Kehidupan baru

Pagi harinya Refan mengajak Alesha dan anak-anaknya pulang, Refan akan mengajak Alesha tinggal di rumahnya, tadinya Refan mengatakan mertuanya untuk tinggal bersamanya, tetapi Alan menolak dan menyuruh ibunya tinggal di rumahnya.

Alesha kini sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya, di hari pertama menjadi seorang istri ia tidak mau mengecewakan keluarganya.

"Akhh" tangan Alesha tergores pisau karena terkejut ada tangan kekar yang melingkar di perutnya.

"Maaf" ucap Refan spontan memasukan jari Alesha ke mulutnya dan menuntun Alesha menuju wastafel.

Alesha menarik tangannya."Gak papa, aku cuma kaget kok Mas, jadi gak usah panik gitu." ujar Alesha mengusap rahang Refan.

"Maaf ya, Mas gak tau kalo jadinya gini." sesal Refan menciumi tangan Alesha.

"Mommy" teriak Riza menghampiri Alesha, membuat gadis itu spontan mendorong tubuh suaminya agar menjauh.

"Kenapa sayang?" tanya Alesha mengusap lembut pucuk kepala Riza.

"Laper Mom."

"Maaf ya sayang, kamu tunggu dulu di meja makan, nanti Mommy siapin semuanya."

"Riza bantu ya Mom." ujar Riza antusias.

"Gak usah, mending kamu sama Daddy ke ruang makan gih."

Setelah ayah dan anak itu pergi, Alesha membawa makanan yang sudah ia masak ke meja makan, mereka menikmati makanan Alesha.

"Dad, hari ini aku ada kelas siang, tapi aku boleh ya berangkat pagi? Aku mau ketemu Mia dulu." ujar Kaira meminta ijin, Refan mengangguk saja karena ia tidak suka berbicara jika sedang makan.

"Mom, selama ini kan Mommy kerja, apa sekarang Mommy juga masih kerja?" tanya Ramon.

"Mommy udah berhenti tiga hari sebelum menikah, karena Mommy mau fokus ngurus kalian aja, sekarang status Mommy udah jadi seorang istri jadi kalau Mommy mau ngelakuin apapun, Mommy harus ijin sama suami." ujar Alesha menatap lembut keempat anaknya.

"Ya udah mending gak usah kerja, aku takut kalau Mommy kecapean, lagian Daddy juga banyak uang, masa tega liat istrinya kecapean." celetuk Abil putra pertama Refan, walau terkesan cuek tapi dia sangat perhatian kepada keluarganya.

"Aku ijinin kamu ngelakuin apapun yang kamu suka, asal kamu gak lupain tanggung jawab kamu." ucap Refan memberikan pendapat.

"Mas tau kan aku lagi proses pembangunan butik? apa Mas ngijinin aku ngembangin butik aku." tanya Alesha.

"Boleh, Mas juga mau kasih kamu pendapat, syukur-syukur kamu nerima pendapat Mas."

"Apa?"

"Mas saranin mending kamu cari penjahit-penjahit rumahan, mereka punya semangat kerja yang tinggi walaupun pendapatannya nggak seberapa, jadi kalo kamu kerja sama sama mereka, kamu untung mereka juga untung, mereka bisa banyak belajar dari kamu, dan kita juga bisa bantu meringankan beban ekonomi mereka, mereka cuma kurang belajar aja, padahal mereka punya skill yang bagus."

"Bagus juga sih, aku setuju sama saran Mas."

"Aku udah selesai, aku pergi dulu ya Dad, Mom. Assalamualaikum" ujar Kaira mencium tangan kedua orang tuanya.

"Wa'alaikumussalam."

Setelah selesai sarapan dan Kaira pergi, kini mereka sedang bersantai di ruang keluarga dengan Refan yang bersandar di pundak Alesha dan Riza yang berbaring sambil berbantalkan paha ibunya.

"Jadi gini ya rasanya punya Mommy." guman Riza menyembunyikan wajahnya di perut Alesha, ia iri dengan abang-abang nya yang masih bisa merasakan kasih sayang dari ibu kandungnya.

Kadang Riza pernah berpikir, kalau dia tidak dilahirkan, mungkin Clara masih hidup sampai sekarang.

Seorang anak pasti tidak mengingikan kehadiran ibu tiri dalam hidupnya. Begitu pun Riza. Akan tetapi, Tuhan telah memilihkan jalan yang berbeda untuk keluarganya, dan ia masih bisa bersyukur karena takdir membuatnya bisa merasakan kasih sayang seorang ibu.

"Za, kamu manja banget sih sama Mommy, kamu itu udah besar gak boleh manja-manjaan lagi." cibir Refan melingkarkan tangannya di pinggang Alesha.

"Ada ya orang yang gak ngaca." sindir Ramon membuat Refan membulatkan matanya tidak percaya atas sindiran putranya.

"Biasa berasa kaya Abg lagi Daddy kamu." celetuk Abil, Alesha hanya bisa menahan tawa takut Refan akan marah kepadanya, tidak lucu bukan jika baru menikah tapi harus terkena masalah.

Refan menatap tajam kedua putranya, sungguh mereka semua merusak suasana pengantin baru yang sedang dimabuk asmara itu.

"Wajar dong, namanya juga pengantin baru."

"Dih, tua-tua kebanyakan gaya." cibir Ramon tak mau kalah.

"Udah udah, masa hari pertama Mommy di sini kalian udah ribut sih."

"Udah deh Mom, mending Mommy sayang Riza aja, mereka emang ngeselin."

*****

Refan menatap istrinya yang sedang sibuk di depan meja rias, ia sangat suka dengan sifat Alesha yang tidak terkesan malu-malu, bahkan Alesha tidak ragu untuk bersikap manja kepadanya, bukan itu saja, Refan suka sekali melihat sikap keibuan wanita itu kepada anak-anaknya.

"Udah selesai sayang?" tanya Refan ketika Alesha berdiri mendekatinya.

"Udah Mas."

"Ya udah yuk, temen-temen Mas kayaknya udah pada nunggu." ajak Refan menarik lembut tangan Alesha.

Malam ini Refan mengadakan pertemuan dengan teman-teman lamanya yang tidak sempat menghadiri pernikahannya.

"Selamat ya fan, akhirnya kamu nikah juga." ucap Siska mengulurkan tangannya di hadapan Refan, tetapi dengan cepat Refan menangkupkan kedua tangannya pertanda dia tidak ingin menjabat tangan perempuan.

"Ah maaf, aku tidak menyangka Refan banyak berubah setelah menikah."

"Ya iya lah orang dia bucin banget sama istrinya, sekarang apa-apa nurut, kayanya bakal jadi suami takut istri sih." gurau Arya

"Saya bukan takut istri, tetapi saya menjaga perasaan istri saya apalagi memang bersentuhan dengan lawan jenis itu di larang." ujar Refan mengusap punggung tangan Alesha yang berada di bawah meja.

Arya, Siska, Rania, Alex dan Hito menatap kagum Refan yang banyak berubah, dulu Refan menikah dengan Clara karena di jodohkan dan itu membuat Refan sering menghabiskan waktu bersama mereka karena tidak ingin menghabiskan waktu bersama istrinya.

Alesha sedikit menundukkan kepalanya saat tiba-tiba pusing. Ia memegang erat tangan Refan yang masih berada di atas pahanya.

"Kenapa sayang?" tanya Refan yang merasakan Alesha mencengkram kuat tangannya.

"Hm" guman Alesha mendongakkan kepalanya.

"Kenapa?" tanya Refan cemas.

"Nggak papa, kepala aku sedikit pusing, mungkin efek kecapean." ujar Alesha melepaskan cengkeramannya.

"Paham gue." celetuk Alex membuat Rania,Siska dan Arya menatapnya.

"Lo masa gak paham sih, namanya pengantin baru ya pasti kecapean karena malam pertama lah."

"ALEX" tegur Refan dengan suara tinggi, dia tidak habis pikir dengan ucapan temannya.

"Sorry"

"Udah Mas." ucap Alesha memegang lengan Refan berusaha menenangkan emosi suaminya.

"Maaf ya fan, Alesha, kayanya kita udah bikin kalian gak nyaman deh." ucap Rania merasa tidak enak,tadi Arya sekarang alex yang membuat suasana semakin canggung.

"Nggak papa Mba, santai aja." ujar Alesha tersenyum hangat.

"Ya udah kita pamit pulang, lagian kamu pusing kan? kayanya kamu kurang istirahat." pamit Refan pada teman-temannya.

"Kok pulang Mas? Kita kan baru aja nyampe, lagian aku gak papa kok."

"Udah pulang aja Sha, kayanya kamu masih capek, acara resepsi kalian kan mewah banget pasti kalian sibuk dan belum istirahat, sekali lagi maaf ya kita gak bisa hadir di acara pernikahan kalian, aku doain semoga rumah tangga kalian selalu dilimpahi kebahagiaan." ujar Rania.

"Makasih Mba." Siska menatap iri pasangan di hadapannya, dulu ia sangat mencintai Refan di saat pria itu masih bersama Clara, dan tadinya ia berharap bisa mengambil hati Refan dan anak-anaknya. Namun sayang lagi-lagi Refan bukan di takdirkan untuknya.

Siska sudah rela menolak banyak pria yang melamarnya hanya demi Refan, tapi kini Siska berpikir mungkin titik tertinggi mencintai adalah mengikhlaskannya bahagia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!