"Sepertinya saya tidak perlu menjelaskannya pada anda dokter Fia. Karena tuan Kenny sendiri tidak memberi tahu saya".
Aku tidak bisa percaya gitu saja dengan orang ini. Sebaiknya aku hindari saja ajakan orang tadi dengan alasan ku.
"Maaf pak, saya tidak bisa mengikuti apa yang anda katakan begitu saja. Kecuali kalau saya langsung melihat orang yang anda maksud".
Orang itu terdiam lalu mengalihkan penglihatannya pada seseorang yang ada di sana.
"Saat ini tuan Kenny sedang sibuk dan hanya ada waktu nanti malam. Kalau saja dia banyak waktu, tidak perlu dia meminta anda untuk datang nanti malam".
Sudah jelas, pasti ini bukan orang sembarangan.
"Tapi pak, malam ini saya ada dinas jadwal dinas di rumah sakit ini sampai menjelang pagi. Apa tidak bisa jika di ganti waktunya".
Satu alasan lagi untuk menghindarinya, karena aku memang tidak mau untuk menemui orang yang dia maksud.
"Jadwal yang sudah di buat oleh tuan Kenny tidak bisa lagi di rubah. Lagi pula sudah kukatakan pada anda jika tuan Kenny orang yang sangat sibuk dan tidak punya banyak waktu luang".
Memangnya dia siapa sampai tidak punya banyak waktu luang, dan mengatur waktu untuk bertemu dengan orang lain sesuka nya saja tanpa mengerti keadaan orang yang akan dia temui.
"Kalau saya boleh tau sedikit tentang tuan Kenny, memangnya siapa sebenarnya dirinya".
Orang itu menghela nafasnya lalu berkata
"Tuan Kenny adalah putra dari direktur rumah sakit ini. Atau yang lebih jelasnya adalah pemilik rumah sakit ini".
Ternyata firasatku benar, dia bukan orang sembarangan.
"Ikuti saja kemauan nya, sebelum kita di pecat dan di kembalikan ke Indonesia sebelum waktunya". kata Mila yang memberikan sarannya padaku.
"Bagaimana dokter Fia, apa anda menerima undangan tuan Kenny?"
Aku sejenak menatap wajah Mila yang tepat berada di sampingku. Mila tampak menganggukkan kepalanya seakan memberikan keyakinan nya pada ku untuk menerima undangan itu.
Hah.... bagaimana ini ya Allah. Kalau aku menolak, takutnya apa yang di katakan Mila akan terjadi. Tapi kalau aku terima....
Sebenarnya aku juga penasaran sih sama orang itu. Memangnya apa sih maksudnya mengundangku untuk datang kerumahnya.
Dan bagaimana ceritanya sampai dia bisa mengenalku padahal aku saja tidak pernah sekalipun melihat nya.
Mila kembali menyenggol bahuku.
Aku sedikit ragu dengan keputusan ku ini.
Aku takut jika dia bukan orang yang baik baik.
"Fia....". Mila kembali berbisik padaku.
Aku dengan perlahan mengatur nafas ku dan menjawab. Bismillah semoga semua baik baik saja ya Allah.
"Baik pak, akan saya usahakan". jawabku.
"Ok! Terima kasih atas pengertian anda. Selamat siang".
Setelah berkata seperti itu, dia malah pergi begitu saja tanpa memberi tahu ku alamat rumah tuan Kenny itu.
"Gimana kamu bisa datang kerumahnya tua Kenny kalau dia saja tidak memberi alamat rumahnya pada mu". kata Mila yang berbisik.
Tidak lama setelah itu, aku melihat langkah lelaki tadi berhenti sesaat dan kembali lagi pada kami.
"Bisa aku meminta nomor telepon anda dokter Fia?"
Aku lalu memberikan ponsel ku padanya.
"Sudah saya kirim alamat rumahnya tuan Kenny".
"Maaf sebelumnya tadi saya lupa". katanya sembari memberikan kembali ponsel ku yang tadi ia pinjam.
"Permisi". katanya sembari melangkah pergi.
"Aku rasa dia tadi dengar kamu ngomong Mil".
Mila hanya tersenyum sembari menahan tawanya.
"Sepertinya iya".
Aku masih terus menatap langkahnya pergi dari kami. Dia berhenti pada seseorang yang duduk di ujung sana.
Sebelum berbicara pada lelaki lain, dia terlebih dulu memberikan salam hormat nya pada lelaki itu.
Apa itu adalah tuan Kenny yang dia maksud.
Dan orang tadi menemui kami adalah salah satu asisten pribadinya yang ia perintah langsung untuk menemui ku.
Sayang, wajahnya tidak kelihatan dari sini karena jarak kami yang berjauhan.
Lagi pula lelaki itu berjalan dengan memalingkan wajahnya agar tidak ada orang yang mengenalinya.
"Lagi liatin apa?" tanya Mila yang penasaran dengan ku.
Aku hanya menggeleng lalu kembali melanjutkan makan ku lagi.
...****************...
Sampai di malam hari, setelah selesai sholat Maghrib aku bersiap untuk pergi ke rumah tuan Kenny, orang asing yang tidak pernah aku kenal.
Aku merasa tidak nyaman dengan undangan malam itu jika harus pergi sendiri. Apalagi menemui orang lain yang tidak pernah aku kenal.
Untuk antisipasi, aku meminta Mila untuk mengantar dan menemani ku datang ke rumah tuan Kenny itu. Lagi pula pesan ibu dan Abah, aku tidak boleh pergi sendirian kemanapun, harus ada yang menemani minimal satu orang dan itu adalah orang yang aku kenal.
Kami pergi dari apartemen menuju rumah tuan Kenny dengan menggunakan sedan milik kami berdua, fasilitas khusus dari rumah sakit tempat kami bekerja di kota ini.
"Pokonya kamu nanti harus temenin aku sampai ketemu sama yang namanya tuan Kenny itu".
"Siap bos, aku akan temenin kamu. Aman deh semuanya". kata Mila dengan full senyuman.
Aku menghela nafas dengan perlahan.
"Bismillahirrahmanirrahim. Hamba meminta perlindungan Engkau ya Allah".
Mila yang ambil alih kemudi karena dirinya yang lebih mahir dalam berkendara roda empat.
Perjalanan kami tidak terlalu lama, karena jarak antara apartemen dengan alamat yang ada tidak lah terlalu jauh.
"Sudah sampai".
Aku pun keluar dari dalam mobil duluan lalu melihat apa yang ada di hadapan ku sekarang.
Sebuah fitnah dunia ada di hadapan ku sekarang. Rumah itu tampak begitu besar mewah nan bertingkat sampai lima lantai bagai istana di sebuah dongeng yang sering aku tonton dulu saat masih SD.
"Gede banget rumahnya Fi. Gila ini rumah apa apartemen ya".
kata Mila yang tampak begitu takjub dengan besarnya rumah itu.
Mila tak bisa mengalihkan pandangannya dari rumah itu. Entah berapa kali ia memuji kemewahan rumah itu saat masih terlihat dari luarnya saja.
Deringan handphone yang menandakan adanya panggilan masuk terdengar dari handphone milikku.
Nomor tidak dikenal saat aku lihat tulisan yang terpapar dari layar ponsel ku. Sedikit ragu untukku mengangkat teleponnya, tapi jika diabaikan takutnya orang penting lagi dan berurusan dengan rumah sakit.
"Angkat aj Fi, seperti nya itu orang yang tadi deh". kata Mila yang melihat wajah ragu ku.
Setelah kuangkat, ternyata benar panggilan itu dari orang yang tadi. Sedikit pernyataan pahit bagiku, kalau orang itu memberitahuku hanya aku sendiri yang diizinkan untuk masuk ke dalam rumahnya.
Jika aku membawa teman maka disuruh tunggu di luar.
Aduh... ribet banget sih syaratnya aku mah memangnya ada keperluan apa sih sampai aku harus datang sendiri dan tidak boleh menolong teman.
Apa ada pasien yang sedang sakit parah sehingga harus dioperasi di rumahnya dan tidak diperbolehkan membawa orang lain masuk ke dalam.
"Mil aku harus sendirian masuk kedalam dan kamu di suruh tunggu di luar".
"Emm... yaudah deh. Tapi kamu hati hati ya, kalau ada apa-apa langsung hubungi aku".
"Kamu tungguin aku sampai selesai ya".
Mila mengacungkan jempol nya padaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments