Deff tidak bisa minum dan mer**ok di kawasan rumah ini dengan bebas, jadi dia memanfaatkan waktu makan malam untuk keluar mencari makanan. Mike memarkirkan mobil di tengah tengah kawasan pusat kota yang luas, sepertinya itu adalah kawasan bebas parkir dan cukup banyak orang duduk menghabiskan waktu di sana.
Deff tetap di dalam mobil, Mike tidak mengijinkannya minum di luar. Akan sangat bahaya jika petugas melihat yang dilakukan Deff, Mike merasa kawasan ini begitu ketat.
Sejauh yang Mike tau, saat mereka mendirikan organisasi, Deff sudah menjadi gadis yang bergantung dan hanya mengandalkan dirinya sendiri. Dia tidak pernah mempercayai apapun dan siapapun. Berbuat seenaknya dan tidak mempedulikan sekitar. Jika Deff dibiarkan berkeliaran di tempat ini, bisa bisa mereka terkena masalah dan berakhir berurusan dengan pihak berwajib. Di sini bukanlah ranahnya, Mike tidak yakin mereka akan baik baik saja jika itu terjadi.
Bukan hal yang mudah bagi Mike untuk menjadi orang terdekat dan dipercaya Deff saat ini. Perlu waktu lebih dari satu tahun untuk membuktikan dia dapat diandalkan dan menjadi orang kepercayaan Deff.
"Jangan terlalu banyak, kita harus kembali ke rumah itu setelah waktu makan malam selesai."
Deff termenung, dia memang akan melakukan sejumlah ritual pengobatan malam nanti. Dia menggeram kesal saat mengingatnya.
"Aaarrrrgghhhhh."
Deff meninju pintu mobil dengan keras hingga tangannya memerah tapi dia tidak merasakan sakit yang kentara.
Mike menghela napas dia kemudian berbalik menatap bos nya di bangku belakang.
"Apa yang sebenarnya kita tunggu? Ada sesuatu yang akan dilakukan di tempat itu?" tanya Mike penuh rasa ingin tau.
"Ya. Sejenis ritual yang membuatku muak."
"Kau tidak percaya hal seperti itu, untuk apa melakukannya?"
Deff menghela napas, matanya menerawang.
"Hanya untuk meyakinkan pikiranku agar bisa lepas dari semua ini selamanya."
"Apa itu akan berhasil?"
Deff terdiam sejenak kemudian menatap Mike dengan mata membara.
"Sudah kubilang aku hanya sedang meyakinkan diriku sendiri. Jadi aku harus melakukannya agar tau apa yang terjadi. Jangan pernah mempercayai siapapun di sana, Mike! Mereka akan berusaha menarik diriku kembali dari tempat tinggal kita. Terutama darimu," tekan Deff membuat Mike merasa khawatir jika hal itu terjadi.
Dia tidak mau berpisah dengan Deff, dia tidak akan meninggalkan gadis itu seorang diri apapun yang terjadi. Dia tidak mau kembali sebagai Mike yang dulu dan tanpa Deff, dia akan merasa hidupnya hampa. Mike begitu menyayangi Deff.
"Aku tidak akan melepaskan mu, akan ku pastikan kita akan pulang bersama dan hidup dengan normal kembali. Kita akan pulang dan menjalani kehidupan dengan bahagia bersama sama. Aku berjanji," ucap Mike penuh keyakinan, tentu hidup normal dalam kapasitas mafia mereka.
Jadi bukan hanya Deff yang akan berjuang, Mike juga akan berjuang mempertahankan Deff di sisi nya apapun rintangan yang akan dia temui nanti.
Deff tersenyum tulus, dalam hatinya dia sangat berharap bahwa perkataan Mike akan menjadi kenyataan. Hidupnya dipertaruhkan di sini, sudah pasti semua yang dia miliki akan hilang dan berusaha dijauhkan dari hidupnya. Deff tidak mau itu terjadi, dia sudah sangat mempercayai Mike dan itu bukan hal yang mudah dia lakukan pada semua orang.
Hanya Mike yang bisa dia harapkan untuk bisa membantunya saat ini.
"Tolong jangan menyerah, Mike. Aku membutuhkanmu," lirih Deff menatap Mike dengan memohon.
Mike merasa tersentuh dengan permintaan Deff. Dia mengangguk tegas, "Tentu saja. Aku akan memastikan kita pulang bersama dan menjalani hidup kita dengan bahagia tanpa penghalang apapun lagi. Bersabarlah, kita harus berjuang bersama. Jangan pernah menjauh dariku, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri apapun yang terjadi."
Deff menghela napas berat, dia harap memang begitu. Dia mengangguk mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik baik saja dan kembali pulang bersama Mike.
"Sudahlah, kita harus makan sekarang. Kau akan pingsan jika terus seperti ini. Aku sudah menghubungi John, sebentar lagi dia datang," jelas Mike, dia sudah memberikan anak buahnya itu mobil yang bisa disewa di sekitar sini untuk keperluan mereka selama di tempat ini.
"Bagaimana dengan mereka, kau sudah mencari tempat tinggal sementara?" tanya Deff.
"Ya, kami sudah mendapatkannya."
"Lucu sekali membayangkan sulitnya orang itu menyewakan rumahnya pada kalian hahaha," Deff tertawa mengejek.
Mike berpura pura marah, "Tidak ada yang sulit bagi kami. Orang itu langsung memberikan rumahnya setelah aku berbicara tadi," seru Mike membanggakan dirinya.
"Bukan kau tapi ponsel yang berbicara hahaha," Deff terus tertawa puas membayangkan nasib anak buahnya saat dirinya meninggalkan mereka mencari rumah sendiri tadi.
Mike mendengus, namun dia ikut tersenyum melihat Deff tertawa bebas dan lupa dengan permasalahannya saat ini.
Tak lama John datang membawakan makanan. Tadi dia membeli bahan makanan sendiri, roti dan daging juga sayuran lalu memasaknya sendiri sesuai selera mereka.
Deff makan dengan lahap bersama anak buahnya di dalam mobil yang sudah dirapikan agar memudahkan mereka untuk makan. Deff tidak mau makan di luar, dia merasa tidak menemukan tempat yang higienis.
"Hubungi aku jika terjadi sesuatu!" pesan Deff pada kedua anak buahnya yang tinggal terpisah dengan dirinya dan Mike.
John menunduk hormat, "Kami mengerti, nona."
Semua persenjataan mereka lengkap, John dan temannya sudah membawa milik mereka masing masing. Deff akan merakit yang lainnya untuk berjaga jaga walaupun dia tidak yakin itu akan berguna.
Setelah cukup lama berada di sana, mereka semua kembali. Hari semakin larut dan Deff harus mengikuti perintah pria paruh baya itu.
"Di sini cukup dingin. Dan apa ini? Kenapa mengenakan ini?" tanya Mike tak mengerti saat Deff hanya memakai pakaian tipis.
"Semuanya baru akan dimulai, Mike. Bersiaplah dan tetap bertahan apapun yang terjadi. Dia tidak menegurku saat melihatku melakukan sesuatu yang melanggar aturannya, aku tidak peduli. Jangan pergi dari sini tanpa perintah dariku!" jelas Deff.
Mike mengangguk mengerti. Dia membantu membetulkan pakaian itu agar tidak menampilkan lekuk tubuh seksi Deff. Mike berusaha mati matian menahan gejolak dalam dirinya. Dia sangat menyayangi Deff dan tidak ingin merusak gadis itu. Dia akan melindunginya bahkan dari dirinya sendiri.
"Apa ini akan dilakukan setiap malam?" tanya Mike.
Deff mengangguk.
"Kalau begitu kau harus minum obat dulu, aku tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan."
Mike mengambil persediaan obat Deff dan kali ini gadis itu menurut lalu meminum obatnya.
"Pakai ini dulu, di luar sangat dingin."
Mike mengambil jaket miliknya yang tadi Deff beli. Hanya miliknya, Deff tidak membelinya untuk dirinya sendiri.
Juga dia tidak ingin tubuh seksi gadis itu terekspos di depan mata lelaki di luar sana. Mike mengetahui latar belakang lelaki terapis itu dan bagaimana hubungannya dengan Deff dari cara mereka berdua bertatapan tadi.
Meski Deff tak mengatakannya, tapi tatapan matanya sangat jelas bagi Mike mengetahui yang sebenarnya. Deff berusaha mengesampingkan itu dan dia juga sudah tidak punya hati untuk sekedar memiliki perasaan pada siapapun saat ini. Hanya Mike yang ada dalam pikirannya yang bisa dia andalkan dalam situasi apapun.
"Kau sudah tau," ujar Deff menebak dengan tepat. Mike diam tak menjawab dia tetap memakaikan jaket itu menutupi tato di bahu putih Deff.
"Sudah kubilang jangan memasang tato lagi. Merepotkan di saat seperti ini," Mike mengalihkan pembicaraan.
Deff melirik wajah datar asistennya, dia sangat suka membuat Mike kesal.
"You kidding me?! Aku akan memasang satu lagi di sini. Akan ku tulis nama mu, Mike," gurau Deff menunjuk pelipisnya.
"Jangan menggodaku."
"Hahahaha kau terlalu tegang, Mike. Aku membenci semua yang ada di sini, kau tenang saja," jari Mike terhenti di ujung kancing terakhir jaket yang dikenakan Deff.
"Jangan membenci, berdamai lah. Aku takut jika rasa benci itu akan berbalik padaku," ucap Mike.
Deg
Deff memegangi dadanya, "Berhenti bicara bodoh! Kau mau membunuhku?" sergah Deff meninju perut keras asistennya itu.
Mike tersadar dan langsung meminta maaf.
"Aku tidak bermaksud-"
"Diamlah!" potong Deff menekan dadanya.
Mike dengan segera ingin mencari benda yang dibutuhkan Deff saat ini namun gadis itu mencegahnya.
"Aku baik baik saja."
"Kau yakin?"
"Ya," Deff menghembuskan napas teratur.
Mike mengantar Deff keluar saat lelaki terapis itu mengetuk pintu kamar dan menyuruh mereka menuju tempat yang sudah ditentukan.
Deff menyelesaikan semuanya saat waktu menunjukkan tengah malam. Dia kedinginan, Mike segera memakaikan jaketnya lagi saat tadi Deff harus melepasnya. Mike memeluk tubuh Deff yang menggigil.
"Aku akan mengambil minuman di mobil," ujar Mike hendak berdiri namun Deff menolaknya.
"Tidak! Jangan membawanya kemari," benda itu memang tetap disimpan di mobil.
Mike berpikir supaya tubuh Deff sedikit hangat saat meminum nya. Tapi gadis itu menolak, dia hanya bisa menurut.
"Berbalik!" ujar Deff saat akan mengganti pakaiannya.
Mike melakukan yang dikatakan Deff, jantungnya berdetak kencang padahal hal seperti ini sudah sering terjadi. Deff sering melakukan hal ini di depan matanya tanpa canggung.
Setelah berpakaian, Deff menyalakan batang bernikotin. Dia duduk bersandar sedangkan Mike duduk di hadapannya tengah menyiapkan tempat tidur nya.
"Tidurlah. Ini sudah tengah malam."
Deff mengepulkan asap tinggi tinggi, "Aku tidak bisa tidur sebelum menghabiskan ini."
Mike menunggu Deff menyelesaikan aktivitasnya dengan sabar. Dia merasa sangat mengantuk saat ini, tapi sepertinya cuaca yang tidak menentu membuat dirinya kepanasan sejak tadi hingga kini dia hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada.
Ukiran otot kekar di tubuhnya menjadi pemandangan yang Deff sukai. Dia terus menatap dada dan perut berotot Mike hingga sebatang nikotin itu habis.
Selama satu minggu terakhir pemandangan ini selalu menjadi santapannya setiap malam karena mimpi buruk yang dialami Deff membuatnya tidak bisa tidur sendirian. Alhasil Mike selalu menemaninya tidur. Itulah mengapa mereka datang kemari saat ini. Dan Mike tidak pernah berbuat apapun padanya, Mike benar benar menjaga dirinya. Deff tau itu dan itulah alasan mengapa dia dapat mempercayai Mike sepenuhnya.
"Selimutnya hanya satu?" tanya Mike saat mengeluarkan belanjaan Deff tadi siang.
"Ya, kurasa kau tidak akan membutuhkannya," ujar Deff santai. Dia sudah menyelesaikan aktivitasnya dan naik ke kasur yang tidak terlalu tebal di dekat Mike.
"Come on," decak Mike merasa dikerjai.
"Lihat dirimu, kau bahkan tidak pernah membutuhkan baju saat tidur, untuk apa aku membelikan mu selimut?" tanya Deff menahan tawa. Dia memang hanya membeli satu selimut tapi ukurannya cukup lebar.
Mike menghembuskan napasnya kasar, dia tidak berani mendebat bos nya jadi dia hanya pasrah.
Wajah pasrah Mike menjadi bahan tertawaan Deff menjelang tidur. Tapi Deff tidak setega itu pada asistennya, dia menarik Mike ke sampingnya seperti biasa dan berbagi selimut.
Beberapa saat Deff sudah mulai terlelap, ternyata mimpi yang sama datang kembali. Mike yang sudah tertidur tak menyadari Deff yang mulai berkeringat dan tidur dengan gelisah hingga Deff terbangun dengan napas tersengal. Dia memegangi dadanya, Mike ikut terbangun karena gerakan tiba tiba di sampingnya.
"Again?"
Deff mengangguk sambil menyeka keringat di keningnya.
"Kemarilah," Mike merentangkan tangannya menunggu Deff masuk ke dalam pelukannya seperti biasa. Mereka akan tidur dengan posisi itu supaya Deff bisa tidur dengan nyenyak karena merasa terlindungi dan hal itu berhasil menghalau segala perasaan kacau dalam diri Deff, hingga mimpi itu tak lagi muncul sampai pagi.
Mike lupa jika pintu kamar tidak ditutup sempurna hingga terlihat seseorang melewati pintu. Dia berhenti karena melihat pintu kamar yang ditempati Deff tak tertutup. Lelaki itu berniat menutupnya supaya tidak ada binatang seperti kucing atau tikus masuk.
Tapi pemandangan di dalam membuatnya membeku. Dua anak manusia tertidur dengan saling berpelukan. Pria yang tidak memakai baju itu tanpa sengaja mengekspos tato di punggungnya yang sedikit terhalang cengkraman tangan Deff yang memeluknya. Lelaki itu terlihat menghela napas.
"Mereka suami istri Zein, abaikan!" gumam lelaki itu pada dirinya sendiri. Dia kemudian menarik pintu dan menutupnya perlahan tanpa menimbulkan suara yang bisa mengganggu penghuni kamar.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments