Setelah pertengkaran kemarin aku pergi pagi-pagi sekali dari rumah. Aku sama sekali tak ingin bertemu Ibu. Bertemu dengannya membuat dadaku sesak.
Cuaca cerah pagi hari ini. Musim panas di bulan Juni. El Paso adalah wilayah yang bisa dikatakan mempunyai iklin dessert, perbedaan antara musim dingin dan panas cukup besar, walaupun sebagian besar kami menerima banyak matahari.
Aku pergi ke Ascarate Park untuk jogging pagi-pagi sekali. Atau melakukan apapun untuk menghindari bertemu Ibuku hari ini.
Dan sekarang aku hanya duduk disamping Danau Ascarate. Diam merenung. Dan karena bertemu James entah mengapa aku sangat merindukan Kenneth kakakku sekarang.
"Kau pasti jadi dokter hebat." Kenneth selalu bilang begitu. Otakku tak se-brillian Kenneth yang mengikuti ayah mengambil kuliah arsitek. Tapi aku berusaha keras untuk bisa seperti dia. Aku bercita-cita menjadi dokter seperti Ayah dan Ibu James.
"Pasti..." Aku selalu mengiyakan harapannya dengan bersemangat.
Dia pelindungku. Aku lebih bisa bicara padanya daripada bicara dengan Ibu. Saat dia pergi, goncangan besar terjadi dalam hidupku. Aku seperti kehilangan pegangan dan Ibu seperti sama sekali tak melihatku ada.
Berbulan-bulan jika aku sedih aku selalu kesini aku mengadu pada pusaranya di Dallas. Bicara dipusaranya sampai aku lelah menangis. Sampai perlahan bisa merangkak lagi.
Dia dimakamkan di Dallas kota kelahiran kami dan aku membawa Ibu kesini hanya karena aku takut dia akan bunuh diri jika dia hidup di Dallas sendirian. Oh, sebelumnya dia pernah mencobanya tentu saja. Menghabisi nyawanya sendiri seakan aku yang disini tidak berarti baginya.
Mungkin entah bagaimana aku berpikir Kenneth selalu disampingku. Aku tak tahu, tapi kadang aku mempercayai itu. Bahwa dia masih ada disampingku dan menemaniku.
Mungkin karena aku hanya terlalu merindukannya selama ini. Mataku memanas begitu saja dan sebutir air mata lolos. Ini bodoh, Kenneth sudah lama pergi.
"Jen..." Seperti suara seseorang memanggilku? Aku mendongak.
"James..." Kenapa dia kesini? Aku menyeka air mataku dengan cepat dengan ujung tangan jaketku. Aku pasti terlihat konyol.
"Hai Doc, apa yang kau lakukan disini..." Aku menyapanya dengan cepat.
"Kau baik-baik saja?" Aku masih membereskan wajahku dari rembesan air mata dan mencoba tersenyum.
"I'm fine...." Aku tersenyum canggung dan merasa tak enak karena dia menatapku dengan iba.
"Apa kau menangis karena putus cinta..." Aku langsung tertawa.
"Tidak, tentu saja tidak... Aku hanya teringat Kenneth belakangan kurasa karena melihatmu lagi."
"Kau tahu tempat ini..." Dia terlihat dengan pakaian jogging, apa tempat tinggalnya disini.
"Aku pernah sekali melewati daerah ini...Aku tinggal di Franklin Bluff, kau tinggal dimana, aku belum pernah bertanya padanya.
"Tidak jauh, aku di dekat Avalon Hall." Aku menyebutkan tempat didekatku yang dikenal banyak orang.
"Ohh...tidak jauh mungkin hanya 10 menit perjalanan."
"Kudengar dari Dr. Richard kau akan mengambil tawaran beasiswa khusus CRNA..." James rupanya tahu. Mungkin Dr.Richard yang bercerita padanya.
"Iya, mungkin Agustus sudah memulai kuliah pertama..."
"Kau pasti bisa." James berhenti dan menatapku. "Dulu Ken pernah berkata kau ingin sekali jadi dokter. Kenapa kau tak langsung ke kedokteran..." Aku tersenyum masam.
"Kau tahu, aku ingin jadi dokter karena melihat Bibi Jane saat kecil. Dia terlihat hebat dengan baju dokternya. Aku selalu kagum saat aku melihatnya pergi bekerja dengan Ayahmu. Dan begitu aku mulai terjun ke nursing, bisa membantu orang lain dan melihat mereka menjadi lebih baik itu melegakan. Hanya kadang menjadi perawat disini tidaklah begitu menyenangkan..."
"Benarkah. Aku senang Ibuku punya pengagum, kau tak pernah cerita..." Dia tersenyum. Dia punya senyum yang bisa membuatmu meleleh seperti es musim semi. Sejenak aku hanya terpaku melihatnya dan sebuah debaran kecil dari masa lalu membuatku takut.
"Kau bukan selevelku. Maksudku dulu kita berbeda umur cukup jauh... " Aku hanya seorang anak kecil adik dari sahabatnya. Sesederhana itu.
"Benar juga, terakhir kita bertemu kau masih ... 14 tahun, aku dan Ken sudah tahun ke dua kuliah." Dia benar, itu rasanya sudah lama sekali. Tiga belas tahun yang lalu.
Kami bicara tentang masa lalu. Tentang Ken, menertawakan ingatan kami tentang diri kami masing-masing. Rasanya terlempar ke masa lalu saat semuanya masih baik-baik saja. Sesaat aku bisa menemukan lagi saat itu. Membuat mataku berkabut dan tawaku lepas saat mengingat kembali masa penuh dengan matahari itu.
"Lalu kenapa kau tak menjadi dokter saja alih-alih menjadi perawat. Kau belum menjawab pertanyaanku..."
"Aku meminjam dana kuliah pemerintah dan hanya tersedia hanya Nursing."
"Pinjaman dana kuliah?!" James keliatan terkejut. Sudah pasti, dia pasti binggung dengan keadaanku yang tiba-tiba harus mengakses pinjaman dana kuliah.
"Kenapa kau harus meminjam dana kuliah...?"
"Hmm... keadaan tak selamanya baik." Aku tak mau dia tahu itu saja.
"Bukankah Ibumu masih bersamamu. Apa dia sakit?"
"Dia baik-baik saja..." Aku ingin cepat mengganti topik pembicaraan. "Bagaimana denganmu, Paman dan Bibi masih bekerja?"
"Mom sedikit sakit, Dad sehat dia masih bersemangat bekerja."
"Ohh ya Bibi Jane sakit apa..."
"Jantungnya sedikit bermasalah. Dia pernah kena serangan stroke." Aku mengangguk.
"Kenapa kau pindah ke El Paso, ini hanya kota kecil dibanding New York. Kau tahu jika bergabung ke Corps Medic kau bisa dilempar ke mana saja dibagian dunia ini."
"Hmm ... anggap saja aku ingin mencari suasana baru... Manhattan ... terlalu ..." Dia diam berhenti tak bicara sejenak, seakan ada kenangan yang sulit dilupakannya tentang kota itu. "Terlalu ...sulit dilupakan."
"Heh...terlalu sulit dilupakan, kau putus cinta?" Giliran dia tertawa sekarang. Tapi dia tak menjawab pertanyaanku. Tak lama dia hanya diam. Mungkin apa yang dialaminya sangat berat mungkin kehilangan kekasihnya.
"Aku kehilangan orang yang kucintai di Manhattan, kami hampir menikah. Aku sudah berencana melamarnya sebelum dia meninggal karena kecelakaan..."
"I'm sorry..." Jadi itu sebabnya di terdampar disini.
"Tak apa ... itu sudah setahun yang lalu." Walaupun itu sudah setahun tampaknya dia masih kesulitan mengatasinya.
"Aku punya janji dengan beberapa dokter untuk makan siang bersama mereka, dokter-dokter disini sangat ramah. Terima kasih buat obrolan ini." Dia tersenyum padaku
"Tentu saja, kau bebas pergi Doc... Aku masih betah disini sebentar lagi."
"Sampai jumpa besok..." Dia diam sebentar. "Jen, kalau kau butuh bantuan apapun jangan ragu mengatakannya padaku..." Aku tersenyum dia tampaknya memang malaikat yang dikirim Kenneth.
"Aku baik-baik saja James. Tapi terima kasih...Sampai jumpa besok."
Dan dia melambai.
Aku melihat punggungnya yang makin menjauh. Entah kenapa, kali ini bayangan Kenneth terlihat berjalan bersamanya.
Jika Kenneth masih hidup.
Mungkin aku sudah jadi dokter seperti James, hidupku akan sepenuhnya berbeda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 464 Episodes
Comments
Eny Agustina
Uhh gue ikut sedih Jenn...
2022-10-12
1
Meliany Rina
turut bersimpati sama jennifer
2022-10-11
1
efrida
aku baru mulai baca ni thor... tetap top bingitttt karyamu mak thor 😍😘😍😘
2022-10-09
0