"Well lihat dirimu, tersenyum sepanjang hari..." James tersenyum melihatku dan langsung berkomentar. Aku memang sedang berbahagia.
"Ini musim panas Doc. Semua orang bergembira." Aku membalasnya dan dia cuma mengangguk, masih tersenyum melihatku.
"Jumat aku membuat pesta barbecue kecil dirumah. Kalian harus datang..."
"Oh benarkah..." Noah antusias.
"Baiklah. Aku boleh membawa pendamping Doc." Aku akan datang dengan Freddie. Dia pasti senang bisa mengenal teman-temanku.
"Pendamping?Tentu saja boleh. Pacarmu?" James tersenyum kecil. Aku mengganguk.
"Aku menyangka kau tak punya pacar..." Aku meringis. Dia benar aku memang tak punya pacar setidaknya sampai beberapa hari yang lalu.
"Hmm sebenarnya memang tidak, tapi seseorang dari masa lalu memaksa untuk kembali dan aku menerima karena ketulusannya untuk menungguku. Dia sangat manis..." Aku menutup bibirku, aku bicara terlalu banyak karena terlalu bahagia. Mukaku panas karena James memperhatikanku bicara dengan senyum mengembang sempurna.
"Jadi itu sebabnya kau kelihatan begitu berseri-seri." James tertawa melihatku. "Itu baik buatmu. Setidaknya kau menemukan seseorang yang mencintaimu dengan tulus." Aku tersenyum, dia benar, rasanya memang melegakan.
"Dok, aku sudah menyelesaikan laporan yang kau minta dan sudah kukirim ke emailmu." Noah datang mendapatkan James.
"Ohh baiklah. Noah ingat besok kau juga harus datang besok pesta dirumah..." James menepuk pundak Noah.
"Tentu saja, baik Doc." Noah langsung mengiyakan undangan mentornya itu.
James meninggalkan kami berdua, sementara aku melanjutkan mengerjakan charting pasien dan sebentar lagi harus mengunjungi mereka untuk memgecek jika ada yang mereka butuhkan.
"Aku diundang ke pesta Boss." Noah tersenyum lebar.
"Bukankah itu bagus?" Aku meliriknya.
"Sangat bagus. Kerja kerasku dihargai oleh boss. Dan sebenarnya dokter James sangat murah hati padaku. Dia trainer yang sangat baik. Aku sangat bersyukur bisa magang dibawah pengawasannya."
"Bagus, semoga pekerjaanmu selalu lancar... "
"Kalau begitu kita boleh pergi bersama sayang?!"
"Ewww tidak, aku membawa pacarku menemaniku." Mata Noah membulat.
"Pacar? Sejak kapan kau punya pacar?" Aku cuma tertawa kecil dan tersenyum lebar melihat Noah yang penasaran. Aku memang berkata aku tak punya pacar karena sibuk mengejar cita-citaku.
"Well, sejak kemarin... Kekasih lamaku meminta kembali dan aku menyetujuinya. Dia mau menungguku kuliah. Aku tak bisa menolaknya." Senyum lebar mengiringi pengakuanku.
"Sayang sekali, aku baru ingin memintamu jadi pacarku sebenarnya." Aku mendelik dan mengetuk kepala Noah.
"Siapa yang mau menjadi pacar playboy sepertimu! Kau bukan butuh pacar, kau hanya butuh kencan semalam?" Noah langsung tergelak.
"Kau benar juga... " Aku ingin melemparnya dokter tengil ini sekarang.
---------
Fred setuju menemaniku ke tempat James. Ketika aku mengajaknya kemudian.
"Bagaimana kau nampaknya sangat dekat dengan Bossmu?" Dia penasaran hubunganku dengan James.
"Sebenarnya aku mengenal keluarga Dr. James, kami pernah bertetangga sampai aku berumur sekitar tiga belas tahun dan aku sangat dekat dengan Aunty Jane..." Aku bercerita hubunganku dengan James. Tentang dia adalah teman kakakku dan kedekatanku dengan ibunya.
"Begitukah... " Dia berpikir sebentar, sebelum kemudian berbicara lagi.
"Sweetie, aku sudah memikirkan ini beberapa saat. Jika kau kuliah nanti berhentilah bekerja jika terlalu berat. Bukankah kuliah kedokteran sangat menguras pikiran. Kau selalu bisa mengandalkanku, jangan anggap aku orang lain..." Aku langsung menggeleng.
"Sayang aku bekerja di jam minimal. Lagipula aku adalah mahasiswa medical sebelumnya. Pelajaranku diperawatan tidak akan jauh berbeda. Aku bisa melakukannya, kau tidak usah mengkhawatirkanku." Aku bahagia dengan dukungannya, tapi aku tak akan membiarkan diriku bergantung dengan orang lain terlalu jauh.
"Kau selalu bisa membuat bantahan Jen. Sekali saja aku ingin kau mempercayaiku..." Aku menatap matanya.
"Aku tak bisa Fred..."
"Kenapa?" Dia menciumku. "Aku tidak pernah merasa kau akan memanfaatkanku. Aku ada untukmu. Jika kau takut aku akan berpendapat seperti itu." Dia mencium kecil bibirku dan membuatku tersenyum.
"Bukan itu, kau lihat Ibuku. Dia jatuh begitu dalam sejak Ayah meninggalkannya. Aku sangat senang kau mendukungku, aku bersyukur. Tapi menyerahkan hidupku pada orang lain itu hal yang tak bisa aku lakukan. Orang berubah, nasibku dan takdir kita bisa berubah. Entah apa yang terjadi kedepan, aku hanya ingin bisa mengendalikan hidupku sendiri... "
"Apa kau menggangap aku akan mengendalikan hidupmu jika kau menerima sesuatu dariku." Dia mencubit hidungku.
"Tidak bukan seperti itu... Aku hanya ingin bisa berdiri sendiri. Tak mengertikah kau." Fred tertawa melihat aku mengerutu.
"Baiklah, tapi aku ingin memberimu sedikit setiap bulannya. Oke. Kau harus menerimanya." Aku tersenyum.
"Jadi sekarang aku punya sumber pendapatan baru..." Aku menyeringai lebar.
"Anggap saja aku sugar daddymu." Fred tertawa renyah tapi kemudian dia bicara dengan serius.
"Aku hanya ingin memastikan kau bahagia. Aku mencintaimu dan aku tidak mengharapkan imbalan apapun selain kesenangan melihatmu bahagia. Jangan menolak pemberianku oke... Aku tahu kau berhemat untuk biaya kuliahmu dan kau menanggung kehidupan Ibumu sehingga kau jadi kurus begini. Makanlah lebih baik, beli sesuatu untuk dirimu sendiri...."
"Terima kasih... " Mataku memanas, Fred begitu baik. Aku tak pernah ingin mengharapkan apapun darinya, tapi dia memang baik. Sebutir air mata lolos dari mataku.
"Hei, kenapa kau menangis..."
"Tidak apa, aku cuma ... terharu. Kau sangat baik... terima kasih." Fred tersenyum dan menghapus air mataku.
"Kekasihku yang aneh, gadis lain tidak pernah merasa sungkan seperti ini. Hanya kau yang begini, kau benar-benar aneh."
"Aku tidak mau jadi sugar baby...." Dia meringis lebar.
"Kalau begitu jadilah istriku." Dia membelai rambutku. Aku terdiam mendengar kata-katanya.
"Fred?" Aapa dia serius. Dia tahu jawabanku atas pertanyaan itu bahwa aku belum siap sekarang. Kenapa dia mengatakannya lagi.
"Kenapa kau begitu serius, aku cuma bercanda..." Dia tertawa karena aku terdiam begitu lama atas pertanyaannya. Dan aku menciumnya karena gemas. Dia menyambut ciumanku dan kami terlibat ciuman panjang kemudian.
"Kau tahu... jika aku siap. Aku akan melamarmu." Fred menaikkan alisnya mendengar perkataanku.
"Benarkah... " Aku mengangguk dan menatap matanya.
"Kalau begitu aku berjanji akan menunggumu ..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 464 Episodes
Comments
nita123
yes aku juga setuju
2023-04-11
0
Maya Kitajima
pendapat yang bagis,jen...aku stuju..
2022-10-21
0
Evelyne
aaahhh Fred yang begitu manis dan begitu Baek... love you...
2022-10-05
0