Keesokan harinya. Kini rumah warti sudah bersih dan rapih, ia pun nyaman tinggal di dalamnya dan pagi ini warti selesai belanja bahan pangan di pasar. Warti pun ke dapur “drrt drtt” tiba tiba ponselnya bergetar yang membuat warti terperanjat saat melihat siapa yang meneleponnya.
“aduh mati, ibu pake nelpon segala. Udah biarin dulu deh..” warti panic sendiri karena ia belum siap di cecar banyak pertanyaan oleh ibunya akibat mengirim uang ratusan juta rekeningnya “nona sudah 10 kali ponsel anda berdering kenapa tidak diangkat?” Tanya SP kini ia sudah menjadi robot kecil yang sedang duduk di atas meja sambil memperhatikan ponsel buluk warti.
“itu ibuku, aku sengaja gak mengangkatnya karena bingung harus menjelaskan nya bagaimana?” jawab Warti panik.
“maksud nona?” tanya SP masih kurang paham.
“tentang uang yang aku kirimkan, aku bingung gimana ngomongnya kok bisa dapat uang sebanyak itu padahal belum juga 1 minggu aku di kota ini kerja” jawab warti lebih rinci, karena ia pun bingung akan hal itu dan juga takut akan di omeli sang ibu karena jika salah memberitahu yang sebenarnya “nona menurut ku anda harus angkat teleponnya karena kalo ibu anda kuatir akan semakin repot, mungkin akan memikirkan hal yang tidak tidak yang berujung takut memakai uang itu” perkataan SP barusan bagai petir yang menyambar telinga warti sehingga membuat gadis cantik itu tersentak kaget bukan main “ah iya kau benar juga” kata warti, ia buru buru mengambil ponselnya dan menelepon balik nomor ibunya.
“lah malah gak di angkat, gimana ini?” Tanya warti panic sendiri “coba sekali lagi nona” ujar SP yang langsung di laksanakan oleh tuannya itu “eh eh di angkat, diem ya..” pinta warti lirih kepada SP “ha halo ibu, maaf tadi sibuk jadi belum ke angkat teleponnya” kata warti sudah ketar ketir hatinya takut di amuk sang ibu.
“war pulang lah” tentu warti terperanjat mendengar perkataan ibunya itu “eh lah kok pulang bu? Emang ada masalah serius kah?” Tanya warti hati hati “kau pulang sekarang, ibu gak sudi kalo kau jual diri demi mengobati ayahmu!” rasanya baru saja ada petir yang menyambar telinga warti sehingga membuatnya berdebar jantungnya bahkan sampai tubuhnya tersentak kaget karena perkataan sang ibu yang tidaklah benar itu.
“ibu.. ibu biar aku jelaskan. Aku gak jual diri bu, aku dapat uang itu halal” pinta Warti.
“jangan bohong. Pulang!” kini suara sang ayah yang berhasil membuat warti ingin meleleh saja karena begitu takutnya mendengar bentakan ayah nya itu “bapak aku serius pak, aku gak jual diri. Itu uang aku cari susah payah karena itu saat aku mendapatkannya aku kirimkan ke ibu” kata warti masih mencoba membela diri, karena ia benar benar tidak akan melakukan hal gila itu. Ya otaknya tidak sebodoh itu, hanya karena uang ia menjual mahkotanya yang berharga.
“warti kau mau melawan bapak sama ibu?” tanya sang ayah.
“enggak lah pak” elak Warti cepat.
“ya sudah pulang lah nak, bapak sudah mendingan kok jadi tidak perlu di…” pinta sang ayah.
“JANGAN BOHONG” tentu bukan hanya mereka yang di sebrang sana yang tersentak kaget bahkan SP pun saat mendengar suara teriakan warti barusan “jangan bohong, pura pura sehat padahal ayah sangat sakit, sudah percayalah kepadaku. Aku di sini baik baik saja, aku bekerja jadi seorang atlet Esport dan aku kemarin memenangkan lomba main gamenya dan itu tingkat nasional dan internasional jadi dapat hadiah uangnya banyak banget. Orang yang mengajakku bernama SP Justin. Nanti kalo bapak ibu gak percaya aku kirimkan sertifikatnya” jelas warti panjang lebar, yang membuatnya semakin menyesali karena berbohong kepada kedua orang tuanya.
“beneran war kamu dapat uang nya halal?” tanya sang ayah lembut.
“iya bapak, halal 100% kok karena itu bapak mau ya di rawat di rumah sakit nanti kalo uangnya kurang tinggal kabari aku lagi, karena aku benar benar jadi gamer sekarang” jawab Warti berbohong namun ia bisa menyakinkan ayah nya.
“tapi war kamu kan kikuk kalo main game online?” warti langsung melongo, sedang SP menahan bengek ingin tertawa melihat ekspresi lucu wajah tuannya itu “is bapak, ini gamenya action jadi aku bisa lah mainnya kan aku jago berantem” jawab warti sedikit dongkol karena ia memang tidak jago bermain game modern.
“ya sudah sekarang bapak dan ibu percaya, tapi jangan lupa kirimkan sertifikatnya ya. Dan kalo kamu ketahuan bohong, adikmu akan menyusul mu dan membawamu pulang secara paksa” warti langsung merasa lega mendengar ancaman dari sang ayah, entah mengapa bisa begitu yang pasti warti senang akhirnya selesai sudah perdebatan ini dan warti tidak perlu berbohong lagi.
“iya sip deh, tapi bapak juga janji ya mau di rawat di rumah sakit sampai sembuh total?” ujar Warti memohon.
“iya janji, tetap jaga dirimu di sana baik baik ya?” jawab sang ayah.
“siap komandan, sekarang kasihkan ke ibu deh aku mau ngomong sama ibu” pinta warti yang membuat sang ayah menurutinya “halo..” kata sang ibu sehingga warti tersenyum “ibu sehat kan?” Tanya warti singkat “sehat alhamdulilah, kamu sendiri gimana sehat terus makan yang banyak gak?” Tanya balik sang ibu yang membuat warti tertawa kecil “hehehe aku juga sehat dan makan banyak bu, jadi tenang aja anakmu ini gak akan kekurangan gizi insya allah” jawab warti riang, ya memang ia akan merasa sangat bahagia jika mendengar suara ibunya tercinta ini.
“alhamdulilah kalo begitu..” kata sang ibu.
“iya bu, tapi ibu gak usah kuatir aku ya. Aku baik baik saja di sini, dan itu uang yang aku kirimkan gak usah ibu awet awetkan gunakan untuk biaya pengobatan bapak dan untuk memenuhi kebutuhan. Aku akan terus bekerja biar dapat uang terus jadi ibu gak usah sungkan membelanjakan uangnya” jelas Warti.
“iya war.. kamu jangan terlalu keras kerjanya nanti sakit” pinta sang ibu.
“ibu tenang saja, aku Cuma main game kok jadi banyak tenaga hehehe” kata Warti senang.
“ya syukurlah kalo gitu” ujar sang ibu lega.
“eh iya ibu kalo adik mau kuliah juga gak apa apa, karena aku masih punya simpanan uang kok dan kalo uang yang aku kirim habis bilang ya bu biar aku kirimkan lagi” pinta warti karena ia pun sekarang sudah bisa lebih baik secara finansial “iya war, ya sudah ibu mau urus registrasi. Ibu matikan ya?” kata sang ibu “oke bu, semoga lancar aamiin” sahut warti lalu setelah itu pun panggilan terputus.
“SP gimana ini?” langsung warti tampak panic brutal sekarang “nona kenapa, bukan kah masalah sudah selesai?” Tanya SP yang membuat warti cemberut namun juga ingin menangis “aku sudah berbohong sama orang tua aku, mana ada sertifikat main game. Dan aku pun gak jago main game kayak ml, pubg, ff dan yang lainnya” jawab warti tampak ia bingung sekali sekarang.
“nona mau aku buatkan sertifikat nya?” tanya SP.
“eh emang bisa?” tanya balik Warti.
“sebenarnya ada sertifikatnya sih, karena setiap level kan susah jadi harus di beri penghargaan gak Cuma uang” jelas SP.
“ngapa kamu gak ngomong SP” teriak warti yang membuat SP ketakutan namun tiba tiba tuannya itu langsung memeluknya “tapi gak apa apa deh alhamdulilah, makasih banyak loh. Sekarang tolong buatkan sertifikatnya lalu kirim ke hp ku ya?” pinta warti yang langsung di laksanakan oleh SP sehingga masalah ini pun selesai dan orang tuanya pun percaya.
“alhamdulilah beres, hari ini kita dapat misi apa?” tanya Warti penasaran.
“nona gak makan dulu?” Tanya SP sehingga warti segera memakan nasi dan telur dadarnya yang di campur kecap manis “hari ini level 3, kita akan menjelajah menjadi petualang nona di sebuah hutan belantara yang di penuhi hewan hewan buas yang kelaparan. Dan misi kita adalah mencuri batu permata biru yang di jaga oleh para monyet besar yang brutal” seketika warti langsung berhenti mengunyah makanannya saat mendengar penjelasan SP barusan “aku bisa mati di level 3 deh” kata warti mulai tidak semangat, karena ia tahu sekuat kuatnya manusia akan kalah juga jika beradu dengan hewan buas yang kelaparan. Ya belum belum warti sudah pesimis karena ia tidak percaya diri dengan kemampuannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Lina Octavianti
keren, thor 👌🏻
semangat 🙆🏻♀🥰
2024-05-25
0