Bab 4

Keesokan harinya, Bima bangun pagi pergi mandi lalu pergi ke Akademi untuk menjalani hari harinya seperti biasanya. Berangkat ke Akademi menaiki angkutan umum karena tak di beri izin mengendarai motor atau mobil oleh ibunya.

Sesampainya di Akademi Bima nongkrong dulu di kantin sambil menunggu kedatangan Riski dan Rizal. Kantin Akademi ini modelnya bebas, boleh merokok boleh vape, asal tidak minum minuman keras. Jadi Bima bisa nongkrong sambil sebat dengan bebas tanpa larangan.

Tak lama, Riski dan Rizal pun datang menghampiri Bima membawa segelas es kopi yang di beli di salah satu warung kantin. Keduanya duduk bersebelahan dan mengeluarkan rokoknya lalu menghidupkan nya sambil menghidupkan ponsel.

"Pulang dari sini mau masuk dongeon gak?" tanya Rizal.

"Enggak dulu Zal, aku mau rehat seminggu dulu." jawab Bima.

"Iya, masih capek." ucap Riski.

"Ya udah kalau gitu." ucap Rizal mangguk mangguk.

Mereka berbincang-bincang santai sambil sesekali menengok jam di ponselnya, hingga akhirnya jam pelajaran pertama pun akan di mulai. Mereka bertiga langsung bergegas menuju ke kelas yang menjadi salah satu kelas unggulan setelah ujian kemarin.

Ketiganya masuk ke dalam kelas dan duduk di bangkunya masing-masing, Bima duduk di bangku pojok paling belakang dekat jendela sambil bermain ponsel.

Tak lama datanglah wali kelas bersama sesosok gadis cantik kan imut di sampingnya.

"Selamat pagi anak anak, hari ini kita kedatangan seorang murid baru pindahan dari Akademi Naga Langit. Ayo nak perkenalkan diri kamu pada teman teman baru." ucap wali kelas bernama Dian itu.

"Halo teman-teman, namaku Syila, job Mage Suport, level 900, kelas SSS+!" ucap gadis itu memperkenalkan diri.

"Salam kenal!" ucap satu kelas bersamaan namun tidak dengan Bima yang fokus melihat keluar jendela.

"Tolong kerja samanya ya semua!" ucap Syila.

"Terimakasih perkenalannya Syila, kamu bisa duduk di bangku kosong samping tempat duduk Bima." ucap Dian.

"Baik bu." jawab Syila sopan.

Syila duduk di bangku samping Bima dengan canggung karena di kelas itu hanya Bima yang tidak welcome.

"Baiklah, ibu akan umumkan nilai tertinggi di Akademi ini dari ujian kemarin. Nilai tertinggi ketiga di dapatkan tim Dion yang mampu menyelesaikan dongeon kelas A dalam kurun waktu 1 jam. Nilai tertinggi kedua di dapatkan tim Angel dengan perolehan waktu 45 menit menyelesaikan dongeon kelas A. Dan nilai tertinggi pertama di dapatkan tim Rizal yang mampu menyelesaikan dongeon kelas SSS dalam kurun waktu 35 menit walaupun sempat terjadi portal break." ucap Dian yang di sambut tepukan tangan.

"Wahh gak nyangka tim rendahan seperti mereka bisa naik ke peringkat satu se Akademi!" ucap Angel sinis.

"Iya! pasti ada bantuan orang dalam!" ucap Dion sinis.

[Tuan, kau tidak tertarik pada gadis imut di samping mejamu?]

Bima yang diam diam tertidur pun kaget mendengar pertanyaan Sistem.

'Hem? apa? ada apa?' tanya Bima celingak celinguk.

[Haihh...dasar tukang tidur!]

'Capek bro, bayangin aja penderitaan di dunia Kultivator begitu menyiksa mental di tambah hinaan di sini! haihhh! menyusahkan!' ucap Bima sambil mengucek matanya.

[Iya tuan! jangan adu nasib!]

'Siapa yang adu nasib sialan! oh ya, siapa namamu?' tanya Bima.

[Saya belum punya nama tuan]

'Bob aja ya, biar enak panggilnya.' ucap Bima.

[Baik tuan]

'Jangan panggil tuan, panggil bos! biar sama seperti bawahan ku lainnya.' ucap Bima.

[Baik bos]

"Selamat pada tiga tim yang ibu sebutkan tadi, mari kita mulai pelajarannya." ucap Dian.

Pelajaran yang membosankan pun di mulai, Bima yang sudah paham semua ilmu dasar pun tertidur pulas sampai bel istirahat berbunyi. Bima terbangun karena panggilan Dian yang sedikit berteriak.

"Bima!! bangun!!" panggil Dian di telinga Bima.

Bima terkejut dibuatnya, Bima langsung salah tingkah melihat wajah Dian yang sangat cantik dari dekat.

"Kamu ini setiap saya ngajar pasti tidur!" omel Dian kesal.

"Ngantuk bu, lagian yang di bahas cuma itu itu terus gak ada yang lainnya." jawab Bima.

"Jawab teros kalau di marahin! awas kamu kalau besok di ulangi lagi! saya adukan ke orang tua kamu!" ucap Dian lalu pergi begitu saja.

Riski dan Rizal langsung tertawa keras melihat wajah Bima yang cengengesan. Mereka bertiga pun langsung pergi kantin meninggalkan teman-teman sekelas yang masih mau berbincang-bincang mencari jalan keluar dalam kekuatan yang stuck di tingkat itu itu saja.

Sesampainya di kantin, mereka bertiga langsung memesan makanan karena sudah sangat lapar sedari tadi di kelas.

"Aku di suruh minggat ***! kata ayahku biar mandiri. Anj*ng emang!" ucap Rizal membuka obrolan.

"Ngekost aja Zal, tunggu aku. Aku juga mau pisah dari rumah, soalnya ibuku cerewet banget cookkk!" ucap Riski.

"Kost mana yang murah? bantu cariin ris." ucap Rizal.

"Ntar aku tanya temen dah, cari yang deket sini aja." jawab Riski.

"Ntar kalau mau pindah kabar kabar aja ya." ucap Bima.

"Santai." jawab Rizal.

Mereka pun makan sambil ngobrol santai sampai bel masuk berbunyi. Ketiganya langsung bergegas membayar makanan dan minuman yang di pesan tadi lalu pergi ke kelas untuk mengikuti pelajaran.

Pelajaran kali ini adalah praktek, satu kelas keluar menuju ke lapangan untuk melakukan praktek hasil dari pendidikan mereka selama 5 tahun ini.

"Oke, hari ini praktek dimulai dari absen terakhir, praktekan semua gerakan dan ilmu yang kalian dapat selama 5 tahun ini." ucap guru bernama Antok.

Semua berjalan lancar dengan para adik kelas yang menonton pembelajaran dari kelas yang sedang naik daun itu. Semua murid termasuk Riski dan Rizal mempraktekkan ilmu ilmu yang mereka tangkap selama ini.

Sampai akhirnya Bima yang maju paling akhir, sempat menjadi bahan candaan karena Bima terkenal sebagai pecundang di negeri ini.

"Bebas kan pak?" tanya Bima.

"Iya, terserah kamu, mau summon apapun yang penting jangan merusak fasilitas Akademi." jawab Antok.

"Oke." ucap Bima melompat setinggi-tingginya dan melempar 5 kunai yang menancap di setiap sudut lapangan.

Woshhh....

Sebuah Array penghadang berwarna merah muncul dalam sekejap. Array kelas Dewa yang bagi para hunter dan guru guru Akademi hanya sebatas mitos saja.

[Jangan pamer berlebihan bos, cukup yang recehan saja]

'Recehan? apa?' tanya Bima bingung.

[Naga petir, Naga batu, Naga Api, Naga Cahaya, Naga Kegelapan, Naga Air, tombak petir hitam, tombak petir merah, cakram api biru, dan cakram cahaya. Itu saja sudah cukup bos, tapi gunakan 1% saja jangan full]

'Ohhh baiklah!' jawab Bima paham.

"Lakukan!" ucap Antok.

Bima merapal mantra sembari membuat beberapa segel tangan untuk membuka segel kekuatannya, dan....

Woshhhhh....

Groahhhh....

6 Naga elemen muncul dari masing masing asal elemen, mulai dari dalam tanah, dari langit, dari dalam tubuh Bima, hingga dari kolam ikan. Keenam Naga itu muncul dengan ukuran sedang namun dengan aura luar biasa mengerikan sehingga sempat membuat Array retak.

"Ini summon roh dari elemen!" ucap Bima menengok pada Antok.

Setelah itu Bima melempar sebuah petir kecil ke arah langit, dann....

Jeder....

Tak berselang lama, ribuan petir lainnya turun dengan berbagai warna dari biru, merah, hitam hingga emas. Ribuan petir itu berhenti di atas tanah dan menghadap ke arah Bima seolah memberikan hormat.

Tak berhenti di sana, tiba tiba berbagai skill tingkat Dewa bermunculan secara bertahap dan hanya berhenti di atas tanah serta memberi horm

pada Bima.

"Ini skill skillnya! mau patung, roh spiritual sama beast spiritual nya sekalian tidak?!" tanya Bima pada Antok.

"Cukup! cukup!" jawab Antok dengan darah mengalir deras dari hidungnya.

"Kembali!" teriak Bima.

Woshhh...

Sekejap mata, semua kekuatan luar biasa itu hilang begitu saja.

"Lemah sekali! baru segitu sudah lemas!" ucap Bima mengejek semua murid yang terduduk lemah tak berdaya.

"Kembali ke tempatmu! kita lanjutkan pelajarannya!" ucap Antok sembari mengelap darah di hidungnya.

"Baiklah..." jawab Bima berjalan santai menembus Array tingkat Dewa itu.

Bima duduk di bangku taman bersebelahan dengan Riski dan Rizal yang sama sama lemas tak berdaya. Pelajaran pun kembali di mulai dengan materi baru dan bab baru yang lagi lagi sudah Bima ketahui sampai inti materi ini, materinya adalah penggunaan Energi Alam.

"Ada yang sudah bisa memanfaatkan energi alam ini? ini akan sangat menguntungkan bagi kalian saat bertarung dalam jangka waktu lama." ucap Antok.

"Gak terlalu efektif sih pak, penyerapan energi alam ini terlalu lambat. Aku biasa pakai energi alam ini hanya sebagai regenerasi tubuh dan cadangan energi dikala terdesak." ucap Bima angkat tangan.

"Benar, tapi bagi para pemula ini akan sangat membantu Bima." ucap Antok memberi jempol.

"Iya sih, tapi aku sarankan lebih baik gunakan energi panas matahari yang sudah otomatis di serap tubuh. Energi ini sangat kuat pak walaupun belum sekuat energi alam ya. Tapi keuntungannya adalah kita tak perlu membuang waktu untuk menyerap energi ini." ucap Antok.

"Itu untuk orang-orang tertentu Bima, para pemula akan kesulitan dalam mempelajarinya." ucap Antok.

"Betul tapi salah juga, biar aku contohkan." ucap Bima berdiri.

"Pertama tama, rasakan panas di dalam tubuh kalian, cari jalan menuju inti rasa panas itu. Telusuri terus, kalau sudah dapat intinya, tata kembali ruang hampa kalian dan salurkan inti panas tadi ke jalur utama. Selesai. Kalau mau pakai, tinggal bilang aktif saja, mudah bro." ucap Bima.

"Coba kamu peragakan hasil energi matahari itu, bapak belum pernah coba sebelumnya." ucap Antok penasaran.

"Mau apa pak? bola? panah? tombak? atau pedang?" tanya Bima.

"Bola saja, biar mereka mudah meniru." jawab Antok.

"Baiklah..." ucap Bima.

Bima menghadap lurus ke depan, memejamkan mata memfokuskan diri. Perlahan di tangannya mulai membentuk sebuah bola energi sebesar bola ping pong dengan aura panas yang sangat menyengat.

Bima membuka mata dan tersenyum kecil.

"Ini namanya bola energi matahari, kalian bisa coba di rumah nanti, catat ya apa yang tadi aku bicarakan. Lihat dampaknya." ucap Bima pada para murid lalu melempar bole energi di tangannya sekuat tenaga.

Woshhhh....

Duarrrrr.....

Bola energi itu meledak sangat dahsyat sampai menghancurkan Array tingkat dewa buatan Bima.

"Sesimpel itu bro." ucap Bima santai.

"Aku lupa mencatat!!!" teriak Syila.

"Nih, aku sudah catat tadi." ucap seorang pria di samping Syila.

"Bagus! kau anak rajin! lihat ilmunya bukan yang menyampaikan! pertahankan wahai anak muda!" ucap Bima menujuk pria yang memberikan bukunya pada Syila.

"Aku rasa ini penting, jadi aku catat hehehe...." jawab pria bernama Abon itu terkekeh malu.

"Tak apa, itu juga sudah mengesankan." ucap Bima mengacungkan jempolnya.

"Kamu dapat semua ilmu penting ini dari mana bim?" tanya Angel penasaran.

"Baca! kau pikir aku selama ini hanya diam di rumah meratapi nasib! bodoh!" jawab Bima kesal.

"Boleh aku pinjam? aku mau naik tingkat juga." ucap Angel tanpa malu padahal dia dulu selalu menghina Bima.

"Di perpus banyak kok, cari aja yang tulisan bukunya tulisan aksara kuno, warnanya hitam." jawab Bima.

"Nanti aku cari ah." ucap Angel.

"Sudah, kalian boleh pulang! jam pelajaran telah usai! kita libur 3 bulan sebelum ujian kelulusan. Sampai jumpa bulan Desember ya!" ucap Antok lalu berlari pergi.

"Liburrrr!!!!" teriak Bima gembira bukan main.

"Aku pulang ya!!!" ucap Bima berlari pergi.

Bima pergi pulang ke rumah meninggalkan teman sekelasnya yang kebingungan. Sesampainya di rumah, Bima langsung masuk kamar tanpa menyapa orang rumah yang sedang asik bercengkrama di ruang keluarga.

Sesampainya di kamar, Bima langsung pergi mandi, setelah mandi Bima langsung tidur karena rasa lelahnya.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

PotatoBoy

PotatoBoy

dunia pun tidak gempar disaat Bima yg tidak mempunyai kekuatan bisa mengalahkan dungeon tingkat sss. dari sini cerita sudah tidak menarik. coba author nya baca komik solo leveling siapa tau ada inspirasi

2024-02-26

0

Crow.

Crow.

mana rumahnya? perasaan pas di kasih 3 permintaan dia minta rumah

2023-10-19

0

Gatot Suharyono

Gatot Suharyono

ini MC apaan . . . sudah kasar, sombong pula, gak ada menariknya !?
apa yang mau ditunjukkan author disini !?

2023-09-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8"
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34"
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40"
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43"
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61"
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91: Arc 1 End
92 Arc 2 Bab 92"
93 Arc 2 Bab 93
94 Arc 2 Bab 94
95 Arc 2 Bab 95
96 Arc 2 Bab 96
97 Arc 2 Bab 97
98 Arc 2 Bab 98
99 Arc 2 Bab 99
100 Arc 2 Bab 100
101 Arc 2 Bab 101
102 Arc 2 Bab 102
103 Arc 2 Bab 103
104 Arc 2 Bab 104
105 Arc 2 Bab 105
106 Arc 2 Bab 106
107 Arc 2 Bab 107
108 Arc 2 Bab 108
109 Arc 2 Bab 109
110 Arc 2 Bab 110
111 Arc 2 Bab 111
112 Arc 2 Bab 112"
113 Arc 2 Bab 113
114 Arc 2 Bab 114
115 Arc 2 Bab 115
116 Arc 2 Bab 116
117 Arc 2 Bab 117
118 Arc 2 Bab 118
119 Arc 2 Bab 119
120 Arc 2 Bab 120
121 Arc 2 Bab 121
122 Arc 2 Bab 122
123 Arc 2 Bab 123
124 Arc 2 Bab 124
125 Arc 2 Bab 125
126 Arc 2 Bab 126
127 Arc 2 Bab 127
128 Arc 2 Bab 128
129 Arc 2 Bab 129
130 Arc 2 Bab 130
131 Arc 2 Bab 131
132 Arc 2 Bab 132"
133 Arc 2 Bab 133
134 Arc 2 Bab 134
135 Arc 2 Bab 135
136 Arc 2 Bab 136
137 Arc 2 Bab 137
138 Arc 2 Bab 138
139 Arc 2 Bab 139
140 Arc 2 Bab 140
141 Arc 2 Bab 141
142 Arc 2 Bab 142
143 Arc 2 Bab 143
144 Arc 2 Bab 144
145 Arc 2 Bab 145
146 Arc 2 Bab 146
147 Arc 2 Bab 147
148 Arc 2 Bab 148
149 Arc 2 Bab 149
150 Arc 2 Bab 150
151 Arc 2 Bab 151
152 Arc 2 Bab 152
153 Arc 2 Bab 153
154 Arc 2 Bab 154
155 Arc 2 Bab 155
156 Arc 2 Bab 156
157 Arc 2 Bab 157
158 Arc 2 Bab 158
159 Arc 2 Bab 159
160 Arc 2 Bab 160
161 Arc 2 Bab 161"
162 Arc 2 Bab 162
163 Arc 2 Bab 163
164 Arc 2 Bab 164
165 Arc 2 Bab 165
166 Arc 2 Bab 166
167 Arc 2 Bab 167
168 Arc 2 Bab 168
169 Arc 2 Bab 169
170 Arc 2 Bab 170
171 Arc 2 Bab 171
172 Arc 2 Bab 172
173 Arc 2 Bab 173
174 Arc 2 Bab 174
175 Arc 2 Bab 175
176 Arc 2 Bab 176
177 Arc 2 Bab 177
178 Arc 2 Bab 178
179 Arc 2 Bab 179
180 End
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8"
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34"
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40"
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43"
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61"
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91: Arc 1 End
92
Arc 2 Bab 92"
93
Arc 2 Bab 93
94
Arc 2 Bab 94
95
Arc 2 Bab 95
96
Arc 2 Bab 96
97
Arc 2 Bab 97
98
Arc 2 Bab 98
99
Arc 2 Bab 99
100
Arc 2 Bab 100
101
Arc 2 Bab 101
102
Arc 2 Bab 102
103
Arc 2 Bab 103
104
Arc 2 Bab 104
105
Arc 2 Bab 105
106
Arc 2 Bab 106
107
Arc 2 Bab 107
108
Arc 2 Bab 108
109
Arc 2 Bab 109
110
Arc 2 Bab 110
111
Arc 2 Bab 111
112
Arc 2 Bab 112"
113
Arc 2 Bab 113
114
Arc 2 Bab 114
115
Arc 2 Bab 115
116
Arc 2 Bab 116
117
Arc 2 Bab 117
118
Arc 2 Bab 118
119
Arc 2 Bab 119
120
Arc 2 Bab 120
121
Arc 2 Bab 121
122
Arc 2 Bab 122
123
Arc 2 Bab 123
124
Arc 2 Bab 124
125
Arc 2 Bab 125
126
Arc 2 Bab 126
127
Arc 2 Bab 127
128
Arc 2 Bab 128
129
Arc 2 Bab 129
130
Arc 2 Bab 130
131
Arc 2 Bab 131
132
Arc 2 Bab 132"
133
Arc 2 Bab 133
134
Arc 2 Bab 134
135
Arc 2 Bab 135
136
Arc 2 Bab 136
137
Arc 2 Bab 137
138
Arc 2 Bab 138
139
Arc 2 Bab 139
140
Arc 2 Bab 140
141
Arc 2 Bab 141
142
Arc 2 Bab 142
143
Arc 2 Bab 143
144
Arc 2 Bab 144
145
Arc 2 Bab 145
146
Arc 2 Bab 146
147
Arc 2 Bab 147
148
Arc 2 Bab 148
149
Arc 2 Bab 149
150
Arc 2 Bab 150
151
Arc 2 Bab 151
152
Arc 2 Bab 152
153
Arc 2 Bab 153
154
Arc 2 Bab 154
155
Arc 2 Bab 155
156
Arc 2 Bab 156
157
Arc 2 Bab 157
158
Arc 2 Bab 158
159
Arc 2 Bab 159
160
Arc 2 Bab 160
161
Arc 2 Bab 161"
162
Arc 2 Bab 162
163
Arc 2 Bab 163
164
Arc 2 Bab 164
165
Arc 2 Bab 165
166
Arc 2 Bab 166
167
Arc 2 Bab 167
168
Arc 2 Bab 168
169
Arc 2 Bab 169
170
Arc 2 Bab 170
171
Arc 2 Bab 171
172
Arc 2 Bab 172
173
Arc 2 Bab 173
174
Arc 2 Bab 174
175
Arc 2 Bab 175
176
Arc 2 Bab 176
177
Arc 2 Bab 177
178
Arc 2 Bab 178
179
Arc 2 Bab 179
180
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!