Setelah pulang dari kediaman Kakek Arshaka, Farrel menceritakan rencananya untuk pulang ke Negara A kepada Keenan. Farrel juga menceritakan semua masalah keluarganya dari awal Bunda dan Ayahnya bertemu, sampai konflik orang ketiga yang menghancurkan rumah tangga Ayah Bundanya hingga menciptakan trauma bagi Okta. Dan Keenan pun dengan senang hati ingin membantu Farrel yang sudah dianggapnya sebagai saudara itu. Mereka menyusun rencana sematang-matangnya.
"Okta jangan sampai tahu rencana kita." Keenan sangat mengkhawatirkan kondisi Okta.
"Gue cuman bilang mau liburan sekalian ketemu sama Papa dan Mama loe."
"Bang Keenan, Kak Farrel!" Jimmy tiba-tiba muncul di Apartemen Farrel.
"Okta gak ada di sini, lagi jalan sama Dilfa." Kata Keenan.
"Ya sudah tau, ehhmmmm Bang Keenan, Kak Farrel, gue boleh ya ikut ke Negara A?" Jimmy malu-malu.
"Ngapain di sana?" Farrel sebenarnya tau alasannya, cuman gemes aja liat Jimmy sok-sok manja gitu.
"Yaa ngapain kek, disuruh jagain Okta juga mau." Jimmy menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
PLUUKK!
Jimmy dilempar bantal sofa oleh Keenan." Gak usah dijagain, Bang Keenan, Farrel, Dilfa yang jaga. Emang Okta anak kecil yang masih pakai popok dan empeng dot."
"Boleh yaaa, boleh yaaa." Jimmy mengatupkan tangannya.
"Boleh. Kalo mau ikut kita harus mau kerja." Kata Farrel.
"Boleh Kak, kerja apa?" tanya Jimmy.
"Noh di dapur banyak piring kotor, cucian juga belum disetrika, lantai belum disapu." Farrel niat ngerjain Jimmy.
"Ok Kak , laksanakan!" Jimmy hari ini jadi tenaga kerja suka rela.
Jimmy dengan gerak cepat mencuci semua piring, gelas kotor yang ada di meja makan beserta alat masaknya. Cucian Farrel, Okta semua disetrika dengan halus dan rapi. Seluruh ruangan di Apartemen Farrel disapu dan dipel oleh Jimmy. Jimmy pun menambah bonus dengan membersihkan kaca jendela Apartemen Farrel. Keenan dan Farrel melihat kesungguhan Jimmy.
"Mantap Jim, rumah Kak Farrel bersih. Makasih yaaa." Farrel puas dengan kerja Jimmy.
"Makan dulu Jim, ini Bang Keenan beli makanan banyak." Keenan beli ayam cap Kakek berkacamata.
"Makasih Bang Keenan, Kak Farrel." Jimmy lahap makan karena banyaknya energi yang terbuang.
"Lapar apa doyan Jim?" tanya Keenan.
"Dua-duanya Bang." Jimmy terus memasukkan makanan ke mulutnya.
......................
Farrel, Keenan, Dilfa, Jimmy dan Okta akhirnya mendarat di Negara A . Mereka menggunakan pesawat pribadi Tuan Arshaka. Sepanjang perjalanan Jimmy cuman tiduran, enggan membuka mata. Okta sempat kecewa, Jimmy gak kayak biasanya yang selalu nempel di manapun dia berada. Dilfa dan Okta heran lihat Keenan dan Farrel cekikikan. Mereka berhasil ngerjain si Jimmy.
"Kak Dilfa, Kak Jimmy habis ngapain?" tanya Okta.
"Gak tahu, sebelum berangkat dia yang paling semangat. Kayak habis nguli." Dilfa menatap Jimmy yang tertidur pulas dengan mulut yang menganga.
"Jim, Jim bangun. Ikut kita apa mau kembali ke rumah?" Keenan bangunin Jimmy.
Jimmy membuka mata, menguap dan merenggangkan badannya, "Udah nyampe?"
"Udah, cepetan bangun. Apa mau dibalikin pulang?" tanya Farrel.
"Yankkk, tungguin." Jimmy mencari keberadaan Okta.
"Loe sich ngerjain anak orang keterlaluan. Untung Okta gak tau." Keenan tertawa.
"Anggap saja ujian untuk jadi Adik Ipar. Okta kan anaknya manja. Selama ini kita yang selalu ngurusin dia." Farrel menyusul yang lain turun dari pesawat.
Mereka masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan.
"Akhirnya kembali lagi." Okta memperhatikan perubahan kota kelahirannya yang banyak sekali perubahan.
"Kita kemana dulu?" tanya Keenan yang menyetir mobil.
"Ikuti mobil hitam yang di depan kita." Tunjuk Farrel.
Keenan mengikuti mobil hitam yang ada di depan mereka. Mobil pengawal yang sudah disiapkan Tuan Arshaka untuk mereka.
Tempat pertama yang mereka singgahi adalah rumah sakit.
"Tuan muda!" Pengawal yang ditugaskan Tuan Arshaka memberi hormat kepada Farrel.
"Dimana ruangannya?" tanya Farrel.
"Mari, silakan!" Pengawal itu menuntun mereka memasuki sebuah ruangan VVIP dimana ada seorang pria terbaring lemah, seperti terlihat tidak ada kehidupan di wajahnya dengan infus dan banyak peralatan medis yang menempel di tubuhnya.
Farrel menggandeng Okta. "Dek, ini Ayah."
Okta cuman diam. Ayah yang dulu selalu ada di sampingnya, tapi tidak menghiraukannya kini terbaring lemah tak berdaya. Apakah Okta harus marah, benci, sedih. Terlalu banyak luka di hatinya. Sebelumnya Farrel pernah menceritakan kesalahpahaman yang terjadi di dalam keluarga mereka. Kesalahan yang cukup fatal sehingga membuat trauma terbesar bagi Okta.
"Kak boleh aku tunggu di luar?" Okta tak mau berlama-lama di ruangan itu.
"Dilfa, Jimmy bawa Okta keluar!" Farrel mengerti Okta masih belum bisa menerima kenyataan. Semoga Okta bisa memaafkan Ayahnya.
Di seberang rumah sakit ada sebuah restoran. Dilfa, Okta, Jimmy melepaskan lelah dan makan siang di sana.
"Yank, selamat ulang tahun." Jimmy memberikan kado berwarna pink.
"Waaaaa makasih." Okta tak sabar membukanya. Ternyata isinya kalung liontin love berwarna merah.
"Apa kamu suka?" Jimmy memakaikannya di leher putih Okta.
"Makasih Kak." Okta mencium pipi Jimmy.
"Nah ini dari Kak Dilfa." Sebuah kado yang cukup besar. Okta pun membukanya. Dan isinya sebuah tas ransel.
"Makasih Kakak ku chaaaayankkkk." Okta juga mencium pipi Dilfa.
Tak lama kemudian Farrel dan Keenan datang membawa cake ulang tahun untuk Okta. Cake dadakan yang mereka pesan dari restoran itu.
"Makasih Bang Keenan, makasih Kak Farrel." Mata Okta berkaca-kaca. Memeluk dan mencium pipi Keenan dan Farrel.
"🎶Happy birthday to you, happy birthday to you🎶," Ternyata Mama Yasmine dan Papa Arya juga datang. Okta memeluk dan juga mencium mereka berdua.
Sambil makan mereka banyak cerita-cerita. Melepaskan rindu kepada Mama dan Papa. Karena Papa mempunyai perusahaan di Kota A. Mau tidak mau harus berpisah dengan anak-anaknya. Okta juga mengenalkan Jimmy kepada Mama dan Papa sebagai kekasihnya. Mereka merestui hubungan mereka berdua.
Dari jauh ada yang memperhatikan mereka. "Cewek itu seperti tidak asing." Seorang pria mencoba mengingat dan terus memperhatikan.
Kemudian dia melihat Cewek itu berjalan sendirian ke toilet. Pria itu mengikuti dan menunggu di samping toilet. Beberapa menit kemudian Okta akhirnya keluar.
"Okta!" Pria tersebut memanggil.
Okta berbalik menolehkan wajahnya. "Kak Dimas." Okta panik dan berteriak "Tolong, to...loooong!"
Dimas menutup paksa mulut Okta, dan menyeretnya. Okta terus berontak. Seorang pelayan melihat dan segera melaporkan ke keluarga Okta.
Dilfa, Jimmy berlari ke luar restoran, mereka sempat melihat Okta tapi terlambat Dimas sudah tak terkejar.
Di dalam mobil Okta terus berontak, Dimas menutup hidung Okta dengan sapu tangan yang diberi obat bius. Dimas memperhatikan dari atas sampai ke bawah, Okta sekarang berubah sangat cantik. Dimas memutuskan untuk memiliki Okta bagaimanapun caranya.
"Kamu harus menjadi milikku." Kata Dimas
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Ernadina 86
si Dimas punya persediaan obat bius y..kemana mana bawa obat bius🤔
2023-11-07
1