REVENGE; The Mad Twin'S

REVENGE; The Mad Twin'S

Bab 0; PROLOG

"Abhi! Sedang apa? Mengerjakan tugas, ya?" tegur seorang temannya. Ia duduk di hadapannya sembari memakan Ice cream cokelat.

Abhi atau nama lengkapnya adalah Abhinara Xavier Bramastya— anak yang di panggil tadi mendongak sembari memperbaiki kacamata besar yang membungkus wajah mungilnya. Ia mengangguk kaku dengan gesture tidak nyaman. Tidak begitu suka di perhatikan seolah ia adalah objek unik yang langka. Mau bagaimana lagi, ia mungkin seorang remaja pria tapi proporsi tubuhnya tidak seperti teman-teman pria seumurnya. Ia cenderung memiliki tubuh lebih mungil seperti seorang gadis, membuat teman-teman sekelas sering mengganggunya dengan panggilan "Tuan Putri".

Sebenarnya tidak masalah. Abhi tidak begitu tersinggung dan memilih mengabaikan hal itu. Tapi lama kelamaan gangguan mereka mulai tidak terkendali. Beberapa dari mereka sering melemparkan candaan kotor atau tidak seharusnya kepadanya. Meski sudah sering melapor pada guru tapi respon sang guru pun tidak sesuai. Mereka hanya mengatakan bahwa itu hanya candaan dan tidak perlu di masukkan ke hati.

"Oh, iya. Pak Guru bilang, tolong bawa bola ke gudang belakang," kata anak lelaki itu lagi.

Oh, mereka melempar tugas padanya lagi karena Abhi tidak pernah menolak permintaan teman-temannya.

"Bolanya di ruang olahraga. Terima kasih, ya!" ucapnya cepat lalu pergi. Padahal Abhi belum menjawab apa pun. Pada akhirnya Abhi hanya menghela napas dan berdiri dari tempatnya, berjalan menuju ruang Olahraga di gedung terpisah.

Setiba di sana, Abhi membuka pintu dan mendapati ruang itu kosong. Tidak ada siapa pun di sana. Lalu di mana bola yang di maksud?

Keningnya mengerut dan masuk ke dalam, mencari bola yang di maksud. Apa ia di kerjai lagi? Ini bukan pertama kalinya tapi tidakkah ini keterlaluan?

Suara pintu ruangan tertutup tiba-tiba dan membuat Abhi melonjak kaget. Ia refleks berbalik dan mendapati seorang siswa—entah siapa— berdiri di sana. Ruangan cukup gelap meski pun di luar matahari bersinar terik.

"Si-siapa?"

Siswa itu melangkah maju hingga wajahnya yang sedang tersenyum sedikit terlihat. Tapi senyuman itu aneh, membuat Abhi tidak merasa nyaman sama sekali.

"Ar—," Belum sempat Abhi menyelesaikan ucapannya, seseorang menutup kepalanya dengan kain begitu saja hingga ia tak bisa melihat apa pun.

""A-apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku!" Abhi memberontak tapi kedua tangannya di tahan. Tubuhnya di angkat seperti karung beras lalu berikutnya ia merasakan tubuhnya di hempaskan di sebuah benda empuk, mungkin kasur atau matras.

"Tahan dia."

Suara itu, sepertinya ia kenal tapi tidak mungkin.

"Lepaskan aku! Apa yang kalian lakukan?!" Abhi semakin memberontak saat merasakan seseorang melepas kancing seragamnya. "Lepaskan aku! Kalian gila?!"

Satu pukulan langsung menghantam wajahnya kuat hingga kepalanya pusing. Membuatnya lemas begitu saja dan tidak memiliki tenaga.

"Woah! Lihat tubuh ini! Abhinara, apa kau yakin seorang pria?! Gila! Kalau saja kau memiliki dada besar, pasti lebih sempurna lagi!"

"Bahkan dadanya tak besar saja kau sudah mengiler!" temannya tertawa puas.

Abhi tahu kali ini bukan hanya sekedar candaan. Karena bisa ia rasakan tangan-tangan mereka yang mulai menggerayangi tubuhnya. Namun sekuat apapun ia berteriak meminta tolong, tidak ada yang mendengar. Bahkan meski ia sudah memohon dengan putus asa agar mereka berhenti, mereka hanya tertawa.

Tanpa menyadari bahwa apa yang mereka lakukan telah menghancurkan jiwa anak itu hingga tak bersisa.

Kak Biyan, tolong aku.

***

Di tempat lain,

Suara mesin motor terdengar begitu gagah di jalanan kota New York yang ramai dan padat. Ia terus melajukan motornya di atas batas kecepatan yang seharusnya. Sesekali menengok kebelakang di mana ada beberapa mobil polisi yang sedang mengejar mereka dengan suara sirine nya yang khas. Bukannya memelankan laju motor tapi ia semakin menambah kecepatan dengan gilanya.

Membelokkan motor masuk ke dalam daerah gang sempit lalu masuk lagi kali ini ke dalam sebuah tempat seperti garasi. Pintunya tertutup cepat, juga ia yang langsung mematikan mesin motor. Beberapa detik kemudian, ia bisa mendengar suara sirine polisi yang mendekat lalu satu persatu melewati tempatnya begitu saja.

Ketika di rasa aman, lampu tempat itu langsung menyala. Ia melepaskan helm hitamnya dengan senyuman angkuh di sana. Menampakkan beberapa anak remaja lain yang seumurannya di sana. Mereka juga di kejar oleh polisi dan berhasil kabur sama seperti dirinya.

"You're fucking crazy, dude!"

Ia hanya tertawa.

Kemudian ponselnya berdering, melepas sarung tangan hitam yang ia pakai dan mengambil benda itu dari saku jaketnya. Nama sang Kepala Pelayan di rumahnya tertera di sana. Sebenarnya tidak ingin menjawab tapi biasanya jika sampai dua kali tidak di jawab maka dirinya takkan di telpon lagi. Tapi kali ini pria tua itu terus menghubunginya hingga panggilan yang ke-20.

Ada apa?

Maka ia memutuskan menjawab panggilan itu.

"Arman, apa kau—" ucapannya terhenti saat pria itu mengatakan sesuatu.

"Aku segera pulang." Finalnya yang langsung mematikan sambungan dan memakai helmnya cepat. Kemudian menyalakan mesin motor dan memutarnya tanpa ragu. Mengabaikan pertanyaan teman-temannya yang lain melihat perubahan tiba-tiba.

"Open the Gate!"

***

Tak butuh waktu lama, ia tiba di rumahnya yang megah. Berjalan masuk dan mendapati Arman— sang Kepala Pelayan yang berdiri menunggunya sedari tadi.

"Selamat datang, Tuan Arbiyan."

"Jelaskan!"

Arman terdiam. Raut wajahnya menampakkan kegelisahan yang tidak biasa ia tunjukkan. Mungkin lebih ke bingung ia harus mulai dari mana untuk menjelaskan situasi.

"Nyonya menelpon dari rumah, mengatakan bahwa ponsel anda tidak bisa dihubungi sejak kemarin. Suara Nyonya bergetar seperti sedang menahan tangisan, mengatakan bahwa adik anda Tuan Abhinara saat ini dalam keadaan tak sadarkan diri."

"Apa maksudmu? Jelaskan lebih rinci, Arman! Jangan bertele-tele! Apa yang terjadi pada Abhi?!" geram Arbiyan.

Kedua tangan Arman mengepal seolah menahan dirinya, lalu menatap Arbiyan tepat di matanya.

"Tuan muda Abhinara mencoba bunuh diri."

Terpopuler

Comments

CutiePie

CutiePie

semangat!

2023-06-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!