Loser Girl Transformation

Loser Girl Transformation

01.

"Come on, haruskah aku memakainya?" tanya seorang gadis dengan mengerutkan kening tanda protes di wajah manisnya.

"Tentu nona, anda tau sendiri situasinya." jawab seorang pria berusia tiga puluh tahun. Lelaki tampan berkulit putih itu terlihat menawan dengan tubuh kekarnya.

Mereka berbicara dalam bahasa asing, semua bahasa di benua bagian utara mereka kuasai dan keduanya sering terlibat perdebatan kecil. Semua bahasa itu satu persatu keluar dari mulut gadis yang memiliki kulit eksotis itu ketika merasa kesal. Segala macam umpatan selalu dia layangkan pada lelaki yang kini duduk berbeda satu bangku di depannya.

Dan lelaki itu dengan sabar menerima segala kekesalan gadis yang sejak lama begitu dia sayangi. Dia menyukainya saat pertama bertemu, entah mengapa hatinya merasa begitu tertarik dengan gaya gadis yang selalu misterius itu. Timbul dengan sendirinya rasa ingin melindungi gadis ini.

"Persetan, aku tidak suka pakaian itu." gadis itu memalingkan wajah dan bersedekap tangan di dada.

"Hanya sebentar nona. Ini untuk kesempurnaan rencana kita, anda tidak ingin hidup normal kembali?" tanya lelaki itu mencoba membujuk dengan sabar.

"Huft.. bedebah, fucking situation." gerutu gadis itu dengan kasar merampas satu set pakaian yang disodorkan lelaki di depannya.

"Astaga, nona Deff. Jangan melihat kemari, John!" pekik lelaki itu saat gadis bernama Deff itu tiba tiba membuka baju yang dipakainya menyisakan pakaian dalamnya saja berganti dengan pakaian yang diberikan tadi. Beruntung kaca mobil itu gelap.

Tanpa canggung sedikit pun Deff dengan santai mengganti bajunya. Dia sedikit kesusahan karena mereka sedang berada di dalam mobil yang masih berjalan menuju suatu tempat.

"****, bantu aku Mike!" teriak Deff kesal karena lengan baju yang dipakainya itu tersangkut di anting telinga kirinya. Lebih tepatnya tindik di daun telinganya, Deff meringis saat merasa ngilu dan mungkin saja berdarah.

Lelaki yang dipanggil Mike itu tak kunjung berbalik, dia menghembuskan napas kasar dan meraup wajahnya kasar. Dia berusaha menahan dirinya mati matian lalu kemudian berbalik dan membantu Deff secepat kilat.

"Baju sialan!! Telingaku rasanya berdarah, doesn't it?"

Mike melihatnya dan memang ada cairan merah di sana. Dia mengambil sapu tangan di jasnya kemudian mengelapnya dengan hati hati.

Dia melirik wajah Deff, "Sakit?"

Gadis itu mendengus, "Kau bercanda? Tubuhku bahkan sering tertusuk belati dan tertembak puluhan kali. Ini bukan apa apa untukku."

"Anda meringis, nona," ujar Mike membuat Deff mendorong tangan lelaki itu dengan keras.

"Diam kau, Mike!" ketusnya.

Mike hanya tersenyum tipis melihatnya. Sebagai asisten dia tidak berani membantah bos nya ini. Deff bukan gadis sembarangan, dia seorang bos mafia yang sangat kejam. Di usianya yang masih menginjak dua puluh tiga tahun, dia sudah membuat white shadow berkembang pesat dalam waktu dua tahun terakhir.

"Gunakan ini, nona, sebentar lagi kita sampai."

"Are you kidding me? Big no!" sergah Deff melihat benda di tangan sang asisten.

"Haruskah aku ingatkan tujuan kita datang kemari?"

"Sialan!" kesal Deff dan menarik syal itu dengan kasar.

Dan saat mobil berhenti di sebuah garasi yang cukup luas di tempat yang tidak bisa dikatakan rumah bersamaan dengan Deff yang sudah memasang syal itu di lehernya dengan rapi. Mike memberikan kain itu untuk menutupi tatto yang ada di belakang leher Deff.

"Singkirkan matamu! Kau mengejekku karena begitu jelek!" sergah Deff.

Mike menggeleng, "Anda terlihat cocok mengenakannya."

"Akan ku potong lidahmu jika kau mengatakannya lagi!"

Mike langsung terdiam dan mengalihkan pandangannya keluar. Mengedarkan netranya ke sekeliling arah sebelum keluar dari mobil. Suasananya terlihat asri, berbagai jenis tanaman tersusun seperti taman mengelilingi bangunan yang terbuat dari bambu itu. Sepertinya bambu yang digunakan bukan bambu sembarangan, sebuah bangunan tidak terlihat seperti rumah kebanyakan membuatnya penasaran.

"Cepat keluar! Aku kepanasan di sini, baju ini membuatku kesal!" geram Deff saat Mike tak kunjung membuka pintu mobil. Sebenarnya keadaan di dalam mobil cukup dingin karena air conditioner yang masih menyala, namun Deff yang memang sudah kesal sejak tadi merasa gerah dengan pakaian serba panjang yang disiapkan asistennya guna menutupi semua tatto di tubuhnya.

Sebelum membuka pintu, Mike meraih sesuatu di dalam tas di sampingnya kemudian turun dan melipat jok mobil memberi akses keluar untuk bos nya yang sedang meradang.

"Tunggu nona, satu lagi."

Mike menunjukkan benda di tangannya pada gadis yang kini kembali mengumpat kesal tapi tetap mengenakannya. Sebuah kaos kaki cukup panjang disimpan Mike di atas pangkuannya. Dia berjongkok membuka sepatu dan kaos kaki pendek Deff kemudian menggantinya dengan kaos kaki panjang yang dia bawa lalu memberinya sandal hitam biasa.

Deff duduk di bangku mobil dengan kedua kaki menjuntai keluar dan membiarkan Mike menggantikan kaos kaki nya. Dia menyulut sebatang nikotin dan meraih ponsel yang tergeletak di bangku mobil yang diduduki asistennya tadi. Deff tersenyum saat mendapat sebuah pesan yang membuat hatinya cukup terhibur saat ini.

Mike berdiri dan melihat Deff yang sedang tersenyum mengerikan itu sudah tau apa yang sedang bosnya lihat. Dia sempat mengeceknya tadi. Sebuah pekerjaan yang ditugaskan pada anak buahnya sudah berhasil. Kini Deff senang mendapat kabar musuhnya satu lagi hancur dan musnah dari dunia ini.

Mike menarik lengan Deff perlahan membantunya turun. Sedangkan Deff masih terus memandangi isi pesan dari para anak buahnya membuatnya tak melihat jalan di depannya dan kemudian kakinya terantuk jalan yang tidak rata.

"****! Kau mau mencelakai ku, Mike?" sungut Deff pada asistennya yang sejak tadi menuntunnya keluar mobil.

"Maaf, nona. Itu kesalahan saya."

"Dan apa ini, kenapa kau memberiku benda jelek seperti ini?" tanya Deff yang baru menyadari sepatu mahalnya sudah berganti dengan sandal sederhana.

Mike mengambil batang bernikotin dari tangan Deff dan membuangnya.

"Penyamaran anda sempurna, nona. Dan sekarang bersikap anggun lah, nona Ririn melihat anda," ujar Mike saat tanpa sengaja sudut matanya menangkap seorang gadis lebih muda dari bos nya tengah menatap ke arah mereka saat ini.

Sebelum menuju ke tempat itu, Mike mencari tau segala sesuatu yang berhubungan dengan bos nya sendiri karena Deff sama sekali tidak mau mengatakan apapun mengenai dirinya di tempat ini. Baginya bukan masalah yang sulit untuk menyelidiki hal sekecil ini, jadi dia sudah mempelajarinya dengan baik dan mengingat semuanya supaya tidak melakukan kesalahan untuk rencana mereka.

Ini bukanlah operasi dari organisasi, namun hal ini begitu penting bagi kehidupan bos nya.

Melihat Deff yang mengedarkan pandangannya kesana kemari, Mike segera mengambil ponsel sang bos dan menyimpannya di saku celana nya.

"Arah jam 11, nona. Dia datang kemari," bisik Mike menunduk saat melihat gadis muda itu keluar dari sebuah rumah dan berjalan mendekati mereka.

"Okay, let's begin. Bersikaplah seperti suami yang baik, Mike!" ucap Deff pelan membuat Mike menelan saliva nya susah. Entah mengapa jantungnya tiba tiba berdebar lebih kencang mendengar perkataan bos nya.

"Kak Deff!" panggil gadis itu dalam bahasa asing yang tidak Mike pahami. Dia hanya tau bahwa gadis muda itu memanggil nama bos nya.

Dia hanya berdiri di samping Deff mendengarkan percakapan yang tidak dia mengerti sama sekali. Deff? Tentu dia sangat mengerti bahasa yang digunakan gadis yang dipanggil Ririn itu.

"Rin!! Apa kabar?" sapa Deff sangat lembut seperti bukan Deff si gadis mafia kejam.

Mereka berdua saling berpelukan melepas rindu. Mungkin rindu itu hanya ada pada Ririn saja, Deff mana punya perasaan lagi, hatinya sangat keras dan bahkan mungkin sudah mati.

"Aku baik, kali ini lebih baik. Aku sangat berterima kasih pada kak Deff karena sudah membuatku menjadi lebih baik," tutur Ririn dengan senyum haru nya bisa bertemu dengan teman yang sudah dia anggap kakaknya sendiri.

"Bukan aku yang membuatmu seperti sekarang Rin, kamu sendiri yang melakukannya. Oh ya, di sini sangat berbeda sekali sekarang," ucap Deff mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Ya, semuanya banyak perubahan di sini. Kak Deff sudah sangat lama tidak datang, kakak masih tinggal di-"

"Aku sudah menikah dan mengikuti suamiku ke negara luar Rin," potong Deff cepat.

"Ini suamiku, Mike," lanjut Deff memperkenalkan Mike asistennya sebagai suaminya saat ini.

Mike menoleh pada Deff saat namanya disebut, dia paham dengan tatapan mata Deff yang mengartikan sedang memperkenalkan dirinya.

Mike mengalihkan pandangannya pada Ririn yang kini tengah menatapnya dengan pandangan yang hanya Mike dan Ririn yang tau, tanpa menggubris pandangan itu Mike tersenyum dan mengangguk.

Ririn tersadar saat lelaki di hadapannya berdehem.

"Oh perkenalkan saya Ririn, temannya kak Deff," ucap Ririn dalam bahasa yang dia pikir lelaki itu akan mengerti.

Mike hanya diam karena memang tak mengerti bahasa negara yang sedang dia kunjungi sekarang bersama bos nya.

Deff yang melihat itu langsung berbicara dalam bahasa yang biasa mereka gunakan, berpura pura mengartikan ucapan Ririn.

"Dia memperkenalkan dirinya, tersenyum atau mengangguk lah!"

Setelah mengatakan itu Deff tersenyum menekan Mike agar melakukan perintahnya dan akhirnya lelaki itu mengangguk dengan senyum tipis.

"Maaf, dia sama sekali tidak mengerti bahasa negara kita," ucap Deff pada Ririn yang sedang curi curi pandang pada asistennya dalam bahasa daerah kembali.

'Gadis ini tetap tak berubah,' gumam Deff menatap Ririn dengan senyum mengerikan namun gadis itu tak menyadarinya.

"Tidak apa apa. Aku mengerti. Tidak menyangka kak Deff sudah menikah. Kalian bertemu di mana?" tanya Ririn tiba tiba.

Deff sedikit bingung harus menjawab apa, dia melirik Mike yang sedang memainkan ponsel. Postur tubuhnya jauh lebih tinggi darinya, jadi setiap memandang lelaki itu Deff harus mendongak.

"Kami bertemu di tempatku kerja dulu. Iya, di sana," jawab Deff saat mendapat ide jawaban yang cukup masuk akal.

"Kak Deff dulu kerja? Kerja di mana? Kak Deff bilang kita akan melamar kerja sama sama dulu, tapi sayangnya nomor kak Deff tidak bisa dihubungi lagi," tutur Ririn membuat Deff menggeram kesal dalam hatinya.

'Gadis ini terlalu banyak bertanya, jika dia bertanya lagi aku akan menembak mulutnya itu.'

Melihat Deff yang terlihat kesal karena gadis di hadapannya terus bertanya membuat Mike memikirkan cara untuk menyudahi percakapan mereka. Dia takut Deff tidak dapat menahan diri karena emosi dan menggagalkan rencana.

"Umm baby, di sini terlalu panas. Bisakah kita ke tempat lain?" tanya Mike membuat Deff menatap ke arahnya dengan kening berkerut namun segera kembali normal karena Ririn sempat meliriknya.

"Ahh yaa, ayo kita duduk di sana dulu, Rin. Suamiku tidak suka panas," ujar Deff.

"Ya kak Deff, tentu, dia sama sepertimu. Kita langsung ke sana saja," ujar Ririn berjalan lebih dulu menuju satu rumah bercat hijau.

Deff melirik tajam pada Mike yang kini berjalan di sampingnya.

"Baby? Owh kau sangat mendalami cerita. Padahal dia tidak akan mengerti jika kau memanggilku dengan panggilan lain pun," ucap Deff.

"Dia akan mengerti jika aku memanggil nama anda nona."

Deff tak berbicara lagi karena mereka sudah sampai. Ririn sebenarnya merasa canggung karena menurutnya Deff sangat berbeda saat ini. Dulu, Deff adalah gadis yang lembut walaupun sedikit cuek tapi dia adalah gadis yang rendah hati dan welcome terhadapnya. Kini Ririn merasa jika Deff sudah sangat berubah. Tatapannya terlihat dingin dan menekan lawan bicaranya.

.

.

.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!