalea terdengar begitu renyah seolah begitu bahagia. Rajendra juga semakin gemas menciumi sepupunya itu dengan bibir basahnya. Entah apa yang akan terjadi jika kedua orang tua mereka tahu hubungan mereka itu, tapi apapun yang terjadi, Rajendra akan tetap mempertahankan Kalea karena ia sangat mencintai sepupunya itu.
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
paling hubungan mereka di tentang habis oleh keluarga
2024-08-23
0
Masiah Cia
hiiii ....koq bisa yah jatuh cinta sm sepupu dekat,ibu nya saudara kandung....jd ifiil
2023-09-06
1
Isma Ismawati
Hadir di bab kedua, makin penasaran 😍
2023-08-25
2