Zein POV
Pagi yang cukup mendung, aku melakukan aktivitas seperti biasa. Entah kenapa perasaanku tidak menentu. Aku mengalihkan pikiranku dengan tidur siang setelah menyelesaikan tugasku yang tidak terlalu banyak hari ini sebagai terapis.
Entah berapa lama aku tertidur, aku mendengar suara orang orang mengobrol di depan. Mungkin itu pasien yang baru datang pikirku, aku pun bangun dan diam beberapa waktu untuk mengumpulkan semua kesadaranku.
Aku berjalan keluar berniat melanjutkan tugasku yang baru datang, begitu melewati pintu depan aku terhenyak saat melihat seorang wanita yang begitu aku kenali duduk bersama seorang pria bertubuh tinggi kekar berwajah orang luar negeri sana. Aku membeku beberapa saat di ambang pintu hingga tiba tiba dia melihat ke arahku lalu memegangi dadanya seperti kesakitan.
Aku berjalan mendekatinya hendak membantu namun pria yang duduk di sampingnya sudah lebih dulu bertindak. Aku melangkah mundur dan hanya bisa memperhatikan segala yang dilakukan pria berpakaian setelan jas serba hitam itu. Tiba tiba Deff, wanita yang sejujurnya begitu aku rindukan, menangis sambil memeluk lututnya.
Hatiku terasa diremas saat melihat pria itu memeluk Deff dengan erat. Siapa dia? Apa hubungannya dengan Deff? tanyaku dalam hati. Kulihat Ririn duduk tak jauh dari Deff dan memandang khawatir padanya.
Nampak pria itu menelepon pada seseorang hingga tak lama seorang lagi pria luar negeri dengan pakaian sama datang dengan berlari panik membawa sebuah kotak di tangannya.
Aku mulai mendekat ke kursi yang cukup jauh dari mereka dan duduk memperhatikan dari sana. Deff diberi obat namun dia menolaknya dan pria itu memberikan suntikan pada Deff di lengannya. Pikiranku benar benar buntu, apa yang terjadi padanya? Kemana selama tiga tahun lebih ini Deff menghilang? Dan sekarang secara tiba tiba muncul di hadapanku dengan menjadi orang yang terlihat berbeda. Seperti bukan Deff yang dulu, dari tatapannya sangat berbeda.
Walaupun penampilannya sama, tapi terlihat sangat berbeda. Dulu dia adalah gadis sederhana yang cukup misterius.
Sekarang aura nya terasa lebih berkuasa dan menekan dengan kemisteriusan yang masih sama.
Dia mulai membaik setelah pria berkulit putih pucat itu memberikan suntikan. Apakah dia sakit?
Ririn menatap padaku dan berkata tanpa suara.
"Suami kak Deff," begitu kira kira yang aku tangkap dari gerakan bibirnya.
Aku tak menjawab, ku pandangi Deff lagi yang sudah kembali duduk seperti semula.
Seperti biasa, dia diperiksa dan aku mendengar jika dia harus menginap lagi. Pikiranku langsung menerawang ke tahun tahun yang sudah lalu di mana Deff tinggal di sini beberapa waktu sampai akhirnya dia menghilang dan tidak pernah lagi datang kemari.
Aku kembali ke pemondokan utama dan kulihat Deff, juga orang yang ikut dengannya memasuki mobil. Deff menyetir mobil, sudah banyak sekali perubahan yang aku lihat darinya. Mereka semua pergi entah kemana dan datang saat hari menjelang senja, hanya berdua dengan suaminya. Entah kemana dua orang lagi yang bersama mereka tadi.
Kubiarkan Ririn yang membantu Deff selama di sini. Aku tidak berani mendekat apalagi Deff sudah memiliki suami sekarang.
Menjelang waktu makan malam Deff kembali keluar dengan mobil mewahnya yang aku perkirakan harganya sangat fantastis. Kini suaminya yang menyetir.
Jam menunjukkan pukul sepuluh malam saat kulihat Deff kembali. Dia harus menjalani beberapa hal yang tidak ku ketahui tujuannya. Aku hanya diperintahkan memanggil Deff di kamarnya menginap.
Aku terkejut melihat Deff keluar dari kamar tak mengenakan penutup kepala seperti biasanya. Ku alihkan pandanganku tidak ingin melihat wanita itu terlalu lama. Sekilas tadi aku melihat rambutnya sebahu yang dicat putih sebagian, sama seperti rambut suaminya. Tapi kulihat rambut pria itu lebih berwarna hitam kecoklatan bukan hitam legam seperti milik Deff. Dengan warna putih di beberapa bagian yang sama.
Dia memakai jaket yang menutupi lengan juga bahunya yang ku tebak tidak tertutup kain di dalamnya. Aku masuk ke ruangan sebelah melakukan rutinitas ku seperti biasa.
Tengah malam, aku selesai dengan semua tugasku. Aku berjalan masuk menuju kamarku. Saat melewati kamar yang ditempati Deff, kulihat pintu nya tak tertutup sempurna. Karena banyak kucing yang sering berkeliaran, aku berniat menutup pintu itu.
Tapi tanpa sengaja aku melihat pemandangan yang entah kenapa membuat dadaku sesak. Deff tertidur di pelukan pria berotot itu yang tidak mengenakan baju. Aku tidak tau kenapa dia tidak memakai baju saat tidur, apa dia tidak kedinginan?
Aku mencoba tidak peduli, tapi saat kulihat beberapa bekas luka juga tato di punggung pria itu kembali menarik perhatianku. Aku tidak tau tato itu berbentuk apa, yang jelas terlihat oleh pandanganku adalah sebuah simbol yang tanpa sengaja juga pernah aku lihat di belakang leher Deff saat keluar tadi. Walaupun sedikit terhalang tangan Deff yang memeluk punggung kekar itu, tapi aku ingat jelas bahwa bentuknya sama.
Perubahan Deff begitu kentara. Banyak kejutan yang aku lihat dari dirinya hari ini setelah kedatangan yang tiba tiba.
"Mereka suami istri Zein, abaikan!" gumamku mengalihkan pikiran dan segera menutup pintu perlahan lalu masuk ke kamarku sendiri untuk beristirahat. Besok pagi banyak tugas mengantri yang harus ku kerjakan seperti biasa.
Entah hal apa lagi yang akan aku lihat antara Deff dan suami nya. Aku tidak ingin terlalu banyak memikirkan wanita yang tidak ada urusannya denganku, hingga setelah mendengarkan audio aku pun terlelap.
Pagi menjelang, kulihat pintu kamar Deff masih tertutup saat aku keluar. Terdengar percakapan dengan bahasa asing di dalam sana. Aku sama sekali tidak mengerti ucapan mereka.
Saat aku sedang membereskan taman di depan pemondokan utama, kulihat Deff keluar dengan suaminya. Pria itu mengambil sesuatu di dalam mobil dan berjalan menuju Deff yang sudah berada di pembatas jalan.
Hari masih sangat pagi saat mereka berjalan menuju ke arah barat dengan membawa sebuah tas yang tidak aku ketahui apa isi di dalamnya.
'Tunggu, tas itu berisi botol dan kotak obat Deff kemarin. Mereka mau kemana pagi pagi sekali dengan tas itu.'
Deff terlihat membawa tas lain berisi roti dan makanan lainnya. Juga di tangan lainnya, rok*ok digenggam erat. Aku menghela napas saat melihat penampilan Deff kembali membuatku terkejut. Deff hanya memakai celana panjang longgar dan hoodie yang menutupi kepalanya.
Pria itu juga terlihat memakai jaket yang dikenakan Deff semalam dengan celana pendek di atas lutut. Banyak tato tergambar di kaki putih lelaki yang umurnya tidak dapat aku tebak. Dia terlihat dewasa namun masih nampak sangat muda dalam penglihatan ku. Mungkin sekitar dua puluh lima atau lebih dua tiga tahun, entahlah.
Wajahnya begitu terlihat kebarat baratan, khas orang luar negeri dalam sekilas pandangan. Terdapat dua tindik berbentuk lingkaran di ujung terluar alis kanannya, kedua telinganya juga. Lumayan tampan dengan bulu bulu tipis di bagian rahang tegasnya menambah kesan menawan yang bisa menarik perhatian kaum hawa. Pantas saja kemarin Ririn melirik lirik lelaki itu, apa dia lupa jika pria itu adalah suami Deff, temannya sendiri?
Aku kembali melanjutkan pekerjaanku tak menghiraukan Deff yang berjalan lebih jauh. Sejak kemarin tak ada percakapan apapun antara kami, aku merasa segan dan terlalu canggung untuk menyapanya.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
ksh ft pemeran nya kek
2023-10-14
0