Dream 2

"Ah elah tuh anak kemana sih? Kaburnya lama benget deh!" keluh Jaemin tengah berdiri didepan rumahnya dengan sebuah payung digenggaman nya.

Kalau ada yang penasaran apa yang sedang pemuda bermarga Lee itu lakukan dalam keadaan hujan, maka jawabannya adalah Jeno. Jaemin sedang nunggu kedatangan Jeno.

"Kalo papa mama pulang bisa gawat nih. Bilangnya cuma sebentar tapi udah dua jam gak balik-balik. Pergi kemana sih dia?" heran Jaemin sambil celingukan ke gerbang.

Rumah Jaemin sama Jeno itu terbilang lumayan besar. Ada gerbangnya tapi nggak gede-gede amat lah. Bisa dibilang sedang.

Jaemin mencoba menelpon Jeno. Namun tak jauh dari sana terdengar nada dering dari hp kembarannya itu. Hal ini membuat Jaemin heran. Kok ponsel Jeno deket dari sini? Apa jangan-jangan Jeno nggak pergi terlalu jauh?

Tak lama kemudian datanglah oknum yang membuat hati Jaemin resah. Langsung saja Jaemin menodong Jeno dengan ribuan pertanyaan.

Namun sayangnya tak dijawab sama sekali. Si oknum yang bernama Lee Jeno itu malah nyelonong pergi melewati Jaemin begitu saja. Tanpa ucapan maaf, tanpa kata, tanpa berhenti dulu, bahkan tanpa melirik Jaemin sekalipun.

Rasanya sakit cuy. Udah capek-capek nunggu, Eh giliran datang malah dicuekin. Bayangin aja kalau diposisi Jaemin sekarang, udah pasti sakit hati.

Ditambah lagi dengan ucapan yang keluar dari mulut Jeno yang sukses buat Jaemin tambah sakit hati.

"Bisa nggak jangan ganggu gue malam ini!? Risih gue!!!"

Begitu mendengar ucapan itu mulut Jaemin langsung manyun dengan kesal. "YAK!! GUE UDAH NUNGGU LAMA DAN INI BALASANNYA?? MENDING PERGI AJA DEH JANGAN BALIK LAGI! DASAR NGGAK TAU DIRI" maki Jaemin sambil menatap punggung Jeno yang perlahan mulai memasuki rumah.

"Tau gitu gue nggak nunggu dia, mending tidur di kamar. Arghh....!" rengek Jaemin sambil meremas rambutnya saking kesalnya.

Pemuda itu lalu berjalan menuju rumahnya dan mencoba untuk menenangkan pikirannya. "Eits,tunggu dulu deh!" tiba-tiba langkahnya terhenti.

"Kok tadi gue lihat ada darah sih di baju Jeno. Emang dia habis ngapain?" heran Jaemin baru menyadari hal aneh itu.

Dan pada akhirnya, pemuda itu hanya berdiri diam saja tanpa melangkah lebih lanjut. Pikirannya tengah berputar mencoba menjawab semua kemungkinan yang ada.

Tapi yang namanya juga Lee Jaemin. Mau mudah atau sulit tetep nggak bisa. Ujung-unjungnya pasti nanya sama Jeno.

"Aahh!!! Gue nanya ajalah nanti!" putus Jaemin cepat. Tuh kan bener. Pada akhirnya Jaemin bakal pilih jalan pintasnya, yaitu nanya langsung sama orangnya.

Katanya sih karena nggak mau buang-buang waktu buat mikir atau nggak mau mikir mungkin.

Entahlah.

BRAK!!!

Tiba-tiba terdengar suara kencang dari arah gerbang yang sukses buat Jaemin tersentak. Pemuda itu segera melayangkan tatapannya ke arah gerbang dengan kepo.

Dari tempatnya berdiri Jaemin bisa lihat kalau ada bayangan seseorang tengah berdiri didepan gerbang rumahnya. Emang nggak terlalu jelas, tapi bisa Jaemin pastiin kalau itu seorang laki-laki.

Yang buat Jaemin heran adalah kenapa orang itu hanya berdiri diam aja? Jaemin yakin dari tempat orang itu dia pasti bisa lihat kehadiran dirinya disini. Apalagi dirinya memegang payung dengan warna yang sedikit mencolok. Pasti akan terlihat jelas dan mustahil keberadaan nya tidak terlihat.

"ADA KEPERLUAN APA YA PAK!!??" teriak Jaemin sambil berjalan mendekat. Jaemin takut suaranya tak terdengar dalam keadaan hujan yang lumayan deras ini, jadi dia teriak saja.

"Mau cari siapa, pak?" tanya Jaemin begitu sampai ditempat. Dia membuka gerbangnya sedikit.

Orang itu hanya menundukkan kepalanya. Tak menatap Jaemin sekalipun. Hal ini membuat Jaemin jadi enggan untuk memulai kembali percakapan ini. Dia merasa ada yang aneh dari orang itu.

Siapa juga yang nggak sepemikiran kayak Jaemin. Nih bayangin aja ada diposisi dia sekarang. Malam-malam dalam keadaan hujan ada orang asing berdiri di depan gerbang tanpa pakai payung ataupun jas hujan. Iya kalian nggak salah baca. Orang itu emang nggak pakai payung atau jas hujan. Berarti dia kehujanan.

Jaemin dibuat tambah heran saat melihat telapak tangan orang tersebut yang penuh dengan darah dengan sebuah sobekan kecil pada pergelangan tangannya.

"Maaf kalau boleh saya tau, ada urusan apa ya datang kesini?" tanyanya pelan. "Tangan anda kenapa ya? Kok banyak darahnya?" tanya Jaemin mencoba se-sopan mungkin.

"Bukan salah gue! Itu bukan salah gue!!" balas orang itu heboh.

Jaemin tersentak kaget karena teriakan tiba-tiba dari laki-laki itu. "Hah,maksudnya?"

"Bukan salah gue! bukan-bukan..."

Orang itu mulai bertingkah aneh. Dia menutupi kedua telinganya dengan telapak tangannya secara erat sambil menggumamkan kalimat 'bukan' secara terus menerus.

Jaemin jadi panik sendiri. Bukan karena tingkah orang tersebut tapi karena dia merasa mengenali suara orang dihadapannya ini. Dia seperti mengenal pemilik suara itu.

Akhirnya Jaemin memberanikan diri untuk mengangkat wajah orang itu untuk memastikan apakah dugaannya benar atau salah.

Dan alangkah terkejutnya ia saat melihat wajah orang itu ternyata sesuai dengan dugaannya. Ternyata orang dihadapannya ini adalah teman di sekolah barunya.

"Bukan salah gue, bukan salah gue....!!"rintih orang itu sambil terus menutupi kedua telinganya.

"Apa yang terjadi? Napa lo bisa kayak gini sih?" tanya Jaemin merasa bingung.

Orang itu menatap mata Jaemin sambil menggelengkan kepalanya secara cepat. "Bukan salah gue. Semuanya bukan salah gue, bukan salah gue!!"

"Ngomong yang jelas! gue nggak tau maksud lo!!" ucap Jaemin merasa kebingungan. Namun orang itu terus saja bergumam tak jelas yang sukses membuat Jaemin tambah pusing.

"Sebenarnya apa yang terjadi sih? Kenapa lo bisa berdarah kayak gini? lo habis darimana?" tanya Jaemin merasa cemas. Tapi sayang semua pertanyaan yang ia ajukan tak digubris sama sekali olehnya. Orang itu justru berpaling menjauhi Jaemin. Dengan cepat Jaemin segera mengejarnya.

Namun baru beberapa langkah saja dia dibuat kaget saat melihat temannya pingsan. Segera ia membuang payungnya dan berlari menghampiri orang yang kita yakini sebagai teman Jaemin.

"Anjir!!!" maki Jaemin saat mencoba membangunkan temannya itu. "Woy jangan pingsan disini dong!! Bangun, ayo bangun!!"

Jaemin mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencoba mencari bantuan bila ada. Tapi sial,ctak ada orang yang ia temui. Ditambah lagi satpam yang biasanya jaga didepan sedang pergi mengunjungi anaknya yang sakit.

"Ahh....kenapa lo pingsan sih, Njun. Renjun bangun dong!! Plis jangan nyusahin gue!!" Jaemin mencoba untuk menyadarkan Renjun di tengah derasnya hujan.

Seberapa kesal dan bentakan yang Jaemin keluarkan nyatanya tak buat Renjun bangun dari pingsannya. Pemuda itu tak membuka matanya barang sedetikpun.

Sepertinya tak ada pilihan lain selain menggendongnya. Sepertinya Jaemin harus melakukan pilihan itu daripada ia harus lama-lama kehujanan, bisa-bisa ia sakit.

"Gue bakal minta imbalan kalo lo udah bangun nanti!! Habisnya nyusahin sih" rutuk nya sambil mengangkat tubuh pemuda bermarga Huang itu.

"Ah kok lo berat banget sih!! Makan apa aja??" makinya sambil terus berjalan. Jaemin memang suka mengomel.

Selama perjalanan, Jaemin terus aja ngomel-ngomel. Entah itu tentang berat badan Renjun, jalan ke rumahnya yang mendadak lebih jauh, dan masih banyak lagi. Semua jadi bahan omelannya bahkan semut yang lagi jalan aja diomelin karena dianggap menghalangi jalannya.

Satu hal yang tak ia lakukan, yaitu mengomeli Jeno yang tengah menatapnya dengan serius. Ya, sayangnya Jaemin tak lihat kalau sedari tadi Jeno tengah menatapnya dari jendela kamarnya secara tajam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!