Marcel tidak menikmati kemenangannya. Ia masih memikirkan perasaan kakaknya, Clein. Edvin tiba-tiba datang menghampiri Marcel. Melihat kedatangan Edvin membuat Marcel ingin segera pergi menjauh darinya. Marcel merasa kesal dengan perbuatan kakak sahabatnya itu.
"Mau kemana, Cel?"
"Cabut!" Ketus Marcel.
"Jangan kayak gini lah Cel! Kita itu sahabat, kamu jangan buat persahabatan kita jadi renggang."
Marcel membalikkan tubuhnya dan menatap Edvin tak percaya.
"Kamu gak denger apa yang dibilang kak Karel tadi sama kak Clein? Aku denger sendiri gimana abang kamu tadi udah ngerendahin kakakku! Bukan hanya kak Clein, aku aja sebagai adiknya gak terima kalau kakak aku di rendahin kayak gitu!" Ucap Marcel tak habis pikir.
"Aku minta maaf atas kesalahan kak Karel, Cel."
"Kata maaf dari bibir kamu gak akan cukup untuk ngebuat kak Clein kembali kesini!"
"Tapi gak seharusnya juga hubungan persahabatan kita jadi berantakan, Cel. Lebih baik kita buat hubungan mereka jadi lebih baik aja. Jangan ngerusak hubungan yang sudah baik menjadi buruk dan yang bagusnya kalau kita memperbaiki hubungan buruk dari kak Clein sama Abang Karel." Ucap Edvin.
"Maksud kamu?"
"Kita deketin mereka aja. Sebelumnya mereka kayak udah saling kenal. Aku menduga itu dari perkataan kak Clein saat ka Karel melakukan perkenalan. Pokoknya kita harus buat hubungan mereka jadi lebih dekat." Saran Edvin.
"Sepertinya akan sulit, Vin. Kamu pasti tau karakter kakakku gimana."
"Jangan bilang sulit kalau kita belum mencobanya." Ujar Edvin.
Hembusan nafas kasar terdengar dari bibir Marcel.
"Tapi kemungkinan bisanya juga sangat kecil."
"Gapapa kecil, yang penting kemungkinannya ada."
"Baiklah aku akan mencobanya. Jadi darimana kita akan mulai?"
"Soal itu aku juga belum pikirin. Nanti deh aku kasih tau dan kirim lewat chat." Ujar Edvin.
"Oke! Aku tunggu! Semoga kerja sama kita ini berhasil!" Ucap Marcel penuh ambisi.
"Pasti berhasil!" Balas Edvin penuh keyakinan.
******
Karel melemparkan tuxedonya ke sembarang arah. Sekarang ia sudah berada di mansionnya. Para bodyguard yang tadi menemani Karel, mereka sudah berpencar untuk berjaga di depan mansion milik pria itu. Karel mendudukkan tubuhnya di atas sofa sambil memijit pelipisnya pelan.
"Gadis itu tidak pernah berubah!" Monolog Karel.
Karel memegang lehernya yang sempat di cekik oleh Clein. Tangan itu seolah masih berada disana dan tengah mencekiknya. Pikiran Karel berkelana ke tujuh tahun lalu. Dimana saat itu Clein melakukan hal yang sama saat Karel menegurnya soal keterlambatan kedatangannya ke sekolah.
"Berhenti mengurusi urusan saya! Jabatan yang anda pegang sekarang, hanyalah kamuflase untuk menutupi bahwa anda tidaklah lebih baik daripada saya!" Ujar Clein saat itu.
Kemudian seorang guru datang dan mencoba untuk melepaskan tangan Clein dari leher Karel. Tak berapa lama setelah itu, Clein mendapat hukuman berdiri di tengah lapangan yang terik dari jam 09:00 pagi sampai pulang sekolah tiba.
Karel dapat melihat bagaimana gadis itu mencoba kuat. Karel dapat melihat tatapan dan emosi yang sama. Ia tidak menyangka bahwa takdir mempertemukannya kembali dengan gadis itu setelah tujuh tahun berlalu.
Di tengah lamunannya, seorang wanita tiba-tiba datang dan langsung bergelayut manja di lengannya. Karel hanya meliriknya dan enggan merespon apapun. Malam ini moodnya tidak begitu baik. Ia lelah, lelah dengan pikirannya sendiri.
"Sayang?" Panggil wanita itu.
"Hmmm." Jawab Karel dengan deheman.
"Kamu sakit?" Tangannya terangkat untuk membelai wajah Karel. Raut khawatir tergambar jelas di matanya.
"Tidak. Saya baik-baik saja Alita!" Lirihnya. Ia mencoba untuk menjauhkan wajahnya dari tangan wanita yang bernama Alita itu.
Alita mengernyitkan keningnya. Ia berjalan dan berlutut tepat di depan Karel.
"Jangan menutupi apapun dariku, Karel. Aku pacar kamu, bukan satu hari dua hari kita berpacaran. Aku tau kalau kamu engga baik-baik aja." Ucap Alita.
"Saya hanya lelah saja. Ini bukan masalah." Jawab Karel seadanya.
"Baru aja aku mau ngajak kamu makan di luar. Tapi ternyata kamu kelelahan, gimana kalo kita main golf?" Ujar Alita.
"Untuk sekarang saya tidak ingin kemana-mana."
Alita hanya menarik nafas lelah lalu bangun tanpa mengalihkan tatapannya dari Karel.
"Baik, Kita gak bakalan pergi kemana-mana. Sebagai gantinya, aku akan masak sesuatu yang spesial untuk kamu. Kita akan makan dan bersantai di mansion ini saja." Ucap Alita. Wanita itu bergegas pergi ke dapur tanpa mendengar ucapan Karel terlebih dahulu.
Karel hanya mengusap wajah kasar. Sebenarnya ia sedang tidak ingin diganggu di waktu sekarang. Ia butuh ketenangan. Tetapi Alita tipe wanita yang harus di turuti kemauannya. Jika tidak, maka wanita itu akan merajuk sepanjang malam seperti anak kecil.
Karel dapat mencium aroma masakan yang menyeruak masuk ke hidungnya. Perutnya yang tadi tidak merasa lapar, kini sudah bergemuruh minta diberi makan. Sembari menunggu Alita selesai memasak, Karel memilih mengambil remot dan menyalakan televisi.
Tepat saat televisi dinyalakan, saat itu berita tentang dirinya dan Clein ditayangkan. Karel dapat melihat saat dirinya di cekik oleh Clein.
"Bodoh! Apa maksudnya seorang Karel Alvarez dianiaya oleh seorang gadis? Berita bodoh!" Sentak Karel saat melihat judul berita yang terpampang jelas di bagian bawah layar.
Karel menekan tombol remot, saat channel lain ia putar, Lagi! berita tentang dirinya dan Clein di stadion tadi yang di tayangkan. Kini judul yang dibawakan oleh pembawa acara berita adalah
*Kemenangan tim The Fixers di warnai dengan keributan antara seorang pemilik Club bola liga satu, Nerves Of Steel sekaligus pemilik Agensi K.A entertainment dengan pemimpin komunitas Black Tyrannical*
"SIAL!" Karel mematikan televisi dan melempar remot ke lantai dengan kasar.
"Apa media tidak memiliki berita yang lebih bermutu untuk ditayangkan?! Media sampah!" Monolog Karel tak habis pikir dengan apa yang ia lihat.
"Clein! Gadis itu telah merusak reputasi seorang Karel Alvarez! Ckkk, saya harus membalaskan semuanya!" Lanjut Karel.
Karel mengambil handphonenya. Ia menekan nomor dan berniat memanggil seseorang.
Cari tau tentang wanita yang bernama
Clein Andrea Klarisa!
Setelah itu telepon dimatikan secara sepihak oleh Karel.
Setelah kelulusan sekolah, Karel tidak pernah tau apa yang dilakukan gadis itu sekarang. Hal itu dikarenakan betapa besarnya kebencian di hati mereka masing-masing, mereka sengaja memutus kontak dan berjanji tidak akan pernah bertemu satu sama lain. Namun kali ini takdir berkata lain. Setelah tujuh tahun berlalu, siapa sangka akhirnya mereka bertemu kembali. Pertemuan yang tidak pernah mereka inginkan. Bukan pertemuan manis, melainkan pertemuan penuh dendam.
Berita sudah terlanjur menyebar. Karel tidak menyangka bahwa tindakan Clein yang sudah mempermalukan dirinya, telah menjadi pusat perhatian para media. Karel harus kembali membangun reputasinya agar para kliennya dan masyarakat tidak berpikir bahwa dia lemah dan kalah hanya karena seorang gadis.
Sudah cukup tiga tahun berada di sekolah menengah atas Clein berada di puncak dan menguasai dirinya. Kali ini tidak lagi! Meski Karel tau bahwa Clein bukan wanita biasa, namun bagaimanapun ia seorang pria yang dituntut untuk memimpin dan menguasai seorang wanita, bukan sebaliknya.
Alita datang dengan dua piring spaghetti bolognese ditangannya. Ia terdiam ketika melihat di atas lantai sebuah remot sudah tidak beraturan bentuknya. Alita melihat ke arah Karel, pria itu hanya duduk dengan tatapan lurus ke depan. Alita langsung menyimpan kedua piring itu di atas meja.
"Karel apa ini?!" Alita langsung mengambil remot yang berada di atas lantai. Karel yang ditanya, ia hanya diam ditempatnya tanpa mau menjawab. Alita menarik nafas panjang dan langsung menghampiri kekasihnya. Ia menggenggam jemari Karel dan mengusapnya lembut.
"Soal kerjaan gak usah dipikirin. Sekarang sudah waktunya kamu istirahat, sayang. Jangan biarin emosi menguasai tubuh kamu. Nanti kalau kamu sakit gimana?" Ucap Alita lembut.
Karel menoleh pada Alita. Ia menatap dalam wajah kekasihnya. Karel mendekatkan wajahnya pada wajah Alita dan menyatukan kening mereka. Nafas keduanya saling bersahutan, Karel semakin menatap dalam manik mata Alita.
"Saya sangat mencintai kamu." Lirih Karel. Kemudian ia mencium bibir kekasihnya dengan lembut. Alita membalas ciuman itu tak kalah panas. Semakin lama ciuman itu semakin menggairahkan, tangan Karel bereaksi dan menelusup masuk ke dalam rok yang di pakai oleh Alita.
Malam itu ciuman keduanya akan berakhir dengan percintaan yang panas di atas ranjang. Bagi Karel dan Alita, itu adalah hal biasa selagi mereka saling mencintai. Mereka akan menyalurkan kasih sayang mereka dengan cara seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments