BAB 8

Mereka terdiam dan ketakutan.

"Katakan! Siapa yang memposting tadi! Ayo ngaku! Jika tidak satu kelas ibu hukum semua!" seru buk Feriani.

Mereka terlihat tambah ketakutan.

"Oh nggak ada yang mengaku ya! Kalau begitu panggil orang tua kalian untuk datang ke sekolah sekarang!" teriak buk Feriani.

Mereka semua terdiam dan tidak ada yang menjawab, di wajah mereka sangat terlihat ketakutan.

"Ayo ngaku lah, aku tidak ada meng-upload video itu jangan sampai aku kena imbasnya," ucap salah satu murid angkat bicara.

"Iya, aku nggak mau di marah sama orang tua aku gara-gara kalian yang upload demi mencari sensasi dan popularitas," sahut murid yang lain.

"Jadi kalian cepat mengaku sebelum keadaan semakin memburuk. Ayo maju ke depan!" perintah buk Feriani.

Satu persatu pun maju ke depan. Mereka yang merasa tadi sudah mengunggah foto perkelahian tadi maju ke depan dengan lesu.

"Ayo siapa lagi, jika di antara kalian ada yang mengaku lagi, maka hukumannya akan ibu ringankan, tapi jika di antara kalian masih ada yang di sembunyikan lalu ketahuan oleh Ibuk maka hukuman akan di tambah lebih parah lagi, bukan hanya orang tua kalian di panggil, masa skorsing juga akan di tambah," ucap buk Feriani.

Mereka pun mau tak mau maju kedepannya, termasuk mereka yang melakukan siaran langsung dan juga mereka yang sudah meng-upload lalu menghapusnya dari akun mereka.

"Bagus, untuk kalian ayo ke kantor saya sekarang," ucap buk Feriani.

Dengan terpaksa mereka mengikuti buk Feriani.

Murid-murid yang lain terasa sedikit tenang, mereka melihat ke arah Alfazro sambil berbisik.

"Sejak kapan dia jadi pemberani begitu? Perasaan jika dia di usik oleh Andi dia diam aja? Apa yang terjadi padanya?" bisik mereka.

"Entah, perasaan baru kemaren dia di bully diam aja, mendadak hari ini dia jadi pemberani, seperti orang yang berbeda," ucap sahut yang lain.

"Wah, kalian nggak ada yang dibicarakan malah membicarakan ku ya, apa aku populer sekarang?" tanya Alfazro menyengir.

"Hanya saja aku sangat heran, kenapa kau mendadak menjadi pemberani? Ini sangat aneh," ucap salah satu murid yang sedang duduk tidak jauh dari Alfazro.

"Alasannya adalah … apa selama-lamanya aku harus di tindas terus? Tidakkan, aku harus jadi pemberani baru orang lain tidak menindas ku," ucap Alfazro.

***

Saat pulang sekolah, Alfazro pun menuju parkiran di mana sepedanya berada.

Saat ia ingin menaikinya, bannya malah kempes.

"Inikan sepeda baru, kenapa bisa kempes?" tanya Alfaro melihat kedua ban sepedanya yang sudah tak berangin lagi.

Saat di lihat ternyata sepedanya itu ada bekas sayatan di kedua bannya.

"Sial! Siapa yang melakukannya!" teriak Alfazro kesal.

"Hi-hi-hi." terlihat dua orang murid yang sedang tertawa dan mereka langsung melajukan motornya.

"Ooo, kalian ya, lihat saja besok, gantian kita," ucap Alfazro.

Alfazro menggeret sepedanya untuk pulang ke rumah.

[Ding Ding]

[Misi baru]

[Menolong seorang yang kakinya terjepit]

[Hadiah 2.000.000]

[Status misi: Sedang berlangsung]

"Aaaaaaaa, sakiiiiiiiit!" teriak seorang anak SD menangis yang sedang di tolongin oleh kedua temannya.

"Eh, jangan di tarik!" larang Alfazro. Mereka pun langsung berhenti.

Alfazro pun melihat kaki anak SD itu yang termasuk di antara celah lubang pembatas selokan. Ia pun menarik besi pembatas itu keluar.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***