Dia Milikku
"Aku akan segera pulang."
Ervan memijat keningnya yang mendadak pusing lantaran ia mendapatkan telepon tiba-tiba dari kedua orang tuanya jika kakeknya masuk ke rumah sakit.
Padahal Ervan banyak pekerjaan sore ini tetapi ia memutuskan untuk membereskan semua pekerjaannya, dan langsung saja menuju ke rumah sakit di mana kakeknya dirawat. Dan memang belakangan ini kondisi kesehatan kakek Wira sedikit menurun lantaran memang usianya yang sudah tidak muda lagi dan juga beliau sakit-sakitan hingga membuat Ervan cemas karena Ervan adalah cucu satu-satunya dari keluarga Prawira.
"Denis, ikut aku ke rumah sakit."
Ervan memerintahkan Dennis, asisten pribadinya untuk ikut dengannya ke rumah sakit di mana saat ini pikirannya tidak fokus untuk mengemudi, ia tau jika nanti terjadi apa-apa di jalanan.
Denis pun hanya menganggukkan kepalanya, lantaran ia juga tidak menginginkan kondisi buruk terjadi kepada bosnya itu terlebih lagi ia sudah mendengar kabar jika Tuan Prawira sedang masuk ke rumah sakit dan pastinya ini adalah goncangan terberat buat Ervan karena Ervan merupakan cucu kesayangan dari tuan Prawira.
"Cepat sedikit, kamu lama sekali mengendarai mobilnya, apa kamu tidak lihat jika aku sudah khawatir dengan kondisi kakek!!"
Memang laki-laki yang berumur 25 tahun itu tidak banyak protes ketika Ervan yang menginginkan ini dan itu yang mana memang Denis sudah sejak lama ikut dengan Ervan yang mana semua sifat-sifat Ervan ini sudah tahu.
Sesampainya di rumah sakit, Ervan bergegas untuk menuju ke ruang perawatan kakeknya di mana memang ruangan ini khusus untuk kakeknya saja yang merupakan pemilik saham terbesar di rumah sakit ini.
"Ervan sini nak.."
Ucap kakek Wira dengan suara yang terbata-bata ketika melihat Ervan sudah masuk ke dalam ruangannya beliau menyunggikan senyumannya karena sudah melihat cucu kesayangannya itu berada di sini.
"Kakek kenapa ? Kakak janji sama aku untuk tetap sehat kan, kenapa Kakak seperti ini pasti kakek tadi makannya ceroboh sekali."
Kakek Wira menggelengkan kepalanya, memang di usia yang sudah tidak muda lagi ini berbagai macam penyakit bersarang di tubuhnya tetapi entahlah beliau akhir-akhir ini memang kondisinya menurun karena memikirkan sesuatu hal yang pastinya memikirkan tentang Ervan.
"Ervan kapan kamu akan menikah? Kakak sudah ingin melihat cicit Kakek tumbuh besar."
Deg
Ervan hanya terpaku manakala kakeknya meminta dirinya segera menikah, padahal ia sama sekali belum berencana untuk menikah. Bukannya karena ia tidak ingin tetapi kekasih hatinya yang masih belum mau diajak untuk menikah, jangankan untuk menikah Sesilia malahan tidak mau dikenalkan dengan keluarganya dan memilih untuk meniti karir di negara orang sebagai model.
"Menikah itu gampang kakek, yang terpenting Kakek sehat dulu, nanti kalau kakek sudah sembuh aku akan menikah dan pastinya aku akan memilih istri yang terbaik, yang sesuai kriteria kakek yang juga menyayangi kakek."
Ya meskipun Ervan tahu sifat dari kekasihnya itu bagaimana, tetapi Ervan sendiri yakin jika Sesilia mampu meluluhkan hati keluarganya di mana Ervan sangat mencintainya dan berharap jika Sesilia dalam waktu dekat ini akan pulang ke Indonesia dan mau dikenalkan dengan keluarganya.
"Tapi sampai kapan Van, apa kamu mau melihat kakek mati tanpa menyaksikan pernikahan kamu terlebih dahulu?"
"Jangan berkata seperti itu kek, maka nya Kakek harus cepat sehat untuk bisa menyaksikan pernikahan Ervan nantinya, Ervan janji akan menikah secepat ini tetapi kakek juga janji harus sehat dan menjaga kondisi kakek."
Kakek Wira menggeser tubuhnya, ia meminta bantuan Ervan untuk duduk saja dan tidak ingin tiduran karena setelah melihat Ervan, kondisi kakek Wira sedikit membaik terlebih lagi dengan apa yang sudah dikatakan Ervan jika cucu satu-satunya itu akan menikah dalam waktu yang cepat.
Beberapa menit kemudian..
Kakek Wira terlihat mengambil nafas, pria yang sudah tua itu terasa sangat kesulitan bernafas sehingga membuat Ervan menjadi khawatir dengan kondisi kakeknya padahal beberapa saat yang lalu kakek Wira tidak baik-baik saja.
"Kakek tiduran saja jangan melepaskan oksigen, kondisi Kakak masih belum pulih."
Ervan yang melihat kondisi kakeknya yang tidak baik-baik saja langsung saja memasangkan oksigen lagi dan meminta kakek Wira untuk berbaring dan istirahat, Ervan juga ingin memanggil dokter tetapi tangannya langsung saja dipegang oleh kakek Wira karena kakek Wira masih ingin berbicara dengan Ervan dan tidak mau dipanggilkan oleh dokter.
"Sebentar saja kek, aku akan panggilkan dokter untuk memeriksa kesehatan kakek, lagi pula kakek memang tidak boleh banyak bicara, kakek harus banyak-banyak istirahat."
"Tidak perlu Van, kakek masih ingin bicara sama kamu dan duduklah."
Ervan menoleh ke belakang di mana kedua orang tuanya sudah berdiri di sana dan pastinya Papa Rudi mengerti arti dari tatapan mata Ervan yang meminta supaya dipanggilkan dokter saja, dan tidak mengikuti apa yang diucapkan oleh kakek Wira.
"Iya Ervan akan di sini, tetapi tunggu sebentar .. Kakek jangan banyak bicara biar dokter yang memeriksa kondisi kakek dulu."
Beberapa menit kemudian dokter sudah datang beliau langsung saja memeriksa kondisi kakek Wira.
"Tuhan Wira harus banyak-banyak beristirahat dan tidak boleh berpikir terlalu keras, Tuan Mira harus senang dan tidak boleh berpikir macam-macam, tentu saja sebagai keluarga harus menyikapi kondisi tentang kesehatan Tuan Wira."
Ervan dan kedua orang tuanya mengangguk, kemudian dokter yang memeriksa kakek Wira segera meninggalkan ruangan dan saat ini kakek Wira meminta Ervan untuk mendekatinya karena memang kakek Wira masih ingin berbicara dengan cucunya itu.
"Kamu ingin kakek cepat sembuhkan, Van?"
Pertanyaan macam apa itu yang jelas Ervan menginginkan jika kakeknya sembuh, tidak ingin sakit seperti ini. Di samping Ervan adalah cucu kesayangan kakeknya, Ervan juga sangat menyayangi kakeknya bahkan ia lebih sering menghabiskan waktu dengan kakeknya daripada kedua orang tuanya.
"Tentu saja kek, mana mungkin aku tidak ingin melihat kakek sembuh dan kita bisa jalan-jalan pergi ke luar kota maupun ke luar negeri bersama. Kakek pastinya masih punya impian kan ingin melihat Ervan menikah dan melihat anak-anak Ervan nantinya?"
"Iya tentu saja kakek mau karena itu adalah impian kakek di mana kakek sudah mendapatkan semuanya dan permintaan kakek terakhir menginginkan jika kamu segera menikah dan memberikan kakek cicit."
Ervan terlihat membuang nafas yang kasar, percakapan dengan kakeknya sudah membuat Ervan bisa menebak apa yang diinginkan oleh kakeknya, nanti namun Ervan juga masih berpikir bagaimana bisa ia mewujudkan keinginan kakeknya di mana kekasihnya saat ini belum bisa dihubungi bahkan Sesilia pun tidak mau membahas tentang pernikahan atau mungkin sekedar pulang ke Indonesia untuk bertemu keluarganya saja, Sesil tidak mau.
"Kakek meminta untuk kamu segera menikah dan perkenalkan pacar kamu kepada kakek, siapapun dia kakek akan merestuinya, kakek tidak mengharapkan jika istri kamu itu seorang model di mana mereka hanya memamerkan tubuhnya saja seperti itu."
Jlebb
Kakek menunjuk ke sebuah televisi di mana di sana terlihat seorang model yang sedang melenggak lenggokkan tubuhnya dan memang dari dulu keluarga Prawira tidak menginginkan seorang menantu dari kalangan model, yang memang bukannya apa-apa tetapi takut saja jika nanti malah meninggalkan Ervan dan memilih untuk menitik karirnya Ervan.
Nah benar apa yang dipikirkan oleh Ervan, jika kakeknya meminta untuk dirinya segera menikah meskipun sebenarnya Ervan tahu bagaimana kriteria dari calon istrinya, itu di mana memang keluarga Prawira tidak mau memiliki menantu dari golongan sembarangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
ayu nuraini maulina
kmu yg mencintai Dy Ervan blm tentu mencintai kmu
2023-07-02
0
ayu nuraini maulina
knp y seorang model paling anti klo dah mau d kenalin klg pcr nya
2023-07-02
0
Yunita aristya
mampir
2023-06-30
1