Menikah Dengan Guru Killer
"Selamat pagi dunia!!" teriak seorang gadis yang baru saja turun dari bus. Dia adalah Alana, gadis berusia 19 tahun yang merupakan murid di sekolah ternama, SMA Bimasakti. Dia merupakan satu-satunya siswi yang menjadi langganan gurunya untuk menerima hukuman.
Bagaimana tidak? Setiap hari dia selalu berbuat ulah seperti tertidur di kelas, lupa mengerjakan PR, bahkan lebih parahnya lagi, dia selalu membolos di jam mata pelajaran yang tidak dia sukai. Sampai-sampai dia pernah tertinggal kelas saat duduk di kelas XI. Dan karena hal itu juga Alana mendapat julukan murid abadi.
Tapi sekarang dia sudah kelas XII. Bukannya belajar karena sebentar lagi dia akan menghadapi ujian kelulusan, Alana justru semakin menjadi.
"Hah.. hari yang cerah, secerah hatiku." Alana merentangkan kedua tangannya, menikmati sinar matahari pagi yang hangat.
Saat Alana berjalan, dia tidak sengaja melihat kaleng tergeletak di depannya. Dia menatap kaleng dan tong sampah bergantian. Lalu, Alana mengambil ancang-ancang dan...
Dugh
Alana menendang kaleng tersebut kearah tong sampah. Tapi sialnya, bukannya masuk ke tong sampah, kaleng tersebut justru mendarat sempurna di kepala seorang pria.
"AW..." Pekik pria itu mengaduh
"Gawat!!" Alana memilih kabur sebelum pria itu menangkapnya.
"Ish..." pria itu mengusap kepalanya. Dia mengambil kaleng tersebut dan melihat seorang gadis tengah berlari terbirit-birit. Pria itu menyipitkan matanya, mencoba mengenali gadis itu. Dia mengepalkan tangannya erat dan memasukkan kaleng tersebut kedalam tasnya.
Alana terus berlari masuk ke area sekolahannya. Dia berhenti sejenak mengambil nafas dalam. Sesekali dia menoleh kebelakang untuk memastikan jika pria itu tidak mengejarnya. "Huft... Aku selamat." Ucapnya. Dia berjalan santai menuju kelasnya. Beruntung dia tidak terlambat pagi ini.
Alana masuk ke kelas dan meletakkan tasnya di meja.
"Kau baru datang?" tanya Rayhan, teman sebangku Alana. Mereka cukup dekat dan Rayhan selalu membantunya saat dia mendapat hukuman.
"Seperti yang kau lihat, aku baru datang." Sahut Alana dengan nafas yang masih terengah-engah
"Kau habis olahraga?" Tanya Rayhan setengah mengejek, membuat Alana berdecak kesal dan duduk di sebelahnya
" Oh iya, Jam pertama ada matematika. Ap....." Belum selesai Raihan berucap, Alana sudah lebih dulu menggebrak meja.
Brakh
"Apa kau bilang? Matematika? Oh my God, kenapa kau baru bilang sekarang?" Alana melihat arlojinya yang menunjukkan jika 5 menit lagi pelajaran akan dimulai. Dia meraih tasnya dan bergegas keluar dari kelas.
"Hai.. kau mau kemana?" Teriak Rayhan yang tidak digubris oleh Alana
"Pasti dia mau membolos." Gerutu Raihan
Dan benar saja, Alana memang berniat untuk membolos karena ada mata pelajaran yang tidak dia sukai yaitu matematika. Apapun yang berhubungan dengan hitung menghitung, dia tidak menyukainya. Dia terlalu malas menghafal rumus dan menghitung angka. Tapi berbeda jika menghitung uang. Dia akan dengan senang hati menghitungnya.
Dan kini Alana sudah sampai di halaman belakang sekolah, tempat dimana dia biasa memanjat ala Sun Go Kong untuk bisa keluar dari sekolah.
Tapi sepertinya Alana sedang sial karena aksinya itu di pergoki oleh guru yang tidak sengaja lewat di sana.
"Hei... Mau kemana kau?" Teriak sang guru
Alana berdecak pelan. Dia membalikkan badannya dan menunduk. "Maaf Mr." Lirihnya
"Maaf? Enak sekali kau bilang maaf. Aku tahu kau berniat untuk membolos, kan?"
"Tidak Mr, eh... Iya maksudnya."
"Berdiri yang tegak dan angkat kepalamu!!" Perintah sang Guru
Alana mengumpat dalam hati. Dia melakukan apa yang gurunya perintahkan dan......
Deg
"Mr. Bara?" Lirih Alana. Alana meringis pelan karena yang ada dihadapannya sekarang adalah guru killer di sekolah Bimasakti. Sudah dipastikan dia tidak akan selamat karena Mr. Bara terkenal sangat kejam dan tidak ada toleransi untuk siswa yang melanggar peraturan atau melakukan kesalahan.
Bara menatap tajam, Alana. Dia merasa tidak asing dengan postur tubuh gadis itu. Dan, tas yang Alana gunakan membuat Bara yakin jika gadis itu yang melempar kaleng kearahnya.
"Ikut keruangan ku." Seru Bara
Alana menghentakkan kakinya kesal dan mengikuti pria itu. Niat ingin membolos pun gagal dan sekarang dia harus bersiap menerima hukuman. Ini rekor terbaru Alana karena ini pertama kalinya dia dihukum di pagi hari.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Alana menelan ludahnya kasar saat masuk ke ruangan Bara. Rasanya sangat mencekam. Ini pertama kalinya dia masuk keruangan guru killer tersebut. Dan lihatlah tatapan mata pria itu!! Sangat tajam, setajam silet.
Selama ini dia belum pernah berhadapan langsung dengan Bara karena Bara tidak mengajar di kelasnya. Jadi, saat dia melakukan kesalahan, dia berusaha untuk tidak berurusan dengan Bara.
"Apa kau tahu kesalahanmu?" tanya Bara dengan ekspresi dingin
"Tahu Mr. Karena saya membolos di jam mata pelajaran pertama." jawab Alana sekenanya. Karena menurutnya hanya itu kesalahannya.
"Kau yakin hanya itu?" Suara keras Bara, membuat Alana tersentak. Dia menunduk dan memikirkan kira-kira apalagi kesalahan yang dia perbuat? Dia merasa tidak melakukan kesalahan lain selain membolos.
"JAWAB!!!" bentak Bara
Alana kembali tersentak. Dia mengangguk kan kepalanya cepat. "I-iya Mr."
Bara mendengus kesal. Dia mengeluarkan kaleng dan meletakkannya di meja dengan keras.
BRAKH
Seketika wajah Alana pucat pasi melihat kaleng tersebut. Dia ingat betul jika kaleng itu yang dia tendang tadi pagi dan mengenai kepala seseorang.
"Sudah ingat?" Tanya Bara
Alana menggigit bibir bawahnya. Dia tidak menyangka jika pria itu adalah Bara. Jika begini, hukuman yang akan dia dapatkan lebih berat.
"APA KAU BISU, HAH?" Bentak Bara lagi
"I-iya Mr. Saya ingat." Jawab Alana terbata. "Ta-tapi Mr. Saya tidak bersalah. Tadi saya menendang kaleng itu kearah tong sampah, tapi kaleng itu justru...."
"APA KAU BILANG? TIDAK BERSALAH? JELAS-JELAS KAU MENIMPUK KU DENGAN KALENG INI DAN KAU BILANG TIDAK BERSALAH?" Bara terlihat emosi sampai-sampai melempar kaleng tersebut dengan keras di depan Alana
Alana hanya bisa menunduk takut. Bara terlihat lebih menyeramkan dari pada Sadako. Kedua mata Bara terlihat akan keluar saat melotot menatapnya. Suara pria itu juga menggema keras, sampai-sampai kedua telinga Alana berdengung. Hah... sepertinya setelah ini, dia harus pergi ke dokter THT. Pikir Alana
"Aku akan menghukum mu." Seru Bara
"Ta-tapi Mr, saya benar-benar tidak sengaja. Saya tidak bermaksud menimpuk Mr. dengan kaleng itu." sangkal Alana
Bara menggeram kesal. Dia tidak habis pikir jika ada siswi yang tidak mau mengakui kesalahannya seperti Alana. Jelas-jelas bukti sudah di depan mata. Tapi Alana tidak mau mengaku. Jika saja Alana bukan perempuan, mungkin Bara sudah menghajarnya. Tapi sayangnya dia adalah seorang guru. Dia tidak mungkin melakukan kekerasan terhadap muridnya. Tapi jika ada yang melakukan kesalahan, maka dia tidak akan segan memberinya hukuman berat.
"Kau murid pertama yang berani menjawab ku. Jelas-jelas bukti ada di depan mata, tapi kau masih menyangkalnya, hah?" Sentak Bara
"Tapi saya benar-benar tidak melakukannya." Gumam Alana yang masih terdengar oleh Bara. Dia berkata jujur, jika dia tidak sengaja. Jadi, tidak salah jika dia membela diri, bukan?
Bara menghela nafas, mencoba meredam amarahnya. Dia paling tidak suka ada murid yang menjawabnya. Apalagi saat dia sedang marah. Biasanya, murid yang ketahuan melakukan kesalahan, memilih untuk diam agar tidak mendapatkan hukuman yang berat. Tapi Alana justru melakukan sebaliknya.
"LARI KELILING LAPANGAN 10 KALI." perintah Bara.
"What?" pekik Alana
Bara melototkan kedua matanya mendengar pekikan Alana. "Kau ingin aku menambah hukuman untukmu?" Bentak Bara
"Ti-tidak Mr." Alana buru-buru keluar dari ruangan Bara dan berlari mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali. Dia mengumpat mengeluarkan sumpah serapahnya karena saat ini Bara mengawasinya dengan tatapan horornya.
Hah.. Ini adalah hari tersial untuk Alana. Tidak hanya gagal membolos, dia juga harus di hukum berlari keliling lapangan sebanyak 10 kali. Dan yang menghukumnya adalah guru killer yang dia hindari selama ini. Dan dia berharap tidak akan lagi berurusan dengan pria itu. Cukup ini yang pertama dan terakhir.
...----------------...
Rasa kesal Alana terbawa sampai di rumah. Dia seolah menyimpan dendam pada Bara dan akan membalasnya nanti.
"Bara Erfian Rahardian, akan aku ingat nama itu." seru Alana geram. Dia seolah tidak perduli apakah Bara adalah guru atau bukan. Yang pasti, suatu hari nanti dia akan membalas apa yang sudah Bara lakukan padanya hari ini.
Hah... Sepertinya Alana lupa seperti apa Bara itu? Bahkan dia sempat berharap tidak mau berhadapan dengan Bara lagi. Tapi sekarang dia justru berencana untuk balas dendam pada pria itu.
"Alana!!"
Alana berhenti sejenak dan menoleh. Dia menarik sudut bibirnya keatas memamerkan deretan gigi putihnya. "Mommy!! Daddy!!" Alana mendekat dan duduk diantara keduanya dengan menampilkan wajah polosnya karena dia tahu, pasti kedua orang tuanya ingin menanyakan apa yang terjadi di sekolah.
"Alana, apa kau berbuat ulah lagi di sekolah?" tanya Erwin. Ini bukan kali pertama dia mendapat telepon dari pihak sekolah jika putri semata wayangnya berbuat ulah. Tapi kali ini Alana sudah keterlaluan karena menimpuk gurunya dengan kaleng bekas. Dan hal itu tidak bisa di toleransi lagi. Erwin harus tegas pada Alana.
"Maaf." Lirih Alana. Dia udah menduganya jika ayahnya akan bertanya seperti itu. Untuk itu dia akan mengeluarkan jurus andalannya dengan menampilkan wajah seolah menyesal dengan apa yang telah dia perbuat.
Erwin menghela nafas panjang. Kepalanya berdenyut tiap kali mendengar putrinya berbuat ulah di sekolah. "Daddy tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi mu, Alana. Apa Daddy harus mati dulu agar kau mau berubah?"
"Dad!! Jangan bicara sembarangan!!" pekik Alana
"Kalau begitu, bisakah kau merubah sifatmu itu?" pinta Erwin
Tidak ada jawaban dari Alana. Dan hal itu membuat Erwin yakin dengan keputusannya. "Daddy dan mommy sudah sepakat akan menjodohkan mu dengan anak sahabat Daddy."
Deg
Alana terkejut dan menatap Erwin. "A-apa? Di jodohkan?"
"Ya. Dan kau tidak bisa menolaknya." Seru Erwin. ini satu-satunya cara agar Alana mau berubah. Dengan menikah, Alana akan belajar bertanggung jawab. Apalagi calon suami Alana adalah seorang guru. Erwin yakin dia bisa mendidik Alana dengan baik.
"Tapi Dad, Aku masih sekolah. Aku masih muda dan aku masih ingin meraih cita-cita ku." Alana menolak tegas keputusan ayahnya. Menikah? Bahkan pacaran saja dia belum pernah. Dan sekarang ayahnya ingin dia menikah? Gila!!
"Cita-cita yang seperti apa yang kau harapkan, hah?" Sela Erwin. Sekolah saja Alana sering membolos, tidak pernah belajar bahkan pernah tertinggal kelas. Memangnya cita-cita apa yang akan diraih dengan prestasi seperti itu?
Alana menunduk, meremas rok seragamnya. Di jodohkan? Yang benar saja. Dia masih terlalu muda untuk merasakan rumitnya berumah tangga. Mengurus diri sendiri saja dia tidak bisa, apalagi harus mengurus suami.
"Dad, aku...."
"Daddy tidak menerima alasan apapun." Erwin menatap Alana dan kembali berkata, "persiapkan dirimu, nanti malam kita akan bertemu dengan calon suamimu." Erwin beranjak dan meninggalkan Alana yang masih duduk di sana.
"Mom!!" Alana menatap Sovia dengan wajah memohon. Tapi Sovia hanya menggelengkan kepala sebagai tanda jika dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Alana menghela nafas berat. Menikah, satu kata yang saat ini terus berputar-putar di kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
jangan marah² Mr Bara....kaleng tu yang mahu mengena mu 🤭
2024-10-10
0
Yunerty Blessa
anak bandel
2024-10-10
0
Qaisaa Nazarudin
Guru mu juga valon SUAMI mu tuh Alana..😂😂😂
2024-09-25
1