PAS 9

Seminggu telah berlalu dan sikap Aliyah masih sama seperti sebelumnya, yaitu diam seribu bahasa. Bukan hanya itu, Aliyah juga tidak pernah lagi tidur di kamarnya. Aliyah lebih memilih tidur bersama Gaffi dan Amri.

Jelas saja hal ini membuat Amar bingung dan sedikit uring-uringan. Mau bertanya, tapi gengsinya yang super tinggi membuatnya enggan berbicara dengan Aliyah. Amar justru bersikap acuh tak acuh, berharap dengan begitu Aliyah jadi kembali seperti sebelumnya. Tapi dugaannya ternyata salah, Aliyah tetap dengan kebungkamannya. Aliyah hanya akan bersuara saat ada yang ia tanyakan. Itupun hanya dijawabnya singkat, padat, dan jelas. Amar jadi mati kutu dibuatnya.

Sejak siang kemarin Amar merasa tak enak badan. Ditambah semalaman tidak bisa tidur membuat tubuhnya kian remuk redam. Suhu tubuhnya tinggi, badannya menggigil dan meriang. Amar pun izin kerja karena tak mungkin ia tetap bekerja sedang kondisi tubuhnya tidak baik-baik saja.

Seperti biasanya, Aliyah masuk ke kamarnya saat subuh-subuh untuk mandi sebab pakaiannya memang masih berada di kamar itu. Menyadari pintu dibuka dari luar, Amar pun segera memejamkan mata, pura-pura tidur. Diam-diam Amar memperhatikan pergerakan Aliyah yang ternyata bergerak menuju lemari pakaian dan mengambil pakaiannya lalu berlalu menuju kamar mandi.

Amar mengernyit heran, Aliyah seperti tidak peduli lagi padanya. Amar lantas berpikir, Aliyah berubah setelah ia membahas tentang Nafisa.

"Cemburu, hm? Salah sendiri kenapa tidak bisa menyenangkan suami," gumamnya merasa Aliyah berubah karena cemburu.

Tak lama kemudian, Aliyah telah keluar dengan gamis panjangnya. Tak lupa jilbab instan menutupi mahkota di atas kepalanya. Lalu Aliyah kembali ke lemari dan menyiapkan pakaian kerja Amar kemudian keluar.

Amar memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri. Ia ingin meminta Aliyah memijit pelipisnya, tapi lidahnya justru kelu sehingga tak ada sepatah katapun keluar.

Jam sudah menunjukkan pukul 7, tapi Amar belum juga keluar dari dalam kamar. Ia pikir Amar masih tidur. Aliyah sebenarnya enggan untuk ke kamar dan membangunkannya, tapi Aliyah yang memang tak bisa mengabaikan kewajibannya sebagai seorang istri pun terpaksa masuk ke kamar itu. Dilihatnya Amar ternyata telah bangun, tapi masih bergelung dengan selimut. Dapat Aliyah lihat Amar tengah menggigil dalam selimutnya.

Aliyah lantas mendekat dan memegang dahi Amar yang ternyata terasa panas di punggung tangannya. Aliyah menghela nafas panjang, ia pun gegas beranjak mengambil handuk kecil dan air hangat untuk mengompres dahi Amar. Amar sebenarnya tidak tidur jadi ia tahu apa yang Aliyah lakukan. Setelahnya Aliyah menuju dapur untuk membuat bubur sambil menyiapkan obat penurun panas Amar.

Sesekali ia masuk ke dalam kamar untuk mencelupkan ulang handuk tadi ke dalam air hangat dan menempelkannya kembali di dahi Amar. Setelah bubur matang, Aliyah membawa bubur dan air hangat serta obat penurun panas ke kamar Amar. Beruntung Amat sudah duduk bersandar di kepala ranjang jadi ia tak perlu membangunkan Amar. Ia memberikan bubur itu masih dengan bibir terkatup rapat. Amar menerimanya karena memang sudah lapar. Setelah habis, Aliyah menyodorkan air hangat beserta obat ke Amar.

"Yayayah," panggil Amri yang masuk ke dalam kamar.

Ayah ndak elja?" tanya Gaffi yang ikut masuk. Tak ingin anak-anaknya jadi sasaran kemarahan Amar, Aliyah pun segera mengajak keduanya keluar.

"Ayah sakit, Abang sama adek main di luar aja ya. Ayah mau istirahat," ujar Aliyah lembut sambil mengajak kedua anaknya keluar. Amar hanya bisa memandang ketiga orang itu dalam diam dan tatapan entahlah.

...***...

Aliyah memang selalu belanja di warung. Ia tidak pernah ke pasar sebab ia tidak mungkin meninggalkan anak-anaknya di rumah berdua saja. Selesai belanja, ia mengambil cucian di rumah tetangganya.

Sudah hampir siang, tapi ia belum juga selesai mencuci. Begitu pula memasak. Amar yang telah kembali lapar sampai kesal sendiri di kamar karena Aliyah tak kunjung masuk ke kamar untuk mengantarkan makan siangnya.

Amar sudah sangat bosan berada di dalam kamar, tapi ia juga enggan keluar. Apalagi sejak tadi ia mendengar jerit tangis dari Gaffi dan Amri.

"Dia itu sebenarnya ngapain sih? Jam segini belum antar makanan. Mana dari tadi Gaffi dan Amri nangis melulu. Benar-benar istri nggak guna," kesal Amar seraya menutup kedua telinganya.

Satu jam kemudian, barulah Aliyah datang dengan nampan berisi makan siang untuk Amar. Melihat kedatangan Aliyah, bukannya senang apalagi mengucapkan terima kasih, Amar justru langsung memarahinya. Tapi Aliyah hanya bungkam. Tidak menanggapi sedikitpun ocehan dan omelan Amar. Ia seolah menerima begitu saja apa yang Amar lontarkan padanya.

"Kamu itu tuli atau apa sih? Kamu itu sebenarnya dari mana? Lihat sekarang sudah jam 1. Seharusnya sudah sejak sejam yang lalu kau antarkan aku makan siang. Tapi ini apa? Sudah jam 1 baru kau antarkan. Benar-benar istri nggak becus," omel Amar. Padahal masih sakit, tapi ia masih memiliki stamina untuk mengocehi Aliyah.

Aliyah diam, tak merespon sedikitpun.

"Sepertinya kau bukan hanya tuli, tapi juga bisu. Diam terus seperti patung."

Amar makin kesal karena Aliyah tidak menggubrisnya sama sekali.

Menjelang sore, teman-teman kantor Amar tiba-tiba berkunjung untuk membesuk Amar. Aliyah sampai terkejut saat melihat teman-teman Amar. Tidak banyak memang, hanya ada satu orang laki-laki dan 4 perempuan. Entah mengapa Aliyah dapat merasakan kalau yang namanya Fisa itu adalah salah satu dari mereka.

"Amar ada kan?" tanya Budi.

Aliyah mengangguk dan mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumah. Aliyah juga mempersilahkan mereka duduk di sofa.

"Ada. Silahkan masuk!" ujar Aliyah sopan.

Amar sudah tahu dari Nafisa kalau mereka akan datang membesuknya. Amar pun merasa bahagia sekali. Saat mereka telah masuk ke dalam rumah, Amar pun langsung keluar untuk menyambut mereka.

"Hai bro, loe beneran sakit atau ... modus biar ada yang nyamperin nih?" goda Budi tak peduli Aliyah masih berada di sana. Benar-benar definisi teman tak ada akhlak.

"Ck, aku beneran sakit kok. Tapi aku senang kalian datang ke mari."

"Seneng liat kami atau liat Fisa nih?" goda yang lainnya.

"Kalian ini apa-apaan sih! Nggak lah."

"Yah, jadi kamu nggak seneng Mas liat aku ke mari? Kalau begitu, aku pulang aja deh," ujar Nafisa pura-pura merajuk.

"Eh, maksud aku bukan begitu. Aku ... "

"Tante Fisa," pekik Nana yang keluar dari dalam kamar.

"Hai Nana cantik, apa kabar, hm? Makin cantik aja sih kamu," ujar Nafisa seraya memeluk Nana.

"Tante bisa aja. Tante tuh yang makin cantik, ya nggak Yah?" Nana melemparkan pertanyaan pada sang ayah. Padahal ibunya sedang berjalan menuju mereka sambil membawa nampan berisi air minum.

Amar awalnya mengangguk, kemudian tersentak saat melihat Aliyah telah berjongkok di depannya seraya meletakkan gelas-gelas berisi air minum itu.

"Cie, cie," goda Budi yang dibalas kekehan oleh yang lainnya. Mereka seakan menganggap Aliyah tiada. Sakit dan kecewa sudah pasti. Tapi Aliyah memilih diam.

Mata Aliyah dan Amar tidak sengaja bersirobok. Bila netra Amar tampak penuh kekhawatiran, maka netra Aliyah tampak kosong. Bahkan Amar baru sadar kalau wajah Aliyah benar-benar pucat seperti mayat hidup.

"Itu pembantu loe, Am?" tanya Budi. Baru saja Amar ingin menyahut, tiba-tiba Gaffi muncul di hadapan Aliyah yang sedang berjalan kembali ke dapur.

"Bu, dedek eek," ujar Gaffi membuat semua orang tertegun. Tiba-tiba keriuhan tadi berubah menjadi keheningan. Karena penampilan Aliyah yang sedikit lusuh, belum lagi wajahnya begitu pucat membuat semua orang menduga kalau Aliyah adalah seorang pembantu. Sebab mereka pikir, mana mungkin istri seorang pekerja kantoran bisa selusuh itu.

"Am, jadi dia ... "

Dengan wajah menahan malu, Amar pun berujar, "dia ... istriku."

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

Terpopuler

Comments

Neli Allen

Neli Allen

aku ngk ngasih like karena aku jg merasa tersinggung sbagai seorang istri

2024-05-03

4

Lisa Halik

Lisa Halik

bodohnya amar

2024-01-19

0

Sunarti

Sunarti

berani jg ya pelakor datang ke rmh Amar

2023-10-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!