Episode 18

"Aku adikmu dan bibirku ini tidak bisa kau cium seenaknya!." Tukas Nao mempertegas walaupun di sini ia berusaha tetap tenang dengan tatapan pria tampan di hadapannya ini.

"Bukankah kau pernah bilang jangan menganggap dirimu adik ataupun sebagainya?." Tanya Ares sengaja.

"Ck haish!."

"Kau tidak bisa lepas dariku apalagi setelah kejadian barusan, untuk membuat Tessa berhenti mendatangi maka kau harus pura-pura menjadi kekasihku." Lanjut Ares.

Nao menggeleng. "Cukup sekarang saja setelahnya cari wanita lain untuk menggantikan ku, akan semakin rumit jika dia mengetahui wajah ini yang ternyata adik tirimu sendiri."

Nao menginginkan ada batasan di antara keduanya yang sudah terlanjur jauh, jujur ia mengagumi sosok Ares namun mengingat status mereka Nao memilih untuk tak menggubris itu.

"Bukan sebagai kekasih palsu mungkin kau juga akan mengambil kesempatan untuk menyentuhku." Sengaja Nao yang membuat Ares menggigit bibir bawahnya tak menduga akan jawaban wanita itu. "Contohnya seperti barusan, right?."

"Aku tak sebodoh itu Ares Leonardgo." Timpal Nao seraya melangkah hendak keluar dari kamar Ares. "Sudahlah, aku pulang duluan."

"Apa kau takut jatuh hati padaku?." Lirih Ares yang menghentikan langkah Nao.

Nao tak langsung menjawab. "Ck kenapa pria ini seolah dapat membaca isi hati seseorang?."

"Oke pulanglah namun kembali ku pertegas kan ingat aku tak akan melepaskan mu." Lanjut Ares dengan santainya.

"Sekalipun kau sudah memiliki seorang istri?." Sengaja Naura.

"Ya." Potong Ares.

"What!??." Naura yang terkejut ia terkekeh. "Ayolah kak becanda mu terlalu berlebihan, aku pulang." Tanpa menunggu jawaban Ares, Nao pulang meninggalkan ruangan itu dengan buru-buru.

Ares hanya diam menatap Nao hingga menghilang. "Aaarrrgh sial! Ares kau tidak bisa menahan diri saat bersamanya." Bahkan saat berpura-pura melakukan penyatuan pun milik Ares bereaksi lebih.

Nao menutup pintu ruangan Ares, ia pun memejamkan mata mengatur nafasnya agar bisa tenang. "Akhirnya bisa keluar juga, lo harus tetap berekspresi seperti biasa Nao dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa, oke lakukan itu!."

Sesampainya di rumah Nao langsung membersihkan diri, ia pun menghubungi Anna menceritakan semua yang terjadi padanya hari ini.

"Nao lo jangan membohongi diri kalau emang beneran suka sama Ares, gue peka perubahan lo selama ini setelah bertemu kembali dengannya dan gue rasa Ares juga gak mungkin melakukan ini jika lo sama sekali gak penting buat dia." Ujar Anna yang begitu tahu sikap calon atasannya itu dari orang-orang kantor.

"Gue masih gak tahu apa yang gue inginkan saat ini An, yang jelas gue lagi berusaha jaga jarak dengannya dan kalaupun gue benar-benar jatuh hati pada Ares kita tidak mungkin memiliki hubungan." Timpal Nao. "Kita saudara tiri."

"Gak menutup kemungkinan kalian tidak sedarah bisa menikah."

"Itu kejauhan." Nao menyangkal.

"Terserah kau saja." Potong Anna.

"Haish..."

Pagi pun tiba..

Nao turun untuk sarapan namun di meja makan hanya Sarah dan dirinya.

"Morning sayang." Kecup Sarah pada putrinya yang celingak-celinguk melihat sekeliling.

"Morning mom, yang lain kemana?."

Tampak Sarah menghela nafas berat. "Agam menemui Ares setelah sahabatnya menghubungi, katanya Ares melakukan sesuatu yang membuat Tessa menangis semalaman."