Keesokan harinya, setelah mandi Bima turun ke bawah untuk mengambil makan.
"Kamu tidak sekolah nak?" tanya Alena yang masih tinggal di sana karena ingin melihat cucunya lebih lama lagi.
"Libur." jawab Bima cuek.
"Ohh sudah mau ujian kelulusan ya, pantas sudah mulai lenggang." ucap Alena senang pertanyaannya di jawab.
Bima hanya menganggukkan kepala.
"Rencana mau liburan kemana nak?" tanya Alena.
"Latihan aja sih, liburan gak penting nek." jawab Bima tersenyum tipis.
[Ayo bos! kau bisa bersikap lembut!]
"Mau ke rumah nenek saja? di sana lebih lenggang buat kamu latihan." ucap Alena semakin senang karena melihat senyum Bima yang sudah lama tidak dia lihat.
"Aku enggak latihan di luar nek, aku mau latihan tertutup, jadi lagi milih tempat yang tenang. 2 atau 3 bulan." jawab Bima.
"Ada ruangan khusus di rumah nenek yang biasa di pakai pamanmu dulu, mau tidak?" tanya Alena menawarkan.
"Boleh deh, di sini semakin enggak nyaman, kapan nenek pulang?" jawab Bima setuju.
"Besok ya, kita pulang ke sana besok." ucap Alena senang.
"Baiklah, kalau begitu aku mau beres beres dulu." jawab Bima.
"Iya, sana beres beres." ucap Alena sangat gembira.
Bima tersenyum lalu pergi membawa sepiring makanan setelah melihat ibu dan orang rumah lainnya yang berjalan mendekat.
"Pah! Bima mau senyum pah!" ucap Alena histeris pada Billy.
"Halu kamu, gak pernah aku lihat dia senyum." ucap Billy tak percaya.
"Ishh! gak percayaan banget! besok dia mau tinggal sama kita! walaupun cuma buat latihan tertutup di kamar Andi dulu." ucap Alena.
"Kok gitu sih mah!" ucap Berliana tak terima.
"Katanya di sini udah enggak nyaman, jadi dia terima tawaran mamah." jawab Alena.
"Dia mau latihan tertutup berapa lama?" tanya Berliana ketus.
"2 sampai 3 bulan, ntah mau latihan apa." jawab Alena.
"Terus dia gak mau dateng ke pernikahan aku?!" seru Berliana marah.
"Ya kamu aja nikah gak tanya dia dulu! gimana dia mau dateng! gimana sih! udah tua masih gak bisa mikir! otak tuh di pake mikir! jangan buat kerja terus! pikirin gimana kehidupan anak kamu itu! apa yang buat dia seneng, apa yang buat dia nyaman, apa yang buat dia terbuka! pantes dia jadi gini!" ucap Alena marah.
"Kamu pahamkan alasan kenapa Bima jadi begini? renungkan itu." ucap Billy menghela nafas berat.
Di kamar, Bima sudah selesai makan dan bergegas untuk mengembalikan piringnya di dapur sekalian mencucinya. Bima mencuci piring menghiraukan pembicaraan orang-orang di meja makan.
"Sayang, mamah mau bicara sebentar bisa?" tanya Berliana.
"Tar." jawab Bima cuek.
Selesai mencuci piring, Bima duduk di samping Alena yang berhadapan langsung dengan sang ibu. Bima mengeluarkan rokoknya dan menghidupkannya.
"Silahkan." ucap Bima menghembuskan asap rokok dengan santainya.
"Sejak kapan kamu merokok? mamah kan sudah melarang kamu konsumsi barang barang kotor itu!" ucap Berliana marah.
"Mamah mau bicara apa? buruan! Bima masih harus beres beres!" ucap Bima marah.
[Sabar bos, dia ibumu]
'Maaf, emosiku sering tak terkontrol belakangan ini.' ucap Bima mengusap wajahnya kasar.
"Mamah mau bicara apa? Bima coba dengarkan dengan sabar." tanya Bima tenang.
"Pertama, kapan kamu mulai merokok, dan kenapa kamu berani mentato tubuhmu itu?" tanya Berliana.
"Bima sudah merokok sejak 3 tahun lalu, di kamar Bima selalu merokok. Kalau stress bisa 2 bungkus sehari, kalau tato ini, baru minggu lalu Bima gambar. Biar kelihatan lebih segar aja, bukan apa apa." jawab Bima santai.
"Stress? apa bebanmu? belum bisa mencari uang bisa stress ya?" tanya Berliana heran.
"Mamah tak perlu tau apa yang Bima pikirkan, sekarang intinya mamah mau bicara apa? tak perlu merembet ke mana mana." jawab Bima.
"Kamu mau latihan tertutup?" tanya Berliana.
"Iya, kenapa?" jawab Bima.
"Berapa hari?" tanya Berliana.
"3 bulan." jawab Bima.
"Terus kalau begitu otomatis kamu gak dateng ke pernikahan mamah dong?" tanya Berliana.
"Memangnya penting? bukannya pernikahan itu tanpa pendapat dari sang anak? bukannya Bima sudah bukan anak mamah?" tanya Bima menaikan alisnya.
"Apa maksud kamu? kamu anak mamah!" seru Berliana sangat marah.
"Oh? terus kenapa mencari papah baru tanpa sepengetahuan Bima? kenapa menikah tanpa meminta persetujuan Bima sebagai anak? apa saking menjijikkan nya Bima sampai mamah tidak menganggap Bima lagi? apa karena dia memiliki tiga anak dengan bakat luar biasa jadi Bima sudah bukan mamah anggap anak lagi?" tanya Bima mengepalkan tangannya.
"Sabar nak, jangan emosi ya, nenek ada di samping kamu." ucap Alena mengelus punggung Bima.
"Nenek tenang saja, aku tidak akan pernah emosi pada mamahku yang sudah mengandung raga ini selama 9 bulan. Tapi kita tidak tau apa yang di pikiran mamah." jawab Bima tersenyum.
"Iya, nenek paham nak." ucap Alena tersenyum senang.
"Intinya kau setuju tidak pada pernikahan mamah dan papah? intinya saja! setuju syukur, kalau tidak ya sudah kami pergi!" ucap seorang pria di samping Bram bernama Bian.
"Bukan urusanku, ini urusan kalian, anggap saja aku tak ada. Mudahkan, besok aku akan buat kartu keluarga sendiri dan keluar dari kartu keluarga mamah. Supaya mempermudah hubungan harmonis kalian." ucap Bima tersnyum.
"Kamu kenapa begini sayang? kenapa? apa salah mamah nak?" tanya Berliana menangis sedih.
"Mamah cari tau sendiri saja, Bima sudah lelah, luar dalam sudah lelah mah. Bima mau ke kamar dulu, oh ya, selamat atas pernikahannya ya, semoga langgeng." ucap Bima tersenyum lalu pergi begitu saja setelah mencium pipi Alena.
"Pikirkan dirimu sendiri nak, introspeksi diri." ucap Alena.
"Kenapa jadi begini mah, dulu sebelum bercerai Bima tidak seperti ini! hiks..." ucap Berliana.
Billy pun mulai menceritakan bagaimana kehidupan Bima di luaran sana yang belum di ketahui oleh Berliana. Hal ini tentu saja membuat Berliana terkejut bukan main, Bian dan kedua adiknya ikut kaget mendengar penderitaan Bima selama ini.
Sedangkan Bima, dia sedang asik bermain game setelah selesai beres beres barang. Saat sedang asik bermain game di PCnya, tiba-tiba ponselnya berdering dan menunjukkan nama Rizal di sana.
"Halo, kenapa Zal?" tanya Bima mengangkat telepon.
"Aku dah dapet kostnya, besok mau pindahan." jawab Rizal memberi kabar.
"Harus besok banget ya?" tanya Bima bingung.
"Iya cokk! keburu di omelin ayahku!" jawab Rizal.
"Besok aku juga mau pindahan ke rumah nenek! gak bisa bantu aku!" ucap Bima.
"Gak papa, ada Riski kok, nanti aku kirim alamatnya aja, biar kalau mau main tinggal ke lokasi." ucap Rizal.
"Iy deh, sorry ya." jawab Bima.
"Santai aja si, cuma dikit kok barangnya." ucap Rizal.
"Ya udah kalau gitu, sorry ya gak bisa bantu." ucap Bima.
"Iya santai." jawab Rizal menutup telepon.
Setelah itu Bima pun lanjut main game sampai malam non-stop. Malamnya setelah mandi Bima turun ke bawah untuk mengambil makan.
"Gak makan di sini aja nak?" tanya Alena.
"Di kamar aja nek, lebih nyaman di kamar bisa sambil dengerin musik sama nonton film." jawab Bima.
"Ohh, ya udah." ucap Alena.
Setelah mengambil lauk, Bima pun kembali ke kamarnya untuk memakan makanannya sambil menonton youtube. Selesai makan, Bima langsung mengembalikan piringnya sekaligus mencucinya, setelah itu dia kembali ke kamar tanpa berbicara lebih.
Sesampainya di kamar, Bima langsung tidur setelah mematikan lampu dan membereskan PCnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
kuk
terlalu modern thor kata'nya
2024-08-13
1