Dream 20

Jaemin termenung sendirian didalam kelas. Teman-temannya sudah pergi sepuluh menit yang lalu ke ruang seni sementara dirinya memilih untuk izin karna merasa tidak enak badan. Sebenarnya tadi pagi pun ia mau absen saja tapi berhubung hari ini ada ulangan biologi, sungkan tak sungkan Jaemin harus berangkat.

Pemuda kelinci itu kini tengah duduk sambil menelungkupkan kepalanya ke meja. Ia menghela napas pasrah. Sakit memang sesuatu yang menyebalkan.

"Jaemin!" panggil seseorang lirih. Jaemin membuka kedua matanya yang sempat tertutup.

"Gue anter ke UKS yuk, istirahat di sana aja" Winwin menawarkan diri. Jujur, ia sedikit khawatir pada pemuda itu.

Jaemin menggeleng pelan. "Lo kan masih ada jam pelajaran. Gue nggak mau ngrepotin. Disini aja deh, nggak papa kok!" tolak Jaemin lemah.

"Tadi gue udah ijin sama gurunya. Ayok gue anter !" ajaknya sekali lagi. Entah itu bener atau bohong Jaemin tak tau.

Pada akhirnya Jaemin setuju diantar ke UKS. Meski jalannya sedikit tertatih, untung saja dia dapat bantuan.

"Win" kata Jaemin disela perjalanan ke UKS. Winwin hanya bergumam. Pemuda itu tengah fokus membantu Jaemin berjalan.

"Gak jadi deh" lanjut Jaemin bingung.

Winwin melirik dengan cepat kearah Jaemin. "Kok nggak jadi? Apa itu hal penting?" tanya Winwin. Jaemin hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Kalo gitu gue aja yang ngomong. Lo udah tau belum tentang Kun yang dibawa ke rumah sakit kemarin?"

"Kenapa dia?"

"Keracunan makanan" ungkap Winwin sukses buat Jaemin terpaku. "Untung aja nggak terlalu parah. Dia udah dapet perawatan"

Jaemin menghela nafas lega setelah mendengarnya. "Syukur deh. Lah kok bisa Kun keracunan padahal dia tinggal di penjara makanannya kan cuma dari sana. Kok bisa ya?"

Winwin diam berfikir begitu pula dengan Jaemin. Keduanya terus saja diam sembari berjalan menuju UKS. Sampai pada suatu momen, secara tiba-tiba Winwin mengagetkan Jaemin dengan sebuah permintaan yang dinilai aneh.

"Jaem jangan ngomong sama siapa-siapa ya soal ini! Gue nggak percaya sama yang lain kecuali Lo!" ucap Winwin sukses buat langkah Jaemin terhenti.

"Maksud lo?" tanya Jaemin penasaran.

Winwin hanya diam. Ia tak mungkin memberi tahu Jaemin tentang apa yang ia lihat ketika mengetahui hal janggal kemarin. Bukti yang ia temukan belum cukup untuk menuduh anggota Dream.

🌱🌱🌱

Sepertinya keputusan Jaemin untuk bolos pelajaran seni benar. Jika pemuda kelinci itu nekad masuk maka sakit yang ia rasa bakal semakin parah saja. Bukannya membaik malah tambah parah.

Suasana di sana jauh dari kata layak buat belajar. Setelah ditinggal guru, anak-anak mulai berisik. Ditambah lagi telah terjadi pertengkaran antara Jisung dan seorang murid. Alhasil keadaan kelas pun tambah kacau. Semua orang tak lagi fokus belajar, mereka malah sibuk menonton pertengkaran itu.

Kalau udah se kacau ini siapa juga yang harus turun tangan? Chenle juga. Apalagi dia ini ketua kelasnya. Mau tak mau ia harus menghentikan pertengkaran ini secepat mungkin sebelum terjadi hal-hal yang lebih buruk lagi.

"Berhenti nggak, Stop!" ucapnya sambil berdiri ditengah-tengah keduanya. "Kalian udah dewasa, jangan bertengkar. Bisa dirundingkan dengan baik-baik kan?"

Jisung menatap lawannya dengan mata elang. Pemuda itu sudah larut dalam emosi. Jika bukan karna Renjun yang menahan tubuhnya, pasti dia sudah maju sekarang.

"Masih baik ada Renjun, lo bisa selamat karna dia nahan gue!" ejek Jisung.

"Dih berlindung dibelakang sahabat, dasar cupu loh!" balas lawannya.

"APA LO BILANG HAH BANGS*T!!? CUPU!!!!?"

"Napa? nggak denger gue ngomong apa? Anak papi ya gitu, kalo nggak minta tolong ke bokap ya ke temen. Nilai aja minta bantuan, apalagi kalo bertengkar. Udah pastilah bawa kawanan"

Jisung maju selangkah namun langsung ditahan oleh Renjun. Dia terus saja memaksa hingga Haechan harus turun tangan langsung.

"Jie! tenangin diri lo, jangan kebawa emosi!" ucap Haechan menenangkan. Tapi Jisung terus saja memaksa buat menghajar murid tersebut.

"Iya Jie! Haechan bener. Kalo lo terpancing emosi nanti lo juga yang rugi bukannya dia. Jadi plis tenang!" sambung Chenle.

Jisung terdiam. Dia memandang lawannya dengan pandangan ganas. Sementara sang lawan terus saja mengejek dengan kata-kata yang memancing emosi. Dia menyebut kalau Dream itu hanya sekumpulan orang-orang sampah yang haus akan popularitas.

"Para anggota Dream itu, hanya mereka yang beruntung saja terlahir dari keluarga kaya" Keluh murid itu lagi. Dia mengejek kalau anggota Dream hina semua.

"Bokap lo suka nyuap bukan, apa jangan-jangan dia nyuap juga supaya bisa nikah sama nyokop lo wiwkwk! Dan iya, jangan-jangan lo juga anak suapan" ejek murid tersebut.

Jisung langsung mengepalkan tangannya kesal. Namun aksinya ini langsung tertangkap mata oleh Haechan. Pemuda dihadapannya itu lalu mengisyaratkan Jisung buat diam saja karna semua sudah diurus.

Jisung segera mengikuti arah pandang Haechan. Mereka menatap sebuah cctv di pojok ruangan itu dan juga Jeno yang tengah memegang ponselnya.

Oh jadi gitu!

"Haechan yang rencanain ini semua. Gue harap lo paham" bisik Renjun. Jisung langsung menatap Haechan yang kini tengah melirik murid itu. Sedangkan murid tersebut terus saja mengomel yang Jisung sendiri saja tak tau apa itu karna sekarang pandangannya malah tertarik pada Haechan.

Pemuda dengan marga Lee itu tengah asik menatap murid itu dengan pandangan yang aneh. Jisung sendiri tak tau maksudnya. Tapi itu terlihat berbeda dari pandangan biasa. Itu seperti pandangan seorang predator yang menatap mangsanya. Jisung jarang sekali melihatnya, tapi dia biasa lihat ini saat melihat film bertema criminal.

Itu seperti pandangan seorang psikopat? Tatapan tajam nya berbeda dengan tatapan orang marah. Bukan tatapan kebencian atau kemarahan, melainkan tatapan yang mengisyaratkan "Wait & See".

Entahlah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!