Kemarahan Rayhan

Rayhan menuju kamar putranya, dia baru dua jam di ruang kerja sudah kangen saja dengan si gembul, Ray melihat bu Sukma mengganti popok Baby Jo yang basah, bu Sukma meminta izin pada Rayhan supaya memakaikan popok saja bukan diapers, dia takut Jo akan iritasi kalau terlalu lama memakai diapers.

" Fira mana bu? Kok bu Sukma sendirian saja?" Tanya Rayhan.

" Mungkin nyonya masih kecapean tuan, dan masih butuh banyak jstirahat, lagian Baby Jo juga tidak minum asi, jadi beliau terlalu nyaman di kamarnya." jawab Sukma.

Rayhan mengerutkan keningnya, bisa bisanya seorang ibu lebih memilih tidur, daripada menjaga anaknya. "dari tadi dia belum kesini sama sekali?" tanya Rayhan lagi.

"Maaf, belum tuan." jawab Sukma.

Rayhan sangat geram, dia langsung menuju ke kamar Dira dan membuka pintu kamar tersebut dengan pelan, pengen tahu apa yang di lakukan oleh perempuan tersebut. Rayhan tidak melihat Dira di mamaoun juga, pemuda tersebut mulai mencari, dan akhirnya Rayhan melihat Dira sedang asyik telponan dengan seseorang dan tertawa bahagia di sana, bahkan Dira mengangkat kakinya di atas meja sambil memangku buah anggur.

Sungguh pemandangan yang sangat langka, Rayhan yang sudah kesal, tambah kesal, dia keluar ke balkon dan langsung menarik tangan Dira dengan kasar, sehingga Dira dan ponselnya jatuh ke lantai. " Aurghh sakit." keluh Dira, dia mengelus pantatnya yang panas.

"Ibu macam apa kau ini, putramu sendirian di kamarnya, kau tidak tahu, dan malah asyik asyikan tertawa di sini." marah Rayhan.

"Kenapasih mas, kan sudah ada bu Sukma, lagian badanku masih pegel pegel nih, begitu saja kok repot, untuk apa kita kerjakan bu Sukma kalau aku yang mengerjakan semuanya sayang, aku masih mem..."

Dira belum menyelesaikan ucapannya, tapi sudah di hentikan oleh Rayhan, dia mencengkeram kuat rahang Dira. Dira tak bisa berkutik sama sekali, hanya sakit yang dia rasakan saat ini.

" Katakan siapa sebenarnya dirimu ha, kau bukan istriku kan katakan siapa kau?" tanya Rayhan dengan nada tinggi. Rayhan melepaskan cengkraman tangannya.

"Aku FIra mas istrimu, kalau di kampus dan nama tenarku Nadira, nama asliku Safira, kenapa mas, apakah aku tidak boleh bersantai sejenak, aku sudah hamil sembilan bulan, rasanya juga capek mas, sembilan bulan kemana mana menggendong bayi kita kemana mana, cuma sebentar saja aku ingin santai kau malah meragukan aku. " jawab Dira, dia memang pandai berakting, bahkan mimik wajahnya juga sangat meyakinkan.

"Ikut aku!" perintah Rayhan pada Dira.

Hari ini tekadnya sudah bulat, dia kan menggunakan perjanjian yang pernah dia buat untuk Fira tapi tak jadi di laksanakan. Dan sekarang dia pakai untuk mrngeluarkan kuman tersebut dari hidupnya.

Dira mengikuti Rayhan ke ruang kerjanya, laki laki tersebut melempar sebuah map pada Dira. "Sekarang kau sudah melahirkan anakku, jadi perjaanjian kontrak nikah kita selesai sampai disini." kata Rayhan.

"A apa, kontrak nikah?" tanya Dira dengan kebingungan karena dia memang tiak tahu perihal kontrak nikah yang mereka sepakati. Bahkan tadi di ruang kerja, Rayhan sudah menyiapkan semuanya, dia juga memalsukan tanda tangan Fira di sana.

"Kau fikir aku sungguh sungguh menikahimu, aku hanya mengharap anak itu, lagian siapa juga yang mau punya istri dekil dan jelek sepertimu, di luar sana banyak model model papan atas bahkan mengantri untuk memuaskanku." ucap Rayhan dengan dingin, pandangannya juga dingin sedingin es.

Nadira sangat kaget, jadi pernikahan mereka cuma kontrak hingga anak itu lahir, berarti sia sia dong usahanya selama ini. " Mas beri aku kesempatan untuk menjadi istri yang baik dan ibu yang baik, akau janji mas, aku tidak akan teldor lagi menjaga baby Jo.'' Dira memohon pada Rayhan supaya tidak menceraikannya.

Usahanya sia sia, Rayhan menolehpun tidak, bahkan ketika Dira sujut dan memeluk kaki Rayhan, Rayhan tidak peduli." Apakah kau akan melupakkan kenangan kita selama sembilan bulan ini mas, aku sudah berusaha sebaik mungkin, demi kebahagiaan kita mas." Dira terus memohon di kaki Rayhan.

Dada Rayhan terasa sesak mengingat semuanya, tapi tekadnya sudah bulat, dia tidak mau tertipu, entah itu Fira yang asli maupun yang palsu, Ryhan harus melakukan ini semua.

''Anggap saja itu adalah servis yang sudah kau berikan pada suamimu, karena aku berhak menikmati semua itu, jangan harap semua kebaikanku selama ini tulus, kau salah nona Fira. Aku melakukannya hanya untuk baby Jo, mulai sekarang aku yang akan merawatnya, kau bisa kembali ke duaniamu, dan menggapai semua cita citamu." kata Rayhan.

Rayhan menuju ke kursi kebesarannya dan membuka laci meja kerjanya, dia melulis sejumlah angka pada selembar cek.

" Tanda tangani surat tersebut, dan kau bisa ambil cek itu, aku rasa itu sudah cukup untuk perjuanganmu melahirkan Jonathan putraku, anggap saja kita melakukan hubungan mutualisme, aku mendapatkan keturunan, dan kau mendapatkan uang untuk kuliah dan menggapai cita cita mu, katanya kau kesulitan uang untuk biaya kuliah." kata Rayhan lagi.

Dira menelan salivanya, dia membaca nominal angka di cek tersebut, meski tidak terlalu banyak, tapi cukuplah untuk belanja, dari harga kehormatan Fira.

" Baiklah kalau itu mau kamu, tapi tolong jangan halangi aku untuk bertemu anakku, meski hanya sebentar saja mas, hiks hiks hiks." Air mata Dira mengaloir dengan deras, seakan akan dia tidak rela berpisah dengan baby Jo.

"Tidak apa apa tuan, sekarng kau mengusirku, tapi suatu saat aku pasti akan mendapatkanmu, dan babay Jo adalah jembatannya, kau juga tidak akan menemukan istrimu karena dia sudah dimakan binatang buas." batin Dira.

Dira menandatangani surat itu dan menerima cek senilai dua milyar yang di sodorkan oleh Rayhan.

" Oke nona Fira, silahkan kau keluar dari rumah ini, dulu kau tidak membawa apapun ke sini sekarang kau juga di larang membawa apapun juga kecuali cek tersebut. Oh ya satu lagi, kembalikan kalung yang sudah akau berikan padamu." Rayhan meminta kalungnya di kembalikan sebelum Dira keluar dari mansion mewah itu.

Kalung, Dira meraba lehernya bingung kalung apa yang sudah Rayhan berikan pada Fira, dan bagaiman dia beralasan, tapi sungguh wanita licik, dia bisa menjawab pertanyaan Rayha itu.

" Ah mana kalung itu mas, kemaren aku masih memakainya, apakah terjatuh di rumah sakit saa suster mengganti pakaianku ya, maaf aku janki akan mencari kalung itu dan mengembalikannya padamu." Dira berhasil menjawab dengan baik pertanyaan Rayhan.

" Klaung itu adalah kalung keluargaku, kalau kalung itu sampai hilang, aku akan menghilangkan nyawamu mengerti." bentak Rayhan.

" I iya tuan , saya pasti akan mencarinya." Dira keluar dari ruang kerja tersebut dengan ledsu, Dira singgah dulu ke ruang bayi u ntuk melihat baby Jo untuk yang terakhir kalinya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***