Berdiri di area rumah megah dan mewah diantara manusia - manusia glamor yang memadati, membuat Selatan dan Raquel merasa terisi energinya karena mereka bukan tipe manusia yang mengangkuhkan introvert yang disalahartikan. Raquel terperangah melihat tempat tinggal Morrone yang begitu jarang dimiliki oleh orang biasa. Ya, menurut mereka orang itu bukan orang sembarangan dan harta nya juga bukan sembarangan pula.
Daripada terus mengagungkan kediaman Morrone, Selatan pun mengajak Raquel berjalan agak cepat menuju pintu masuk undangan dimana diharuskan memberikan kartu undangan pada penjaga berseragam hitam dengan sedikit kelap-kelip di bagian lengan bajunya.
Kendala masuk pun terjadi. Penjaga mempermasalahkan kehadiran Raquel yang tidak membawa undangan, terlebih dalam undangan tidak ada ketentuan tertulis untuk membawa satu orang extra. Selatan merayu dengan wajah sedih bersandiwara mengatakan bahwa Raquel adalah sahabat baiknya dan bukan mau merusuh di rumah ini. Mereka tetap ditolak masuk sehingga mereka berdua menunggu di pinggir pintu masuk penjaga sambil berdebat kecil.
"Gimana sih Selat? Katanya aman bawa gue. Lah ini malah jadi orang ilang di pesta orang." Keluh Raquel, sang wanita yang tidak suka keluar dari ranah rencana.
"Ya kan biasanya sah - sah aja bawa extra tamu ke pesta kayak gini. Tapi emang agak lupa juga sih kalo dia seorang bos." Ucap Selatan.
Selatan menyeringai lebar sebab tidak memprediksi ini akan terjadi. Untuk pulang pun tidak terlintas sebab tidak tahu kapan akan bertemu si Bos Morrone itu di lain waktu. Apalagi Selatan sudah membawa hadiah di genggamannya.
"Cari tempat yang kesorot CCTV aja Quel. Biar ke notice nih orang yang ngundang." Selatan mulai meng-ide.
"Yakin bakal berhasil ?" Keraguan Raquel jelas menjalari pikirannya.
"Ya lo bayangin aja, rumah segede ini ga dipantau cctv, tiap hari abis tuh harta." Jelas Selatan.
"Maksudnya, lo berharap kita dicurigai penjahat, perampok, pencuri ?" Raquel keheranan.
Lagi lagi Selatan hanya menyeringai dan sedikit bodoh untuk sekarang. Mereka segera menyalakan radar mata dan otak untuk mencari spot cctv yang bisa membuat mereka dicurigai petugas cctv sehingga kabar akan langsung diberitakan pada pemilik rumah. Arah barat adalah spot yang pas dan dekat dengan akses pintu belakang yang pastinya terpantau maksimal.
"Apa sekalian aja kita nyolong Sel?" Mulai meng-ide ngawur si Raquel.
"Situasi kayak gini, kumat ya gila lo Quel ?" Ledek Selatan.
"Bisa jadi konglomerat dadakan loh Sel." Rayu Raquel.
"Tolollll. Yang ada kita jadi buronan sampai ujung dunia." Dengan nada tinggi, Selatan menyanggah pemikiran Raquel.
"Loe kan bisa kabur ke negara manapun yang loe mau." Ucap Raquel.
"Itu buat nyari kakak gue, bukan jadi buronan konglomerat." Sergah Selatan.
"Nona Aludracinda." Sapa seorang pria.
Pria berbadan tegap, hidung mancung , mata coklat yang tajam menatapku. Rambut kelimis sedikit bergelombang pendek tertata rapi. Satu lagi yang membuatku terpesona adalah bagaimana janggut dan kumis tipis bersatu menambah aura tampan sekaligus aura bos jahat terpancar. Pria itu tidak lain adalah Morrone.
"Kau nona ... " Morrone menyapa Raquel dengan menatapnya.
"Raquel." Raquel menjawab dengan tersenyum lebar.
"Nona Raquel silahkan menikmati pesta ini dengan rekan saya, Martinez.
Ternyata Morrone tidak sendirian. Selatan meyakinkan Raquel untuk tidak berlama-lama di dalam pesta. Namun terlihat ketampanan Martinez mampu menghipnotis Raquel dan sudah bisa dipastikan dia akan mabuk semabuk-mabuknya malam ini. Padahal Selatan hanya berencana untuk datang sebentar lalu bergegas kembali ke basecamp.
Tidak lucu jika meninggalkan Raquel sendirian di pesta ini. Dengan terpaksa, judul berubah dari hanya memberikan hadiah, menjadi memberi Morrone waktu untuk berduaan dengan Selatan. Morrone mengulurkan tangannya pertanda mengajak Selatan untuk ikut bersamanya.
"Ayo." Selatan membalas uluran tangan Morrone dengan hanya mengucap satu kata saja.
Tiba - tiba Raquel datang kembali menemui Selatan. Dia tergopoh - gopoh memberikan ponsel Selatan yang sedang berada dalam panggilan seseorang.
"Selat, penting urgent." Ucap Raquel.
Selatan mengambil ponsel dari tangan Raquel dan berpamitan pada Morrone. Dia mengizinkan dengan berkata "Segeralah kembali".
Selatan beranjak ke tempat yang dianggap aman. Tidak dalam keramaian, blind spot, dan tentunya dipastikan tak ada yang menguntit apalagi menguping.
"Halo Paman." Ucap Selatan.
"Selamat datang di Italia, sweety." Ucap Braga.
"Aku merindukanmu paman. Apa weekend ini kita bisa bertemu ?" Tanya Selatan dengan penuh harap.
"Hei tenanglah Cinda. Nikmati saja dulu pestanya." Ucap Braga yang tanpa diduga sedang berada di dalam pesta juga.
"Kau ada disini paman ? Kenapa menelfonku jika aku didekatmu ?" Tanya Selatan.
"Belum waktunya Cinda. Bagaimana kabar Mama mu ?" Ucap Braga bertanya kembali.
"Dia berangsur pulih paman. Sehingga aku bisa leluasa pergi jauh seperti ini." Jawab Selatan.
"Syukurlah kalau begitu. Dengarkan ini Cinda, jangan pernah menelfonku terlebih dahulu. Panggilan ini sebaiknya kau hapus. Aku tidak bisa sering menghubungimu. Jika waktunya tepat, kita akan pergi ke Spanyol." Ucap Braga menjelaskan.
"Apa waktunya sudah dekat paman ? Aku tidak sabar lagi untuk menunggu." Ujar Selatan bertanya kembali.
"Persiapkan saja dirimu selagi menunggu. Jaga baik - baik dirimu sendiri. Tetaplah menjaga rahasia." Perintah Braga.
"Sedang kulakukan paman. Kau jangan khawatir." Ucap Selatan menenangkan.
"Aku memang tidak salah menilai mu, Cinda. Sampai bertemu di waktu yang akan datang, nak." Ujar Braga.
Telfon pun ditutup olehnya. Braga selalu membuat Selatan menunggu. Meski diiringi dengan alasan yang masuk akal, terkadang hal tersebut sungguh menjengkelkan.
Selatan menyempatkan diri menyusuri setiap inci rumah Morrone. Dia ingin sekali melihat wajah pamannya. Langkah demi langkah dan lorong demi lorong disusuri, tetap tak membuahkan hasil.
Dia kembali pada keramaian pesta. Meneguk segelas es lemon dingin. Mengambil beberapa potong buah. Memakannya sendirian di tengah Morrone melakukan pemotongan kue ulang tahun.
Semua orang yang berada di dalam pesta menyanyikan lagu selamat ulang tahun diiringi tepukan tangan yang seirama. Lilin telah mati ditiup, lalu potongan pertama dia makan sendiri setelah berpidato singkat mengenai pencapaian yang diraih olehnya.
Rasa ingin Buang Air Kecil melanda Selatan. Dia bergegas ke toilet untuk melaksanakan hajatnya. Padahal dia baru saja menyusuri sebagian isi rumah, namun tidak dia menemukan toilet. Alhasil dia bertanya kepada penjaga dimana letak toilet.
Di dalam toilet, dia juga merapikan riasan wajahnya. Menengok lekat - lekat bayangan dirinya di dalam cermin. Menyembunyikan tawa bahagia yang sedang dirasakan. Braga lah alasannya.
Ketika sudah berada di depan toilet, lagi - lagi dia dikejutkan oleh suara pria yang memanggilnya "Nona". Sontak Selatan menengok ke arah suara tersebut.
"Kau membuatku menunggu terlalu lama Nona." Ucap Morrone.
"Tapi kau masih bisa bercengkrama denganku kan.. Buktinya sedang kita lakukan." Jelas Selatan.
"Kau pintar mengelak. Ini makanlah." Perintah Morrone sembari menyodorkan potongan kue ke arah mulut Selatan.
Selatan pun menggigit potongan kue tersebut. Sisanya dilahap pria itu sampai habis. Dia panggil pelayan untuk mengambil minum. Karna segelas vodka ditolak oleh Selatan, pelayan tersebut membawakan segelas air murni untuknya.
"Pakaianmu ternodai bubuk putih dari kue, Tuan." Ucap Selatan dengan membersihkan kerah baju Morrone yang terlihat kotor setelah memakan kue.
Morrone hanya menatap tajam Selatan lalu mengajaknya pergi ke suatu tempat yang masih berada di kawasan rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Orang Sukses
Mau ngapain nii??/Shame/
2023-12-27
2
Orang Sukses
Pake nurut segala Selatan 😂
2023-12-27
1
Orang Sukses
Sama kayak nunggu temen yang katanya OTW 😤
2023-12-27
1