Dream 3

Masih pagi saja seorang Lee Jaemin di buat pusing oleh kelakuan tak bermoral dari seseorang. Rasanya Jaemin mau ngilang dari dunia kalau bisa. Tapi sayangnya ia bukan Harry Potter yang bisa ngilang begitu saja.

Bagaimana dia tidak merasa kesal, pagi-pagi bukannya sarapan eh Jeno malah ngegas. Bikin darah Jaemin mendidih saja.

"Pagi-pagi jangan bikin ulah bisa? Plis gue mau sarapan dengan tenang!" pinta Jaemin lalu menaruh sereal ke mulutnya.

Pandangannya lalu beralih ke arah kembarannya itu. Sumpah Jaemin sudah gedeg banget. Ditambah lagi soal semalam.

Perlu dicatat mengenai semalam Jeno pergi kemana Jaemin belum tahu. Jadi sebenarnya dia ingin menanyakan nya, tapi belum juga di tanya eh si Jeno malah ngamuk. Nyebelin banget kan???

Jaemin memandang Jeno dengan wajah malas. "Bisa duduk nggak? Mau sarapan kan?"

"Dih pede amat loh!" ejek Jeno dengan mulut nyinyir-nya. Ingin rasanya Jaemin cubit mulut itu agar tidak bisa ngomong seterusnya. Habisnya bikin kesel saja.

Jaemin meletakkan sendoknya dan berganti menatap Jeno dengan tajam seakan siap untuk memangsa korbannya itu. Sedangkan Jeno balas menatap Jaemin dengan pandangan meremehkan.

Sepertinya perang bakal segera pecah. Untung saja kedua orang tua mereka tidak ada di rumah jadi mereka bisa bebas melancarkan aksinya tanpa beban lagi.

Jaemin sudah menyiapkan peralatan perangnya berupa sendok dan garpu sementara Jeno sudah siap dengan pensil di saku bajunya.

Dalam hitungan beberapa detik ke depan suasana disini pasti sudah berubah seperti kapal pecah. Itu pasti.

"Lo salah besar udah bangunin beruang yang lagi tidur" ujar Jaemin.

"Beruang pala lo!!! Pede amat!!!" Ejek Jeno... lagi

"Eh jaga mulut lo ya!!! Gue kakak elo tahu, hormat dong!!" ucap Jaemin berdiri dari duduknya.

"Dihh, nggak sudi banget gue ngormatin orang kayak elo. Yang ada harga diri gue bakal jatuh" tolak Jeno sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Eh elo kok-..."

"BISA DIEM NGGAK SIH!!!"bentak seseorang yang sedari tadi duduk dengan tenang. Sontak Jaemin langsung duduk lagi karna takut.

"Gue lagi sarapan jangan berisik!" lanjutnya dengan ketus dan langsung dapat tatapan tak suka dari Jeno. Sedangkan Jaemin lanjut memakan sarapannya.

"Maaf ya nak Renjun kalo keganggu" kata bibi dari arah dapur sambil membawa bekal makanan. "Mereka emang sering bertengkar apalagi kalo nyonya sama tuan lagi pergi. Jadi maklumi aja ya. Silakan dimakan lagi sarapannya!!"

Bibi lalu menaruh bekal makanan itu ke dalam tas Jeno tanpa seizin pemiliknya. Sang pemilik tas alias Jeno jelas tak suka akan hal itu. Dia berniat mengeluarkan bekal tersebut tapi langsung dicegat oleh bibi.

"Eh.. jangan diambil!!! Kalo nggak mau sarapan, bawa ini, bisa makan dijalan. Udah jangan nolak!!"perintah bibi.

"Nggak mau!"

"Jeno dengerin bibi dong!! Jangan keras kepala!" ucap Jaemin ikutan nimbrung. Dia nggak suka aja ada yang bantah ucapan bibi karena bagi Jaemin bibi itu seperti orang tuanya sendiri terlebih lagi saat kedua orangtuanya pergi maka bibi lah yang menggantikan posisi keduanya. Jadi dia nggak suka kalau Jeno nolak ucapan bibi.

"Dibawa aja apa susahnya sih?"

"Nggak suka kali ada gue disini" celetuk Renjun yang sibuk memakan serealnya.

"Tuh nyadar" sambar Jeno cepat namun langsung dapat pukulan dari bibi. "Aww...sakit tau!!"

"Makanya sopan kalo ngomong. Itu tamu loh"bisik bibi. Jeno hanya manyun karena kesal sementara Jaemin tengah tertawa dengan puas.

"Males ah gue berangkat aja, daripada disini terus malah nabung dosa aja!" pamit Jeno main nyelonong pergi.

"Ya pergi, pergi aja sana! Jalan kaki sana ke sekolah!" teriak Jaemin kegirangan. Nggak ada akhlaknya dia. Kembaran sendiri lagi marah bukannya dibujuk malah diledek. Dasar Jaemin.

"Jangan bicara gitu dong, Nana! Kasihan Nono-nya nanti capek nyampe sekolah!" ucap bibi merasa khawatir.

"Orang kayak dia nggak perlu dikhawatirin, biarin aja. Udah besar juga" balas Jaemin cuek. "Kalo gitu Jaemin berangkat aja ya bi'. Takut kesiangan" pamit Jaemin.

"Yuk Njun!!" ajaknya.

"Naik apaan?" tanya Renjun belum beranjak dari duduknya.

"Bus lah! Terus apaan? Masa helikopter!" canda Jaemin dengan tawa khasnya.

Renjun hanya memasang wajah dinginnya dan itu jelas buat Jaemin jadi mati kutu. Ah kalo gini Jaemin nyesel deh udah berani bercanda sama keturunan pemilik hotel bintang lima. Ternyata level bercanda mereka beda juga ya.

Bukannya berusaha mencairkan suasana, Renjun malah nyelonong pergi sambil teleponan dengan seseorang. Jaemin pun segera berlari menyusulnya.

"Woy!!! Tungguin napa! Ini masih rumah gue loh!" teriak Jaemin sambil mencoba mengejar ketertinggalannya.

"Woy lagi ngapain sih? Kok bengong?" sapa Jisung. Pemuda itu berjalan mendekati Jaemin dengan langkah perlahan. Terlihat dari wajahnya sih sepertinya Jaemin sedang badmood. Ok Jisung gak boleh salah ngomong kalau gitu. Dia harus bersikap normal.

"Gue itu lagi kesel banget sama-"

"S-sst.....!!" potong Jisung cepat sebelum Jaemin mengeluarkan semua uneg-unegnya. "Nggak usah ngomong, gue nggak mau tau apa masalah lo. Gue aja masih banyak masalah yang belum diberesin nggak mau nambah mikirin masalah lo!"

"Cih...siapa juga yang mau nambah masalah lo. Lagian gue juga mikir-mikir kali mau ngasih tau masalah gue ke siapa. Nggak kayak lo juga, malah nambahin masalah ke gue" balas Jaemin sinis.

Jisung tersenyum getir. Dia mengerutkan dahinya dengan perasaan kesal. "Apa bedanya sama elo bang??? Gue rasa kita sama aja deh. SAMA-SAMA BAWA MASALAH! HAHA....!!!"ucap Jisung dengan teriakan di bagian akhirnya.

Setelah puas meledek Jaemin, Jisung langsung ngacir pergi dari pandangan Jaemin. Mungkin takut kena sentil sama tuh orang. Kan nggak ada yang tahu kalau Jaemin marah bakal lakuin apa ke lawan bicaranya. Kalau tiba-tiba Jaemin men-sleding kepala Jisung sampe bocor siapa yang bakal dirugiin disini?

Jelas Jisung lah. Belum lagi kalo nanti Jaemin beralasan kalau dia tak sengaja ngelakuin itu sebab Jisung yang mulai dulu. Kan Jisung juga yang bakal repot.

Udah kepalanya bocor ditambah pelakunya malah nyalahin dia. Ah....pusing

"Wah benarkah??..."

"Ah, itu nggak mungkin. Masa iya bunuh diri sih. Gue rasa nggak mungkin" komen seseorang yang sampai ditelinga Jaemin begitu menginjakkan kakinya kedalam kelas.

Bisa dikatakan keadaan kelas Jaemin sekarang tak layak kita sebut sebagai kelas. Gimana enggak? Coba bayangin aja, mana ada kelas yang bangkunya berantakan kemana-mana.

Letaknya sungguh tak beraturan. Ada yang lurus ke kanan, menyamping ke kiri, serong ke timur, ada yang kebalik, ada juga yang letaknya dipojok kelas. Bahkan yang paling parahnya ada yang numpuk ke atas.

Sungguh tak layak dipanggil sebagai kelas. Kalian setuju kan??

Begitu tiba dikelasnya, pemandangan pertama yang ia lihat adalah sekelompok orang yang tengah sibuk bergerombol. Entah apa yang sedang dibahas. Tapi bisa Jaemin pastikan kalau itu pasti tentang gosip terbaru disekolah ini. Itu pasti.

Tahukan kenapa Jaemin bisa yakin dengan itu Kalau ditengah-tengah kerumunan itu ada Haechan pasti mereka semua lagi bahas tentang gosip terbaru disini. Tidak diragukan lagi.

Daripada menambah beban pikiran yang emang udah menumpuk sejak pagi tadi, Jaemin memilih untuk acuh dengan kelompok itu dan memilih untuk duduk di bangkunya saja.

Pemuda itu berjalan dengan sangat hati-hati melewati kerumunan itu tanpa suara sedikitpun. Kalau ia mengeluarkan suara bahkan sekecil detikan jarum jam, ah pasti dirinya bakal langsung diseret kesana.

Jadi untuk mengantisipasi hal tersebut, Jaemin memilih untuk memutar langkahnya lebih jauh dari biasanya. Biarlah ia jalan lebih lama dari biasanya tapi yang terpenting ia bisa menghindari mereka dengan sukses hingga pelajaran dimulai.

"Jaemin!" panggil seseorang yang membuat langkah pemuda bermarga Lee itu terhenti.

Jaemin memejamkan matanya berharap suara tadi hanya halusinasinya saja dan dia bisa segera pergi ke tempat duduknya dengan sukses.

"Eh itu Jaemin udah datang loh!!!" sapa seseorang lagi.

"Oh benerkah!" balas yang lain dengan heboh. "Wah... Lee Jaemin, HEI BRO SINI!"

Jaemin membalikkan tubuhnya guna menatap sang lawan bicaranya yang tengah berdiri dengan senyum manis di bibirnya. Mau tak mau Jaemin membalasnya dengan sebuah senyum yang sedikit dipaksakan.

"Ah, gue rasa hari ini nggak bisa gabung. Ada banyak urusan, jadi gue mau duduk aja ya!" tolak Jaemin selembut mungkin.

"Ah elah biasanya lo yang paling semangat kalo ada gosip baru" ucap orang itu dengan sedih. "Nanti aja ngurusnya. Gue punya gosip baru nih, fresh abis. Elo pasti belum denger. Hot berita nih!" tawar orang itu.

"Nggak ah, gue sibuk. Gue mau belajar aja! Silakan lanjutin pekerjaan kalian Lee Haechan" balas Jaemin lalu berlalu pergi menuju tempat duduknya dengan cepat.

Namun belum juga Jaemin merilekskan tubuhnya, dia dibuat terkejut dengan kalimat yang Haechan lontarkan kepadanya dengan nada yang lumayan keras. Bahkan satu kelas saja bisa mendengarnya.

"MARK MATI TADI MALAM KARNA JATUH DARI ROOFTOP! Elo udah denger tentang itu??"

Jaemin jelas terkejut mendengar kalimat dari Haechan barusan. Dia tak bisa berkata-kata setelahnya.

"Hah..."

Mulut Jaemin terbuka. Ia kehilangan tenaga untuk menggerakkannya. Jeno yang baru saja datang dengan napas ngos-ngosan, terdiam. Ia dapat melihat kembaran nya yang tengah mematung setelah mendengar ucapan dari Lee Haechan.

"Jaemin itu..." Saut Jeno dengan suara bergetar.

Yang terjadi selanjutnya adalah Jaemin bisa melihat rasa kecemasan dari wajah Jeno seakan mengisyaratkan kalau pemuda itu tengah menyembunyikan sesuatu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!