Memasuki musim semi di kota Seoul, semua terlihat begitu indah, dahan yang tadinya kering tanpa daun kini terlihat segar dengan daun baru yang berwarna-warni.
Udaranya sejuk, mentari terbit dengan cahayanya yang indah.
Suasana kotanya juga ramah, sangat mudah di temui para pejalan kaki di kota ini.
Ya, penduduk Korea memang ramah lingkungan.
Mereka lebih senang berjalan kaki apalagi di musim semi sepeti ini. Indah sekali.
Korea Selatan, siapa yang tidak mengenal negara satu ini.
Negara yang dijuluki sebagai negeri ginseng juga drama dan k-popnya yang mendunia.
Memiliki penduduk yang berwajah tampan dan indah, dengan kulit putih dan mata yang kecil, serta tinggi badan yang menjulang.
Sangat perfeck walaupun tidak semuanya asli DNA.
Negara ini banyak di minati oleh para kalangan muda karena drama nya yang romantis dan musik k pop nya yang mendunia.
Dan itu yang membuat minat banyak orang untuk berlibur di negara ini dengan banyak spot romantis di dalam nya.
Namun pada nyatanya, ada sisi buruk dari kehidupan di negara ini sendiri.
Kehidupan asli mereka tidak lah semuanya semanis dan seromantis dramanya.
Tercatat banyak sekali penduduk negara ini yang mengakhiri hidup mereka dengan bunuh diri.
Depresi karena beratnya tekanan kerja adalah salah satu penyebabnya.
Angka kelahiran di negara ini cukup sedikit di banding dengan angka kematian, keadaan itu sendiri membuat negara ini menjadi kekurangan penduduk atau minimum.
Maka berlakulah wamil atau wajib militer yang telah di tetapkan oleh pemerintahnya kepada para pemuda Korea Selatan yang usia mereka sudah di atas 25 tahun.
Ya, sudah satu Minggu aku bekerja di rumah sakit swasta milik seorang direktur ternama yang ada di kota ini.
Banyak sekali perbedaan saat aku mulai bekerja di sini.
Terutama perbedaan agama dengan para dokter ataupun perawat dan pekerja lainnya yang ada di rumah sakit ini.
Negara ini memang minim dengan penduduk muslimnya, bahkan hanya ada 0,1 persen dari jumlah penduduknya yang beragama muslim dan bermukim disini.
Kebanyakan mereka bukan lah warga asli, melainkan para transmigran yang berasal dari Asia Selatan.
Masya Allah, minim sekali ya, semoga selanjutnya akan banyak warganya yang mendapat hidayah nya Allah. Aamiin.
Hanya ada 3 dokter muslim yang ada di rumah sakit itu, dan itu adalah aku bersama dengan kedua teman ku. Dokter Mila juga dokter Angga.
Memang cukup sulit untuk ku berbaur dengan mereka yang tak seiman dengan ku.
Apalagi saat itu hanya aku dokter muslim yang berhijab.
Sepertinya, ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi ku. Semoga Allah selalu melimpahkan kasih sayangnya kepada kami. Aamiin.
Menyesuaikan diri tinggal di negara yang mempunyai empat musim seperti Korea Selatan tidaklah mudah bagiku, baru satu hari tiba di kota Seoul saja aku sudah mengalami demam tinggi, flu dan batuk ketika memasuki akhir musim dingin.
Namun ini bukanlah yang pertama kali nya aku tinggal di luar negri.
Sebelumnya aku juga pernah tinggal di Jerman untuk menyelesaikan studi dokter bedah.
Jadi aku sudah ada pengalaman untuk tinggal di negri orang dengan suasana yang sangat berbeda dengan negri sendiri.
Siang itu adalah jam istirahatnya para pekerja rumah sakit, termasuk pula para dokternya.
Aku makan siang bersama dengan rekan dekatku yaitu dokter Mila, kami makan siang di kantin yang ada di rumah sakit itu dengan makanan yang telah kami bawa sendiri dari apartemen.
Sebagai seorang muslim, berhati hati dan menjaga makan di tempat yang kebanyakan non Muslim adalah hal yang sangat penting, meskipun di kantin itu tersedia makanan halal .
Aku sudah membiasakan hidup seperti ini sejak masih tinggal di Jerman.
Selaku membawa bekal makanan sendiri kemanapun aku pergi dengan olahan makanan yang aku buat sendiri.
Sampai aku benar benar menemukan restoran halal dengan para chef nya yang muslim.
Memasuki jam istirahat, seorang CEO muda yang tak lain adalah putra dari sang pemilik rumah sakit sedang berjalan menyusuri bagian rumah sakit bersama dengan satu asisten nya.
Langkahnya terlihat cepat, sang asisten juga memperhatikan ke sekelilingnya saat berjalan. Sedangkan laki laki yang seorang CEO itu berjalan dengan lagaknya seorang bos besar.
Wajah keduanya sama sama tampan, layaknya aktor drama ternama Korea yang lebih menonjol pada sang bos.
"Apa anda serius akan mengundang dokter itu ke rumah anda malam ini juga tuan?"
Pertanyaan itu tidak di jawab olehnya. Ia malah tiba tiba menghentikan langkahnya saat berada di hadapan kantin.
Kaca mata hitam yang menutupi kedua matanya seketika ia buka saat tatapannya tertuju pada seseorang.
Sang asisten pun mengikuti arah tatapan atasannya.
Dan dia tau siapa seseorang yang ada di sana.
"Dokter Fia". kata asisten nya yang tanpa sengaja berucap.
Laki laki yang memiliki nama lengkap Kim Kenny William itu pun menatap wajah asistennya.
"Apa dokter itu yang akan kau undang ke rumah mu nanti malam?"
"Iya".
"Aku ingin kau menemuinya dan beritahu padanya jika aku menunggunya di rumah ku nanti malam. Dokter yang memakai penutup di kepalanya itu".
"Tapi dia adalah dokter bedah. Bukan ahli psikologi. Apa kau tidak salah jika mengundangnya tuan. Bagaimana jika dia nanti melakukan pembedahan di rumah mu ?"
"Tuan Kenny, lebih baik kita cari dokter yang lain saja, aku akan mencarikan ahli psikologi yang handal untukmu".
"Coba kau pikirkan baik baik".
"Tidak perlu! Jika kau masih menginginkan pekerjaan mu, maka lakukanlah apa yang kukatakan. Jika tidak, biar aku yang melakukannya sendiri".
Kata tn Kenny dengan tegas sembari melangkahkan kaki kanannya.
Namun dengan sigap lelaki yang menjadi asisten nya itu pun mencegah langkahnya, karena ia tidak ingin kehilangan pekerjaan nya yang sekarang.
"Eits... tunggu dulu tuan Kenny. Tidak perlu terburu buru, biar aku saja yang melakukannya karena ini adalah tugas pribadi ku".
Wajah tampannya itu menguraikan senyuman tipis kepada asistennya.
Karena tidak ingin di kenali oleh banyak orang, tuan Kenny pun kembali memakai kaca mata hitamnya lalu duduk di salah satu bangku dan membelakangi mereka.
"Selamat siang dokter".
Saat itu aku dan Mila sedang asyik memakan hidangan makan siang kami. Kami saling bertatap wajah ketika mendengar seseorang yang menyapa kami dengan tiba tiba.
"Siang pak".
Lelaki itu tersenyum kepada kami berdua.
Pakaiannya sangat rapi, layaknya sebagai asisten pribadi dengan jas hitam juga kemeja putihnya.
"Maaf saya mengganggu waktunya sebentar. Busa kah saya bicara dengan dokter Fia".
Mila menyenggol bahuku saat mendengar namaku di sebut oleh orang itu.
"Iya, saya sendiri". kata ku yang menunjukkan diri ku sendiri.
"Em... dokter Fia, seseorang mengundang anda untuk datang kerumahnya nanti malam".
Perasaan aku masih satu Minggu berada di sini dan aku belum mengenal betul orang orang di sini kecuali rekan kerja ku.
Apakah yang di maksud oleh orang ini adalah salah satu dari mereka.
"Seseorang? Siapa?"
"Namanya tuan Kenny". jawab orang itu.
Tuan Kenny? sepertinya pekerja di rumah sakit ini tidak ada yang bernama Kenny, apalagi di panggil dengan sebutan tuan.
Aku rasa orang ini salah ngomong.
"Maaf pak sepertinya anda salah orang".
"Saya tidak pernah mengenal orang yang tadi anda sebutkan namanya".
"Tapi tuan Kenny mengenal anda dan dia meminta anda untuk menemuinya nanti malam".
Aneh tapi nyata, sepertinya itu adalah ungkapan yang pas untuk orang ini.
Aku bingung, sejak kapan ya aku bertemu dengan tuan Kenny yang dia maksud.
Lalu apa maksudnya sampai dia mengundang ku untuk datang di rumahnya nanti malam?
Apa dia adalah salah satu pasien ku?
"Apa anda bisa memberi tahu saya siapa dia sebenarnya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments