Dream 5

"Terus-terus? Lo lari gitu ngejar penyusupnya!?" tebak Haechan yang tengah serius mendengarkan cerita dari Jaemin.

Jaemin mengangkat kedua alisnya. "Lo kira gue polisi apa nyampe harus ngejar tuh penjahat. Lagian ya Chan pas gue datang tuh penyusup udah nggak ada. Cuma ada Jeno dan Renjun di sana"

"Ya elah nggak seru banget lo. Gue kira lo bakal jungkir balik buat ngejar penyusupnya. Eh tapi...." ucapnya sedikit menggantung. Lalu dia mendekatkan bibirnya ke telinga Jaemin.

"Lo nggak ada curiga ke Renjun gitu. Bukannya dia aneh?"

"Curiga begimana? Orang dia bareng gue mulu. Nggak mungkinlah!" tolak Jaemin sambil melirik pemuda Huang itu yang kini tengah tidur nyenyak di bangkunya.

"Terus tujuannya ke rumah lu tuh cuma buat ngambil jaket itu doang? Nggak bisa nitip ke lu esok harinya? Kenapa harus diambil sendiri? Atau jangan-jangan ada sesuatu di jaket itu?" tebak Haechan sepertinya mulai melantur.

"Oh Jangan-Jangan....!"teriak Lucas yang berhasil buat kedua orang tersebut terlonjak kaget.

"YAK...! Lucas bisa nggak sih kalo teriak ditempat lain jangan ditelinga gue!" sewot Haechan. "Lagian lo ngapain hah disini? Nguping ya lo dari tadi?"

"Gue cuma denger dikit kok nggak banyak. Kalo diskusi tuh cari tempat yang aman dong jangan ditempat terbuka kayak gini, kan banyak yang denger!"

"Iya-iya ini kita mau pindah. Yok Jaemin kita cari tempat aman supaya nggak ada yang nguping!" ucap Haechan dengan nada yang cukup nyaring di bagian akhirnya. Bermaksud menyindir Lucas.

Kedua orang itu akhirnya pergi dari tempat itu melupakan Lucas yang sepertinya sedih sebab tak diajak.

"Oh gitu ya..." sela Lucas. "Padahal tadi gue mau ngomongin hal penting soal kertas emoticon itu" ledek Lucas memancing Haechan-Jaemin untuk berhenti.

"Soal ара itu?" balas Jaemin membalikkan badannya. Haechan nyampe misuh-misuh dibuatnya.

"Oi Lee Jaemin dia cuma ngomong omong kosong doang. Nggak perlu dipercaya!" ajak Haechan tak perduli.

"Kalo lo nggak tertarik juga nggak apa-apa kok, ya udah gue simpen rahasia ini sendiri aja meski sayang banget sih kalo gak dibagi-bagi. Padahal ini penting banget" ocehnya dengan wajah yang dibuat-buat jadi sok acuh.

"Jangan dipercaya dia cuma ngomong ngawur. Dah yok pergi aja darisini!" ajak Haechan sedikit memaksa. Namun Jaemin masih belum mau beranjak dari tempat itu.

Lucas terus menerus mengeluarkan celotehannya dan disisi lain Haechan terus memaksa Jaemin untuk pergi. Hal ini jelas buat Jaemin bingung.

"Gue serius, gue rasa kasus Jeno itu ada kaitannya dengan kasus pembunuhan berantai beberapa bulan yang lalu. Kasus pembunuhan berantai JX-Man"

"Tunggu! JX-Man? Maksudnya kedua pelakunya itu sama? Tapi yang gue denger dari orang-orang pelakunya udah ditangkap"sambung Jaemin meski ragu.

"Dan Dihukum m*ti, Puas Lo Hahh..???" sela Haechan dengan nada yang sedikit meninggi. "Gue udah minta kan kalo jangan bahas masalah JX-Man itu lagi dan lo masih bahas dia lagi? Lo bodoh banget sih!!"

Jaemin tersentak kaget. Belum pernah ia lihat Haechan se-marah ini. Meski ia baru kenal Haechan beberapa hari, Jaemin tau betul kalo Haechan tak akan se kasar itu pada orang. Ini pasti ada hubungannya dengan JX- Man itu. Atau mungkin keluarganya jadi salah satu korbannya. Ah entahlah.

"Gue kan ngomongnya baik-baik kenapa malah sewot sih?" balas Lucas ikut kesal. Wajahnya berpaling dengan mata yang sedikit sipit seperti orang yang sinis.

"Gue udah larang lo ngomongin masalah itu, kenapa masih dibahas hah?". Haechan sama memalingkan wajahnya ke arah lain. "Gue sobek mulutnya bau tau rasa lo!" cerocosnya pelan.

"Dah lah nggak jadi diskusi, males gue ngomongnya, udah nggak mood" kata Haechan lalu pergi dari tempat itu secepatnya.

Sementara Jaemin terdiam kebingungan. Tak lama kemudian bel berbunyi itu artinya dia harus segera pergi ke kelas kalau tidak bisa-bisa kena marah guru.

"Lee Jaemin!" panggil Lucas pelan namun masih bisa terdengar. "Malam ini di taman kota gue tunggu lo di sana. Elo harus datang! ini penting!" sambungnya lalu pergi dari tempat itu meninggalkan Jaemin yang lagi-lagi tengah kebingungan.

🌱🌱🌱

Chenle menghela napas panjang. Namanya juga Chenle kalo udah ketemu sama pelajaran pasti bawaannya males. Males mikirlah, males dengerin lah, males perhatiin lah, males ngerjain tugas, dan males datang ke kelas. Apalagi kalau pelajarannya MTK, beuh...

Udah kayak musuh bebuyutan deh. Pokoknya udah nggak sanggup. Kalo bisa sih ngilang aja dari kelas.

"Zhonh Chenle lagi ngapain loh? Kok sembunyi-sembunyi gitu? Ah... jangan-jangan lo mau bolos ya?" tebak Jisung yang memergoki aksi yang tengah Chenle lakukan.

Keadaan kelas sekarang lagi sepi. Anak-anak sedang ganti baju karna tadi pelajaran olahraga. Dan hal inilah yang dimanfaatkan Chenle mumpung sepi jadi bisa lancar deh acara bolosnya itu.

"Sst...!!" suruh Chenle sambil menaruh tangan didepan mulutnya. "Jangan kenceng-kenceng bro nanti ketahuan. Cepetan kalo mau ikut gue, jangan lama-lama!"

Jisung mendecih pelan. "Cih siapa juga yang mau ikut, geer loh. Gue mau ngikut pelajaran nggak kenal ya sama yang namanya bolos " ucap Jisung sombong.

"Dih sombong bener lo! Awas aja kalo tiba-tiba mau ngikut nggak bakalan gue izinin!" sarkas Chenle lalu berniat pergi dari tempat itu sebelum dihentikan oleh Sungchan dan Jaemin.

"Zhong Chenle! Mau kemana lo rapi amat, pake bawa-bawa tas lagi" sapa Jaemin yang baru datang dari WC.

Sungchan melirik Jaemin sekilas sebelum menimpali. "Biasalah, bolos. Kerjaan rutin dia. Ya kan Chenle?" tebak Sungchan. Chenle cengengesan.

Jaemin mengerutkan keningnya. "Loh, kok bolos? Emang ada keadaan darurat??"

"Genting banget malah" jawab Sungchan sambil melirik Chenle.

"Iya, lo mau ikut nggak?"tawar Chenle dengan wajah memelas.

"Ngikut kemana sih?"

"Ya bolos lah, kemana lagi coba??"kata Chenle lalu melihat sekitar yang mulai lain sudah selesai ganti baju dan mulai kembali ke kelas.

"Buruan sebelum guru datang!!" desak Chenle.

"Gue bakal ikut!" balas Sungchan sambil merangkul bahu Chenle. Yang dirangkul gimana ekspresinya??

Tentu senanglah. Dia loncat-loncat kegirangan seperti anak kecil yang dikasih jajan. Girang banget tuh orang. Dia bahkan nyampe meluk Sungchan saking senengnya.

"Cuman lo sahabat gue, cuman lo bisa ngertiin gue, Sung" puji Chenle terharu. Sungchan mesem-mesem kegirangan karna dipuji. "Yoi...Gue nggak butuh pelajaran dah pinter gue!"sombongnya.

Chenle balas menimpali kalau dia sangat setuju kalau Sungchan itu orang pintar. "Bahkan profesor aja kalah sama otak encer lo. Yok cabut!" ajak Chenle.

"Bentaran dah gue mau ambil tas" pamit Sungchan lalu masuk. Tak lama kemudian dia kembali dengan sebuah tas di punggungnya. Chenle segera merangkul pundak Sungchan begitu dia tiba.

"Kuy!" ucapnya dengan semangat menggebu-gebu. "Jisung? lo yakin nggak mau ikut?" tawar Chenle sekali lagi sebelum benar-benar pergi.

"Etdah mau bolos aja ribet amat sih lo. Nggak ya, Jisung nggak akan ikut. Dia kan rajin kayak gue" ungkap Jaemin ikutan merangkul pundak Jisung namun langsung ditepis kasar oleh si empu.

"Misi gue sibuk" pamit Jisung sinis.

"Napa dia? Kok sinis amat sih?" celetuk Sungchan. "Entahlah"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!