JMB 12. Mari Buktikan

Brisia berkutat dengan pekerjaannya. Ia sungguh sangat sibuk, daddy nya memintanya untuk membuat serum menguatkan ingatan. Sungguh hal yang aneh. Kemarin membuat formula menghapus ingatan dan sekarang meminta hal sebaliknya. Brisia hanya bisa bersungut-sungut.

Ingin protes tentu saja tidak berani. Ia selalu bergidik ngeri saat melihat kemarahan ayahnya itu. Brisia ingat betul saat ia ketahuan mencuri formula penghapus ingatan itu 6 tahun silam. Daddy nya marah bukan main bahkan sang mommy pun tak mampu mengendalikannya.

" Ya Tuhan Bri, apa yang kau lakukan. Itu belum sempurna. Itu ada efek sampingnya Bri. Orang yang meminum obat itu suatu hari nanti akan mengalami kebingungan karena ia menyadari ada ingatannya yang hilang. Jika orang itu tidak bisa mengontrol dirinya maka ia bisa saja berakhir gila."

Brisia seketika tersentak saat mengingat ucapan daddy nya itu. Ia langsung teringat kepada dosen mereka dulu. Brisia menjadi sedikit khawatir.

" Ya Tuhan bagaimana kalau Pak Yasa jadi gila. Astaga, Tara nanti jadi gagal ketemu ayahnya. Aku harus ngasih tahu Kaluna soal ini. Ini rupanya benar-benar tidak sederhana. Huuh bodoh-dodoh."

" Siapa Tara Bri."

Glek

Pyaaaar

Seketika Brisia kesusahan menelan saliva nya sendiri. Gelas yang ia pegang pun jatuh dan pecah berantakan. Sorot matanya memancarkan ketakutan saat melihat dua orang yang saat ini mentapnya itu. Orang tua yang berkali-kali mendatanginya untuk menanyakan keberadaan putri mereka tapi selalu dijawab ' tidak tahu' oleh Brisia.

" Om Raffan, Tante Vanka. Ke-kenapa bisa ada di sini?"

Brisia tentu tidak menyangka jika mereka bisa mendatangi tempatnya bekerja. Brisia saat ini sedang bekerja di sebuah laboratorium pembuat obat di kota J. Tapi saat kedua orang tua temannya itu datang memang ia tengah beristirahat.

'" Bisa saja, kan kami tahu kamu bekerja di sini. Sekerang katakan siapa itu Tara, dan kamu pasti tahu bukan dimana Kaluna berada?"

Brisia benar-benar seperti tersangka yang sedang menjalani BAP ( Berita Acara Pemeriksaan) oleh pihak berwajib. Sepertinya kali ini ia tidak bisa berkelit. Lagi pula saat ini Kaluna membutuhkan kedua orang tuanya. Biarlah Kaluna marah padanya, tapi kaluna berhak untuk hidup lebih baik. Sudah cukup temannya itu menderita sendirian selama ini.

Meskipun semuanya itu adalah hasil kebodohannya sendiri. Namun Brisia sebagai teman tentu tidak bisa memaksa Kaluna. Dan mungkin hari ini adalah waktunya.

Brisia tidak banyak bicara, ia juga tidak menjelaskan apapun. Ia meminta Raffan dan Vanka untuk menunggunya sejenak. Ia masuk ke dalam ruangannya dan tak lama keluar.

" Om dan tante ikutin Bri ya. Bri akan bawa ke suatu tempat dimana om dan tante akan mendapat semua jawaban dari pertanyaan om dan tante. Maafin Bri yang mungkin sangat telat mengatakan ini, Maafkan Kaluna juga ya om, tante, Dia sudah sangat menderita."

Raffan dan Vanka saling pandang. Mereka berdua tentu tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Brisia. Namun keduanya patuh mengikuti mobil Brisia yang mulai berjalan. Tanda tanya semakin besar saat mobil Brisia memasuki kawasan rumah sakit. Siapa yang sakit? Apakah Kaluna?

" Sebelah sini om, tante."

Brisia mengarahkan Raffan dan Vanka ke sebuah tempat. Di papan nama tertuliskan poli anak. Dada Vanka semakin bergemuruh, tangannya berkeringat dingin. Raffan yang mengetahui istrinya gugup pun langsung menggenggam tangannya.

" Hai ganteng, lagi apa."

" Oh hai Aunty Bri. Tara baru aja bangun tidur. Aunty Bri datang sama siapa."

Air mata Vanka seketika luruh. Melalui mata bocah kecil itu saja sudah bisa dipastikan bahwa bocah yang dipanggil Tara oleh Brisia itu adalah anak dari putrinya.

" Bri, apakah dia~"

" Ya tante, om. Dia putra Kaluna."

Ada rasa yang tidak bisa diungkapkan oleh Vanka dan Raffan. Ada rasa bahagia namun juga ada rasa sedih. Kedua orang tua tersebut mendekat ke arah sang cucu. Ya, Tara adalah cucu mereka.

" Apakah boleh kakek dan nenek duduk di sebelah Tara?"

Tara mengangguk, bocah itu mengamati wajah kedua orang tua itu dengan seksama. Ia melihat kemiripan wajah bunda nya pada wajah kedua orang yang duduk di sebelahnya tersebut.

" Apa kakek dan nenek adalah papa dan mama bunda?"

Vanka dan Raffan mengangguk, ada rasa bersalah yang menelusup dalam diri mereka saat melihat Tara. Seharusnya mereka tidak membiarkan Kaluna pergi saat itu. Tapi nasi sudah jadi bubur. Percuma menyesali yang sudah terjadi. Tidak butuh waktu lama ketiganya tampak berbicara dengan menyenangkan dan akrab. Vanka menanyakan dimana mereka selama ini mereka tinggal. Tara yang memang cerdas menceritakan segala hal, termasuk bunda nya yang sering menangis saat beribadah malam.

" Apakah bunda pernah bercerita kepada Tara tentang ayah Tara."

" Tidak kek, setiap Tara bertanya mengenai ayah, bunda selalu mengatakan bahwa kehidupan ayah punya kehidupan sendiri. Selalu seperti itu. padahal Tara ingin ketemu ayah. Takutnya Tara keburu pergi sebelum ketemu ayah."

Dada Vanka dan Raffan seketika sesak. Keduanya melihat ke arah Brisia, Brisia hanya menghela nafas. Sudah sepatutnya mereka mengerti tentang semuanya.

*

*

*

Masih di tempat yang sama yakni di rumah sakit tapi dengan lokasi dan orang yang berbeda. Hasna dan Radi menemui Nataya di ruangan. Keponakannya itu sebenarnya sudah habis jam kerjanya tapi masih berada di rumah sakit.

" Paman, bibi, ada apa? Apa bibi merasa sakit, perlu ku panggilan dokter?"

" Bukan. Ada sesuatu yang mau kami tanyakan mengenai Taraka."

Nataya mengerutkan kedua alisnya, mengapa tiba-tiba paman dan bibi nya itu penasaran kepada salah satu pasiennya tersebut. Tapi meskipun kedua orang yang ada di depannya itu adalah paman dan bibinya, kakak kandung sang papa, tetap saja Nataya harus mengikuti kode etik yang ada yakni tidak memberikan informasi pasien kepada sembarang orang. Terlebih kepada orang tersebut tidak ada hubungannya dengan si pasien.

" Maaf paman dan bibi, Nataya tidak bisa memberikan informasi detail mengenai pasien. Ini sudah aturan, terlebih paman dan bibi bukan siapa-siapa nya Tara dan Kaluna."

" Kaluna? Apa itu nama ibu nya Tara?"

Nataya mengangguk. Dilihatnya paman dan bibinya itu saling pandang. Nataya benar-benar dibuat bingung dengan kedua orang tua Yasa tersebut.

" Apakah benar kamu tidak bisa memberikan penjelasan dan rekam medis Taraka?"

Nataya mengangguk mantab, bagaimanapun ini adalah masalah intern dokter dan rumah sakit. Tapi bukannya menyerah Radi dan Hasna malah tersenyum ke arah Nataya.

" Bagaimana jika kami ternyata punya hubungan?"

" Heee, jangan mengada-ada paman. Mana bisa paman punya hubungan dengan Tara. Haiiih, apa paman punya istri lain dan itu adalah cucu dari istri paman yang lainnya."

Pletak

Sebuah sentilan jari dilayangkan Radi tepat di kening keponakannya itu. Secara biologis Nataya adalah putra Dika tapi entah mengapa kelakuan absurd nya begitu meng-copy Andra.

" Kamu ini lho kalo ngomong nggak difilter. Maksud paman, ini masih dugaan paman dan bibi lho ya. Menurut kami Taraka adalah putra kakak mu Yasa. Apa kamu tidak melihat kemiripan mereka."

" Apa??? Waaah jangan bikin jokes deh paman. Astoge bapak-bapak kalo ngejokes nggak kira-kira. Gimana bisa Kak Yasa bisa punya anak dari seorang wanita. Lha wong selama ini aja nggak pernah dekat sama cewek kecuali Ciara. Itu pun stay halal."

Hasna dan Radi saling pandang. Apa yang dikatakan Nataya benar juga. Tapi hati keduanya tentu merasa bahwa praduga mereka itu benar.

" Kalau begitu, mari buktikan!"

" Dengan?"

" Tes DNA."

TBC

Terpopuler

Comments

Memyr 67

Memyr 67

woaaah, ember bocor disentil dosen killer

2024-12-09

0

Fani Indriyani

Fani Indriyani

iya betul soklah di tes DNA atuh nataya...

2024-11-09

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

idem.. setuju banget dgn ide opa Radi ini.. tes DNA.. biar Tara segera tertolong

2024-10-21

0

lihat semua
Episodes
1 JMB 01. Apa Aku Bisa Sembuh?
2 JMB 02. Selamat Datang Putraku
3 JMB 03. Pilihan Sulit
4 JMB 04. Apakah Boleh?
5 JMB 05. Bukan Salah, Hanya Kurang Tepat
6 JMB 06. Opa Nangis?
7 JMB 07. Masa Lalu #1
8 JMB 08. Masa Lalu #2
9 JMB 09. Ayo Kita Cari
10 JMB 10. Cucu Kita?
11 JMB 11. Jalan Pake Kaki Om, Bukan Mata
12 JMB 12. Mari Buktikan
13 JMB 13. Kondisinya Memburuk
14 JMB 14. Jangan Menangis Bunda
15 JMB 15. Semoga Berhasil
16 JMB 16. Keterkejutan Yasa
17 JMB 17. Kamu Kenapa Nak?
18 JMB 18. Mimpi Yang Terwujud
19 JMB 19. Calon Tunangan Sepupumu
20 JMB 20. Tidak Bisa Bersama, Maaf
21 JMB 21. Gagal Healing
22 JMB 22. Kenapa Jahat
23 JMB 23. Seharusnya Begitu
24 JMB 24. Ayo Menikah!
25 JMB 25. Cinta Tak Harus Memiliki
26 JMB 26. Tidak Ingin Kehilangan Ayahku
27 JMB 27. Hasil Dari Sikap Legowo
28 JMB 28. Muncul Saingan
29 JMB 29. Titik Balik
30 JMB 30. Kerisauan Dua Pikiran
31 JMB 31. Kandidat Calon Mantu
32 JMB 32. Identitas Lain
33 JMB 33. Rahasia Apa Lagi?
34 JMB 34. Keputusan Besar
35 JMB 35. Takut Kehilangan
36 JMB 36. Mencari Ridho Nya Bersama
37 JMB 37. Konspirasi?
38 JMB 38. Mau Dibawa Kemana?
39 JMB 39. Kemana Harus Mencari
40 JMB 40. Pergerakan Surya aka Zion
41 JMB 41. Kerusakan Terjadi
42 JMB 42. Menuju Halal
43 JMB 43. SAH!!!
44 JMB 44. Yang Tersembunyi
45 JMB 45. Kaluna Canggung, Ciara Kesal
46 JMB 46. Bantuan Tara
47 JMB 47. Pertanyaan Tara
48 JMB 48. Grebek
49 JMB 49. Belum Tepat
50 JMB 50. Jangan-Jangan
51 JMB 51. Jadi Berita Besar
52 JMB 52. Banyak Yang Menargetkan
53 JMB 53. Dendam Salah Alamat
54 JMB 54. Malam Kedua Yang Malam Pertama
55 JMB 55. Akankah Masih Bertahan?
56 JMB 56. Bukan Selebritis
57 JMB 57. Cinderela Jadi Upik Abu
58 JMB 58. Apakah Harus Keluar?
59 JMB 59. Pingsan
60 JMB 60. Diluar Nalar
61 JMB 61. Ide Gila
62 JMB 62. Maafkan Aku
63 JMB 63. Pembelaan Kaluna
64 JMB 64. Siapa Dalangnya
65 JMB 65. Cantik Tidak Perlu Buka-Bukaan
66 JMB 66. Bantuan Apa?
67 JMB 67. Bagaimana Bisa Terjerat Ulet Bulu
68 JMB 68.
69 JMB 69. Alah Paling Gimik!
70 JMB 70. Aksi Zion
71 JMB 71. Masa Lalu Yang Belum Selesai
72 JMB 72. Aku Mencintaimu, Istriku
73 JMB 73. Kita Hanya Teman
74 JMB 74.
75 JMB 75. Ada Sesuatu
76 JMB 76. Legowo
77 JMB 77. Ini Apa?
78 JMB 78. Maling Teriak Maling
79 JMB 79. Oleng
80 JMB 80. Tolong!
81 JMB 81. Maafkan Kami
82 JMB 82. Ditolong Malah Nodong
83 JMB 83. Meringkus
84 JMB 84. Mulai Curiga
85 JMB 85. Gagal Maning
86 JMB 86. Belum Menyerah
87 JMB 87. Ngidam?
88 JMB 88. Identitas Lain
89 JMB 89. Penjelasan Tara
90 JMB 90. Niat Baik
91 JMB 91. Menemukan Yang Siap
92 JMB 92.
93 JMB 93. Saya Menerima
94 JMB 94. Apa yang Disembunyikan
95 JMB 95. Mari Lakukan
96 JMB 96. Kekhawatiran Benoit
97 JMB 97. Tamu Datang
98 JMB 98. Tempat Seharusnya
99 JMB 99. Takdir Indah
Episodes

Updated 99 Episodes

1
JMB 01. Apa Aku Bisa Sembuh?
2
JMB 02. Selamat Datang Putraku
3
JMB 03. Pilihan Sulit
4
JMB 04. Apakah Boleh?
5
JMB 05. Bukan Salah, Hanya Kurang Tepat
6
JMB 06. Opa Nangis?
7
JMB 07. Masa Lalu #1
8
JMB 08. Masa Lalu #2
9
JMB 09. Ayo Kita Cari
10
JMB 10. Cucu Kita?
11
JMB 11. Jalan Pake Kaki Om, Bukan Mata
12
JMB 12. Mari Buktikan
13
JMB 13. Kondisinya Memburuk
14
JMB 14. Jangan Menangis Bunda
15
JMB 15. Semoga Berhasil
16
JMB 16. Keterkejutan Yasa
17
JMB 17. Kamu Kenapa Nak?
18
JMB 18. Mimpi Yang Terwujud
19
JMB 19. Calon Tunangan Sepupumu
20
JMB 20. Tidak Bisa Bersama, Maaf
21
JMB 21. Gagal Healing
22
JMB 22. Kenapa Jahat
23
JMB 23. Seharusnya Begitu
24
JMB 24. Ayo Menikah!
25
JMB 25. Cinta Tak Harus Memiliki
26
JMB 26. Tidak Ingin Kehilangan Ayahku
27
JMB 27. Hasil Dari Sikap Legowo
28
JMB 28. Muncul Saingan
29
JMB 29. Titik Balik
30
JMB 30. Kerisauan Dua Pikiran
31
JMB 31. Kandidat Calon Mantu
32
JMB 32. Identitas Lain
33
JMB 33. Rahasia Apa Lagi?
34
JMB 34. Keputusan Besar
35
JMB 35. Takut Kehilangan
36
JMB 36. Mencari Ridho Nya Bersama
37
JMB 37. Konspirasi?
38
JMB 38. Mau Dibawa Kemana?
39
JMB 39. Kemana Harus Mencari
40
JMB 40. Pergerakan Surya aka Zion
41
JMB 41. Kerusakan Terjadi
42
JMB 42. Menuju Halal
43
JMB 43. SAH!!!
44
JMB 44. Yang Tersembunyi
45
JMB 45. Kaluna Canggung, Ciara Kesal
46
JMB 46. Bantuan Tara
47
JMB 47. Pertanyaan Tara
48
JMB 48. Grebek
49
JMB 49. Belum Tepat
50
JMB 50. Jangan-Jangan
51
JMB 51. Jadi Berita Besar
52
JMB 52. Banyak Yang Menargetkan
53
JMB 53. Dendam Salah Alamat
54
JMB 54. Malam Kedua Yang Malam Pertama
55
JMB 55. Akankah Masih Bertahan?
56
JMB 56. Bukan Selebritis
57
JMB 57. Cinderela Jadi Upik Abu
58
JMB 58. Apakah Harus Keluar?
59
JMB 59. Pingsan
60
JMB 60. Diluar Nalar
61
JMB 61. Ide Gila
62
JMB 62. Maafkan Aku
63
JMB 63. Pembelaan Kaluna
64
JMB 64. Siapa Dalangnya
65
JMB 65. Cantik Tidak Perlu Buka-Bukaan
66
JMB 66. Bantuan Apa?
67
JMB 67. Bagaimana Bisa Terjerat Ulet Bulu
68
JMB 68.
69
JMB 69. Alah Paling Gimik!
70
JMB 70. Aksi Zion
71
JMB 71. Masa Lalu Yang Belum Selesai
72
JMB 72. Aku Mencintaimu, Istriku
73
JMB 73. Kita Hanya Teman
74
JMB 74.
75
JMB 75. Ada Sesuatu
76
JMB 76. Legowo
77
JMB 77. Ini Apa?
78
JMB 78. Maling Teriak Maling
79
JMB 79. Oleng
80
JMB 80. Tolong!
81
JMB 81. Maafkan Kami
82
JMB 82. Ditolong Malah Nodong
83
JMB 83. Meringkus
84
JMB 84. Mulai Curiga
85
JMB 85. Gagal Maning
86
JMB 86. Belum Menyerah
87
JMB 87. Ngidam?
88
JMB 88. Identitas Lain
89
JMB 89. Penjelasan Tara
90
JMB 90. Niat Baik
91
JMB 91. Menemukan Yang Siap
92
JMB 92.
93
JMB 93. Saya Menerima
94
JMB 94. Apa yang Disembunyikan
95
JMB 95. Mari Lakukan
96
JMB 96. Kekhawatiran Benoit
97
JMB 97. Tamu Datang
98
JMB 98. Tempat Seharusnya
99
JMB 99. Takdir Indah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!