20. Siluman Ular

Akhirnya Dimas dan Okta ke kediaman keluarganya. Dimas masuk ke dalam kamar Nenek. Di samping lemari ada meja besar diatasnya nampak sebuah patung ular berkepala manusia. Perlahan Dimas ambil patung itu, dibawanya menuju belakang rumah.

"Tempat apa ini Kak?" Okta baru pertama kali melihat tempat yang menurutnya angker.

"Ini tempat Nenek memberikan sesajen." Dimas kemudian membuang patung itu ke dalam drum bekas dan membakarnya.

Apa yang terjadi? Ternyata di dalam kobaran api keluar sosok ular berkepala manusia.

"Kurang ajar, berani kamu membakar ku, Ssssss." Siluman itu keluar dari kobaran api, dengan kemarahannya menyerang Dimas dan Okta.

Mereka berdua terpental ke udara, terbentur dinding dan jatuh tersungkur di lantai. Darah segar terlihat di pelipis mereka berdua.

"Ratu, maafkan Cucu ku." Nenek Dimas tiba-tiba muncul setelah merasakan panas di tubuhnya, Nenek segera ke belakang rumah melihat apa yang sebenarnya terjadi.

"Panas, panas, kamu berhutang tumbal pada kuuuuuu!" Siluman itu meliuk liukan tubuhnya di depan Nenek Dimas, kemudian pandangannya mengarah ke Okta yang ketakutan di pojok ruangan. Dengan cepat dia menyambar Okta dan melilitkan tubuhnya.

"AAGGHHHH!, CRACK!" Dimas merasakan remuk di sekujur tubuhnya. Ternyata Yang terlilit adalah tubuh Dimas. Okta berhasil teleportasi dengan bantuan Lian.

"Ratu, ampun, ampuni aku, jangan korbankan Cucuku." Nenek Dimas berlutut memohon.

"Aku harus hidup, kamu harus menebus kesalahannya." Dan Dimas pun kehabisan napas akibat lilitan mematikan siluman. Dihirupnya energi Dimas, sedangkan mayat Dimas dilemparnya begitu saja.

"Dan kamu dukun, karena sudah berhubungan dengan dunia hitam, sampai mati pun kamu tetap terikat di dalamnya. Percuma kamu menangisi dan menyesali sekarang." Ha ha ha Siluman ular itu pun menghilang.

"Dimas, bangun, Dimas maafkan Nenek." Nenek Dimas memeluk dan menciumi jasad Dimas. Seketika bayangan-bayangan hitam beterbangan, arwah-arwah penasaran korban tumbal si Dukun bermunculan di ruangan itu. Mereka menjadi korban keserakahan Nenek Dimas. Mereka tidak terima meninggal dengan cara yang tidak wajar.

"AAAGGHHH!" Nenek Dimas menjerit diserang membabi buta arwah-arwah penasaran.

Farrel dan Keenan menyusul Dilfa dan Jimmy ke kediaman Erina.

"Okta ada di ruangan itu," tunjuk Jimmy setelah memeriksa GPS nya.

Mereka memasuki ruangan dimana banyak alat perdukunan di dalamnya. Terlihat Okta terbaring pingsan.

"Okta bangun." Farrel menepuk pipi Okta.

Masih tidak sadarkan diri. Gelang Farrel bergetar mengeluarkan cahaya. Dan keluarlah Alesha.

"Permisi tuan muda, sebaiknya kalian semua keluar dari ruangan ini!" perintah Alesha.

"Mau kemana kaliannnn hi hi hi." Siluman ular tiba-tiba datang dan mengelilingi ruangan itu dengan tubuhnya yang panjang.

Lian pun muncul. "Apa kah kamu sanggup menghadapinya?" tanya Lian kepada Alesha.

"Biar aku saja, bawalah mereka keluar dari sini." Alesha berusaha mengalihkan perhatian siluman.

Belum juga Lian membawa pergi Farrel, Keenan, Okta, Jimmy dan Dilfa, sekumpulan makhluk astral menyerangnya. Terjadilah pertarungan makhluk ghaib.

Alesha membuat kabut asap. "Tuan masuk ke sana." Tunjuk Alesha.

Jimmy menggendong Okta, disusul Dilfa, Keenan dan juga Farrel. Mereka masuk ke dalam kabut asap buatan Alesha.

Alesha memindahkan mereka ke tempat yang dianggap aman.

Pertarungan sengit masih terjadi, siluman ular sangat sulit dikalahkan. Lian dengan mudah mengalahkan anak buah siluman ular. Sekarang dia menggabungkan kekuatannya dengan Alesha.

Siluman ular tubuhnya makin membesar, kekuatannya bertambah, matanya memancarkan cahaya merah menyala, terus menyerang, tidak memberi kesempatan seolah ingin menelan mangsanya. Lian kewalahan menangkis serangan. Kibasan ekor siluman ular mengenai Alesha.

Dengan kedua tangannya yang besar siluman ular menangkap Lian dan Alesha. Dicengkeramnya dengan kuat, kemudian dia menjulurkan lidahnya. Lian membentengi dirinya dan Alesha agar tidak terkena bisa ular yang mematikan. Alesha pun demikian. Entah sampai kapan mereka bertahan.

Sementara itu, di dalam kabut asap, Farrel, Keenan dan Dilfa mencari jalan agar bisa keluar dari sana. Mereka tidak mau tinggal diam dengan keadaan yang semakin mencekam. Okta tersadar, tanpa sengaja Okta yang masih dalam pangkuan Jimmy tertarik ke suatu tempat keluar dari kabut asap.

"Kak Jim, dimana kita?" Okta takut menyembunyikan wajahnya ke dada Jimmy.

"Aku juga gak tau Yank." Jimmy membangunkan Okta.

Mereka sekarang berada di sebuah ruangan seperti gudang.

Karena tempat itu penuh debu dan banyak barang terbengkalai.

"Tadi aku diserang siluman ular Kak." Cerita Okta.

"Iya kami juga diserang siluman ular, dia bertarung dengan pelindung kalian." Jimmy menjelaskan.

"Pelindung kami?" tanya Okta.

"Iya, pelindung yang ada di gelang kamu dan juga Kak Farrel." Jawab Jimmy.

Berarti Kak Jimmy bertemu dengan Lian? Oh tidak, semoga saja Kak Jimmy tidak melihat perasaanku terhadap Lian, batin Okta.

Dari kejauhan tampak sebuah lukisan yang tergantung tinggi di gudang itu. Mereka pun memperhatikan.

"Ini bukannya siluman ular ya." Kata Jimmy.

"Iya Kak, ini siluman ular." Okta menyakinkan.

"Bakar lukisannya, bakar lukisannya!" Ada suara tanpa wujud yang terus menerus mengulang kata-kata, dan itu terdengar jelas oleh Jimmy dan Okta.

Jimmy melihat-lihat isi gudang, mengambil sesuatu yang tinggi untuk menurunkan lukisan. Ditariknya sebuah meja, kemudian disusunnya beberapa kursi plastik berbentuk anyaman rotan itu di atas meja.

"Yank, tolong pegangin, aku mau naik ambil lukisan." Pinta Jimmy.

"Hati hati Kak." Okta berdiri menahan meja dengan kedua pahanya, tangannya memegang kursi plastik.

Jimmy perlahan naik dan berdiri mengambil lukisan, dan mencari sesuatu untuk membakarnya. Okta melihat korek api di atas lemari dalam ruangan itu.

" Kak, ini." Okta menyerahkan korek api kepada Jimmy.

Jimmy mengambilnya dan kemudian membakar lukisan itu. "Bismillahirrahmanirrahim." Lukisan itu pun perlahan terbakar.

Kembali ke siluman ular yang berusaha mengeluarkan bisa racun yang mematikan ke Lian dan Alesha. Cengkeraman tangannya melemah, tubuh bagian ekornya terbakar. Lian dan Alesha terlepas dari genggamannya. Mereka jatuh dan mengalami luka dalam yang cukup parah.

Semakin lama kobaran api mendekat kebagian lehernya. Siluman ular kepanasan dan kesakitan.

Siluman ular mengeluarkan suara yang menggelegar, mengguncang dan menggetarkan kediaman Erina. Rumah Erina terbakar. Dengan kekuatan yang masih tersisa Lian dan Alesha membawa pergi Farrel, Keenan, Dilfa, Jimmy dan Okta.

"Mari Tuan beristirahatlah kalian di sini." Alesha membawa mereka ke luar rumah Erina.

"Alesha apakah kamu terluka?" Farrel mendekati Alesha yang tubuhnya penuh dengan luka.

"Lian!" Okta juga mengkhawatirkan keadaan Lian.

"Kami akan segera pulih dengan cinta kalian." Jawab Alesha.

Okta sedih melihat keadaan Lian yang sekarang penuh dengan luka. Beruntung Jimmy tidak mengetahui perasaan Okta yang sebenarnya kepada Lian.

"Permisi, aku akan istirahat. Dengan cintamu aku akan segera pulih." Bisik Lian.

"Iya." Jawab Okta sambil meneteskan air matanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!