[+628xxxxxxxxxx: Selamat siang, Mbak. Saya Delano. Saya tadi dapat nomor teleponnya di Heaven. Ini saya mau mengembalikan baju dan uangnya.]
“Ini orang kenapa sih?” gumam Adel menatap layar ponselnya. “Apa ini modus baru penipuan?”
“Apanya yang penipuan?” Seorang perempuan berambut pendek, tiba-tiba saja memukul pundak Adelia.
“Aduh! Bisa pelan-pelan sedikit gak sih, Pop? Sakit tahu.” Adel langsung menepis tangan teman kuliahnya itu.
“Kayak gak tahu aja, Del. Dia ini kan namanya aja yang cewek, tapi tenaganya itu cowok.” Seorang lelaki kemayu kini ikut datang menghampiri.
Perempuan berambut pendek itu, tentu saja langsung kesal dengan apa yang dikatakan sahabat kemayunya itu. Alhasil, dia memukuli teman kemayunya itu.
Jelas saja itu membuat Adel tertawa. Dia selalu suka dengan kelucuan dua orang temannya itu, walau mereka belum berteman lama.
“Apa yang kau lihat di ponsel?” Si rambut pendek kembali bertanya.
“Om-om yang kemarin malam menemaniku, kirim chat,” jawab Adel tidak peduli dengan apa yang mungkin teman-temannya katakan.
“Hah? Om-om?” Si kemayu memeking kaget dan itu membuat si tomboy langsung memukul mulut lelaki kemayu itu.
“Bisa jangan keras-keras gak sih?” desis perempuan berambut pendek itu.
“Aku gak masalah kalau kalian bicara keras-keras.” Adelia mengedikkan bahu. “Lagi pula, aku berniat agar semua orang tahu dan membuat papaku malu.”
Tentu saja dua orang teman Adel itu jadi bingung sendiri. Memang banyak yang jadi sugar baby, tapi mereka semua menyembunyikan fakta itu. Lagi pula, Adelia itu orang kaya. Untuk apa pula dia dipelihara sama om-om.
Tak ingin kedua temannya penasaran lebih lama, Adelia pun menceritakan semuanya. Kebetulan mereka juga mengenal Bella, jadi rasanya tidak masalah.
“Dasar perempuan gila. Gatel banget sih jadi orang.”
“Kalau aku jadi kau, sudah pasti aku akan mencekiknya sampai mati. Minimal gugurin tuh kandungannya.”
Dua orang itu, berkomentar secara bergantian. Itu lagi-lagi, membuat Adelia tertawa lepas. Untung saja sekarang masih belum jam masuk kelas.
“Terus, si Om ini bagaimana?” Lelaki kemayu yang duduk di sebelah Adelia bertanya, sambil menunjuk ke ponsel.
“Nanti aku mau suruh dia ke rumah saja. Sekalian bikin papa marah dan cari tahu apa dia bisa dimanfaatkan atau tidak,” ucap perempuan dengan rambut kecokelatan itu dengan serius.
“Kau juga sama gilanya.”
“Biarin.” Adel memberikan senyuman, pada si tomboy yang duduk di depannya.
***
[Miss Heaven: Aku akan kirim lokasinya. Nanti kau bisa datang jam delapan malam, tidak boleh kurang dari itu.]
Delano menatap ponselnya. Dia sudah menerima lokasinya dan bahkan sudah berada di depan rumah yang dimaksud. Delano juga sudah mengirim pesan, tapi belum juga dibalas.
“Maaf, Mas. Cari siapa ya?” Seorang satpam akhirnya keluar, setelah melihat Delano lama di depan.
“Anu, Pak. Saya nyari yang punya rumah ini.” Delano hanya bisa mengatakan seperti itu karena memang tidak mengetahui nama yang empunya rumah.
“Kalau bapak sih belum pulang. Kalau Non Adel atau Non Bella sih ada di rumah.” Pak satpam memberi tahu.
Lelaki tinggi dengan rambut cepak itu tidak mengenali dua nama perempuan yang disebut. Itu membuatnya menggaruk kepala dengan bingung, sampai akhirnya terdengar suara derap langkah dari balik pagar.
“Cari siapa ya, Mas?” Giliran Bella yang keluar dan bertanya.
Perempuan dengan rambut sebahu itu, kebetulan sedang mengintip dari jendela kamarnya yang menghadap ke jalanan. Di sana, dia bisa melihat pak satpam bicara dengan seseorang dan sudah cukup lama.
“Itu, No .... Eh, maksud saya Nyonya Bella. Mas ini nyari yang punya rumah katanya.” Si satpam jadi gelagapan karena sempat salah ucap, bahkan sampai dipelototi.
“Mbaknya yang atas nama Bella ya?” Delano menanyakan itu dengan senyum lebar. “Kalau begitu saya cari yang namanya Adel.”
“Orangnya agak kecil, terus rambutnya bergelombang gitu,” lanjut Delano masih dengan senyumannya.
Jujur saja, Bella sama sekali tidak suka ada seorang lelaki yang mencari Adelia. Apalagi yang datang itu, adalah lelaki tampan yang masih cukup muda. Dirinya saja harus mencari om-om, masa Adel bisa langsung mendapat lelaki muda tampan?
“Memangnya ada masalah apa dengan Adel?” tanya Bella dengan ketus. “Dia lagi gak ada.”
“Loh, tadi pak satpamnya bilang ada di rumah. Terus ini saya juga disuruh datang jam segini.” Delano tidak keberatan memperlihatkan isi chatnya dengan Adel.
Baru juga Bella ingin melihat isi room chat itu, tiba-tiba saja ada tangan yang merebut ponsel Delano. Tentu saja orang itu adalah Adelia yang baru saja sampai dengan menggunakan pakaian rumahannya.
“Ngapain sih kamu ikut campur urusan orang?” tanya Adel dengan ketus.
“Aduh, Adel! Jangan bikin kaget gitu dong.” Bella pura-pura terkejut. “Lagi pula, ini masnya yang kasih lihat isi chat kalian. Bukan aku yang minta.”
“Aku sudah ada di sini, jadi silakan masuk kembali. Kami mau ngobrol berdua,” tegas Adelia, masih mencoba untuk menahan diri.
Baru juga Bella mau menjawab, tapi suara klakson terdengar. Sebuah mobil sedan berwarna hitamlah pelakunya. Itu adalah mobil papanya Adelia yang baru saja pulang dari kantor.
“Kenapa pada di luar?” Pria paruh baya itu pada akhirnya keluar dari mobil dan memberikan kunci pada satpam. “Kalau ada tamu, ngobrolnya di dalam dong.
“Malam, Pak.” Delano refleks menyapa dengan bungkukan sopan. “Bapak tinggal di sini ya?”
Papa Adelia tidak langsung menjawab dan membuat dua perempuan di depannya jadi bingung. Sepertinya lelaki itu perlu berpikir sesaat untuk mengingat, siapa lelaki muda di depannya itu.
“Kamu bukannya OB yang di kantor ya?”
“Benar, Pak. Saya yang namanya Delano.”
Adel melirik dua orang lelaki yang tengah bicara itu. Jujur saja, ini adalah kejutan bagi Adelia. Dia berpikir kemarin sudah tidur dengan om-om kaya, tapi rupanya hanya office boy? Yang benar saja.
“Tunggu dulu. Kamu office boy di kantor papaku?” tanya Adel untuk memastikan saja. “Sudah berapa lama?”
“Iya, Non. Belum setahun sih.” Delano tentu saja akan menjawab dengan sopan karena yang bertanya adalah anak direktur.
“Kebetulan sekali. Ada yang mau kubicarakan dengan kamu.” Tiba-tiba saja, Adel punya ide yang cemerlang. “Ikut aku.”
Tanpa meminta izin, Adel langsung menarik tangan lelaki yang bahkan lebih tinggi dari papanya itu. Mereka tidak pergi jauh. Hanya di teras saja dan Adel hanya perlu waktu sebentar untuk bicara berdua.
“Aku langsung saja ya, Om.” Adel langsung berbicara, tanpa membiarkan Delano mengatakan sepatah kata pun. “Mau jadi sugar babyku?”
“Hah?”
“Oh, salah maaf.” Adel menepuk keningnya. “Aduh! Gimana ngomongnya ya? Pokoknya kita menjalin hubungan. Kau jadi pacarku dan aku akan membayarmu. Bagaimana?”
***To Be Continued***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments