Yasmin tidak bisa tidak terkejut saat melihat siapa yang ia lihat di dalam ruangan pertama kali. Marsya duduk di kursi direktur milik Sammy yang sebelumnya adalah miliknya sebelum ia memutuskan untuk berhenti. Marsya juga sama terkejutnya dengan Yasmin. Namun dia lebih cepat menguasai dirinya dan duduk dengan angkuh di tempatnya.
"Kamu! Apa yang kamu lakukan di sini?!" Tanya Yasmin dengan marah. Ia meletakkan bekal makanannya di atas meja lalu menghampiri Marsya yang masih dapat duduk dengan tenang meskipun dia sudah ketahuan. Apakah dia biasanya memang seperti itu? Wanita ini bisa bergerak bebas di dalam perusahaan?
"Oh hai wanita yang ditinggalkan. Aku tidak menyangka melihatmu datang ke tempat kerja kekasihku." Marsya menopang dagunya dengan tangan. Berbicara dengan nada sombong dan senyum meremehkan.
"Aku adalah istrinya mas Sammy. Lalu ini juga adalah perusahaanku. Tidak aneh jika aku ke mari. Justru kamu yang seharusnya tidak datang ke sini. Kamu hanyalah orang ketiga dalam rumah tangga kami. Kamu seharusnya pergi dari sini." Yasmin membalas tanpa takut.
"Eh? Apa Sammy tidak memberitahumu jika perusahaan ini bukan lagi perusahaan mu melainkan miliknya?" Marsya memegang bibirnya saat ia berbicara.
"Apa maksudmu? Katakan dengan jelas." Yasmin tidak percaya apa yang baru saja dikatakan oleh Marsya. Masalah besar seperti ini, tidak mungkin dengan begitu mudah dialih namakan. Pasti ada yang salah.
"Oh ternyata belum? Begini. Kalau begitu aku saja yang memberitahumu."
"Jangan main-main denganku."
"Tidak. Aku tidak main-main. Aku malah berbaik hati padamu. Memberitahu mu lebih dulu agar kamu tidak terkejut nanti." Marsya menggelengkan kepalanya. Dengan senyum mengejek terukir di wajahnya yang cantik.
"Apa kamu ingat dua bulan yang lalu Sammy pernah memintamu menandatangi sebuah dokumen?"
"Dokumen? Bukankah itu adalah dokumen proyek di daerah Y?" Yasmin memiliki ingatan yang bagus.
"Ha-ha-ha-ha. Proyek di daerah Y? Bukan. Itu sebenarnya adalah surat pengalihan aset. Jadi apa kamu sekarang percaya?"
"Tidak mungkin. Mas Sammy tidak mungkin melakukan nya." Elak Yasmin. Ia masih tidak percaya jika Sammy tega melakukan itu padanya.
"Tapi itu yang sesungguhnya terjadi." Jawab Marsya percaya diri. "Apa kamu lupa jika Sammy saat itu bertindak tidak wajar?" Lanjut Marsya.
Mendengar perkataan Marsya, Yasmin mulai berpikir dan akhirnya ia mengingat nya. Memang benar. Saat itu Sammy meminta tanda tangannya saat ia sedang menyiram bubg di taman. Suaminya itu berkata jika ia lupa tidak meminta tanda tangannya semalam dan saat itu sedang terburu-buru berangkat untuk meeting. Membuat Yasmin tidak memiliki waktu untuk membaca secara detail berkas itu. Yang ia lihat hanya judul paling depan halaman. Lagipula ia juga tidak curiga sama sekali. Ia tidak menyangka jika laki-laki yang selama ini ia percayai malah mengkhianati kepercayaan nya.
"Sepertinya kamu sudah ingat. Baguslah kalau begitu. Dengan begitu Sammy tidak perlu memberitahukannya padamu secara langsung." Ucap Marsya setelah melihat wajah pucat Yasmin.
"Tidak. Aku tidak percaya. Sebelum aku mendengarnya dari mas Sammy, aku tidak akan percaya. Bisa saja ini hanya akal-akalan mu saja untuk membohongi ku." Tania menggelengkan kepalanya. Lalu duduk di sofa ruangan itu dan menunggu Sammy selesai rapat.
"Ya sudah jika tidak percaya. Aku juga tidak bisa apa-apa." Marsya menggedikkan bahunya acuh sambil kembali duduk menyandarkan punggungnya di kursi direktur Sammy.
Sammy masuk ke dalam ruangannya sepuluh menit kemudian. Ia tidak terkejut melihat Yasmin ada di dalam ruangannya karena Marsya sudah lebih dulu menghubunginya.
"Sayang.... Sudah selesai rapatnya?" Marsya yang melihat Sammy masuk langsung berlari dan memeluk Sammy dengan manja. Yasmin yang juga segera berdiri mengepalkan tangannya melihat kemesraan mereka. Kedua orang ini benar-benar tidak memandangnya. Apakah mungkin karena dia sekarang dinilai sudah tidak berguna lagi bagi Sammy?
"Sayang, katakan saja padanya sekarang. Aku sudah muak melihat wajahnya yang jelek. Bagaimana jika anak kita nanti jadi jelek seperti nya?" Marsya berkata dengan manja. Ia mengelus perutnya yang rata. Tapi dari kata-kata Marsya, Yasmin menebak jika wanita itu pasti tengah hamil saat ini. Dan anak di dalam kandungan itu adalah anak Sammy, suaminya.
"Mas, apa benar yang dikatakan perempuan ini?" Yasmin menatap Sammy. Berharap mendapatkan jawaban yang ingin dia dengar, yaitu mengelak ucapan Marsya. Namun yang dia dapati justru jawaban yang tidak ia inginkan.
"Benar. Apa yang dikatakan Marsya semuanya benar."
"Jadi mas sudah...."
"Ya. Sekarang perusahaan ini sudah menjadi milikku." Ucap Sammy percaya diri. "Oh tidak. Maksudku, semua aset yang kamu punya sudah menjadi milikku. Bahkan rumah itu."
"Apa?!" Teriak Yasmin kaget.
"Ih mas. Dia mengagetkanku. Bagaimana jika teriakannya yang berisik mengganggu calon bayi kita?" Marsya menggelayut di lengan Sammy. Bersikap manja dan menggoda.
"Kamu tidak dengar ucapan kekasihku? Ah....kenapa akhir-akhir ini aku sering lupa. Maksudku ucapan calon istriku."
"Apa maksudmu mas? Aku ini istrimu mas. Aku tidak akan membiarkan kamu menikahi wanita ini. Aku tidak peduli dengan semua harta itu. Tapi kamu, akan tetap menjadi suamiku." Ucap Yasmin tegas.
"Oh Yasmin yang polos. Sudah sampai pada tahap ini kamu masih juga tidak mengerti?" Sammy berjalan mendekati Yasmin. Mengangkat dagu istrinya itu dan menatapnya dengan tajam.
"Kamu dengarkan baik-baik karena aku tidak akan mengulangi ucapan ku." Sammy berkata dengan tegas. Marsya yang duduk menyandar meja melipat tangannya dan tersenyum mengejek.
"Marsya saat ini sedang hamil anakku. Marsya melakukan apa yang tidak bisa kamu lakukan. Itu membuktikan bahwa dia jauh lebih baik daripada kamu. Jadi... aku akan segera menceraikanmu tidak peduli kamu setuju atau tidak. Dan kamu, jangan pernah berpikir untuk meminta harta gono-gini karena aku tidak akan memberikannya sepeserpun padamu. Kamu paham?"
"Tapi semua ini adalah warisan keluargaku. Aku berhak atas semua ini!"
"Memang. Tapi itu dulu. Sekarang, kamu sudah tidak punya apa-apa lagi." Sammy melepaskan dagu Yasmin dengan kasar.
"Aku tidak menyangka jika kamu akan menjadi seperti ini mas. Kamu dulu berkata jika kamu mencintaiku. Lalu apa ini? Mana cinta yang kamu katakan sehidup semati itu?" Yasmin berkata sambil menangis. Ia sudah tidak bisa menahan air matanya lagi.
"Ha-ha-ha-ha-ha. Zaman sekarang ini kamu masih percaya janji seperti itu?" Sammy tertawa terbahak-bahak. "Aku akui aku memang pernah mencintaimu dulu. Tapi aku ini laki-laki yang akan tertarik pada wanita yang cantik. Sedangkan kamu, penampilan mu itu sangat kampungan. Apa kamu pernah menyadarinya? Lihat Marsya. Bukankah ia terlihat sangat cantik dan seksi?"
*
*
*
*
Menikah Dengan Saingan Mantan Suami #3
...Terima kasih sudah mampir 😘...
...Jangan lupa Like, vote dan komen ya...👍...
...Follow juga akun Author nya....
...☘️Queen_OK☘️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ria Syifa Ahmad
ceritanya seru,,,,tp plis masukan thor jangan mengulang akhir bab ke bab selanjutnya next bab aj thor
2024-03-03
0
Murni Dewita
nati kmu jg menyesal samy
2024-02-25
0
🌷💚SITI.R💚🌷
laki² kaya sammy hrs di musnahkn nih..dia ga berterimakasih kacang lupa kulity
2023-09-12
0