8. Beda Alam

Keadaan di Camping Ground semakin kacau, terjadi kesurupan massal. Pak Anggara yaitu Papah Nata selaku pemilik Camping Ground didampingi Guru spiritual beserta muridnya berusaha mengendalikan situasi. Makhluk-makhluk tak kasat mata yang menampakkan diri mulai menghilang. Mereka dikembalikan ke tempat asalnya. Siswa Siswi dan Guru yang mengalami kesurupan satu persatu mulai sadar. Mereka juga di ruqyah massal.

"Malam ini tidak ada yang boleh meninggalkan tempat ini, dikhawatirkan makhluk astral ada yang ngikut ke Siswa, besok setelah sholat subuh biar semua dipulangkan." Ujar Ustad Adi ke Pak Anggara.

"Baik Pak." Jawab Pak Anggara.

"Setelah saya lihat dengan mata batin, ini adalah murni persaingan bisnis." Ustad Adi menjelaskan.

"Maksudnya?" tanya Pak Anggara.

"Biasa dalam dunia bisnis, ada yang iri dengan keberhasilan Pak Anggara. Dengan cara Instan mereka pergi ke dukun meminta bantuan. Dukun mengirim setan-setan itu kemari dengan maksud membuat angker tempat ini. Jadi tidak akan ada lagi yang mengunjungi tempat ini. Bisnis Pak Anggara akan sepi." Ustad Adi menjelaskan.

"Sungguh mengerikan, perbuatan mereka di luar batas kewajaran." Kata Pak Anggara.

"Begitulah Pak bila sudah dibutakan dunia. Mereka akan menghalalkan segala cara untuk mewujudkan keinginan mereka. Menyingkirkan orang-orang yang dianggap menghalangi rejeki mereka." Ujar Ustad Adi.

"Om Anggara!" sapa Farrel sambil mencium punggung tangan Pak Anggara, diikuti Keenan, mereka juga mencium tangan Pak Ustad Adi.

"Farrel, Keenan ada apa kalian ke sini?" Pak Anggara menepuk pundak ke duanya.

"Okta menghilang Om." Jawab Farrel.

"Tadi Om perintahkan anak buah Om untuk membantu Nata mencari Okta." Pak Anggara berusaha menenangkan Farrel.

"Saya takut Okta diculik Om." Keenan terlihat khawatir.

"Adik kalian tidak diculik, tapi dia ikut dengan kemauannya sendiri." Kata Ustad Adi

"Ikut siapa Pak Ustad?" Farrel bertanya.

"Seseorang yang suka dengan Adik kalian, saya takutnya Adik kalian tidak mau kembali pulang. Dan seseorang itu dunianya berbeda dengan dunia kita."

"Beda dunia bagaimana Pak?" Pak Anggara kali ini yang bertanya.

"Alam ghaib, untuk sementara Adik kalian aman, sekarang saya minta ijin untuk menetralkan tempat ini terlebih dahulu bersama murid-murid saya." Pamit Ustad Adi diiringi Pak Anggara.

......................

Di tempat lain, Okta bersama seorang Cowok, setelah berkenalan Cowok itu diketahui bernama Lian. Di sebuah taman yang luas, penuh berbagai macam bunga-bunga, taman mawar, taman palem, tatanan bunga dengan banyak warna, bunga sakura bermekaran, ada juga bunga-bunga yang berbentuk simbol cinta, kupu-kupu berterbangan, sepoian angin yang menyejukan, aroma wangi bunga. Di tengah taman ada gazebo besar, lebih seperti ruangan di tengah taman dengan dua kamar didalamnya.

"Kamu suka di sini?" tanya Lian lembut.

"Iya sangat sangat suka," Okta begitu senangnya.

"Kamu boleh tinggal disini." Kata Lian lagi.

"Benar kah?"

"Hmmmm...." Lian mengiyakan.

Okta sangat terpesona dengan Lian, makhluk sempurna ciptaan Tuhan. Tubuhnya mengeluarkan cahaya. Matanya, hidungnya, bibirnya, begitu sempurna. Okta berasa di alam mimpi, berharap jangan pernah bangun dari mimpi indahnya.

"Lian, tempat apa kah ini, apa aku bermimpi?"

Lian meraih jemari Okta dan menggenggamnya. "Apa kamu merasakannya?"

"Iya begitu nyata." Jantung Okta berdegup kencang, sama seperti yang dirasakannya terhadap Jimmy.

Baru juga jadian Okta merasakan cinta yang lain di hatinya. Semakin lama diperhatikan di dalam diri Lian, Okta seperti melihat Jimmy. Apa Lian ada hubungan dengan Jimmy? Apakah hanya perasaan Okta saja karena Okta juga menyukai Jimmy?

"Sekarang kamu harus pulang." Bisik Lian.

Okta menggelengkan kepala.

"Aku akan selalu ada." Lian mengusap lembut rambut Okta. Perlahan mata Okta menutup, tak kuasa menahan kantuk.

......................

Satu minggu kemudian setelah kejadian.

"Okta, Okta," sayup-sayup Okta mendengar suara Kak Farrel. Perlahan dia membuka matanya.

"Aku dimana Kak?" lirih suara Okta.

"Di Apartemen Kak Farrel." Farrel mengecup kening Okta. "Syukurlah kamu baik-baik saja. Kak Farrel ke depan dulu ya."

Okta masih belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Yang Okta ingat dia bermimpi indah sekali. Mimpi bertemu dengan belahan jiwanya yang lain.

"Makasih Pak Ustad, Om Anggara, Nata, Okta sudah siuman." Farrel berucap tulus dengan mata berkaca-kaca.

"Ya, Okta aman sekarang. Kami pamit dulu." Ustad Adi, Om Anggara, Nata berpamitan.

Tak lama kemudian Keenan, Dilfa muncul. Farrel mengajak mereka masuk ke ruang tamu.

"Kak Farrel, aku ke kamar Okta dulu ya." Ijin Dilfa di iya kan Farrel.

"Okta, kemana saja kamu Dek?" tanya Dilfa.

"Gak kemana-mana. Cuman mimpi indah." Jawab Okta.

"Bangun Okta! Kamu itu menghilang selama satu minggu." Dilfa menepuk tangan Okta.

"Yang benar Kak?" Okta membuka mulutnya tak percaya.

"Memangnya selama ini kamu berada dimana?" Dilfa mencari tahu.

"Yang aku ingat, aku berada di sebuah taman bunga yang luas, penuh dengan berbagai macam bunga-bunga. Bersama Pria tampan, aku betah Kak gak mau pulang." Okta berseri-seri.

"Dek, Jimmy mau dikemanain? Baru juga jadian." Dilfa menatap muka Okta yang merona.

"Kak Jimmy mana Kak?" tanya Okta.

"Jimmy patah hati, baru saja jadian sudah ditinggalin." Jawab Dilfa.

"Kak Jimmy!" Okta berlari memeluk Jimmy yang berada di depan pintu kamarnya.

"Kemana aja Yank seminggu menghilang?" tanya Jimmy.

"Hmmm, gak bisa dijelaskan." Jawab Okta.

"Maksudnya?" Jimmy melepaskan pelukan Okta dan menatapnya.

"Malam itu di Camping Ground, aku ditinggalin sendirian di kamar mandi. Seperti sulap sim salabim semua anak yang ada di kamar mandi menghilang. Aku tiba-tiba berada di sebuah taman. Dan setelah terbangun tiba-tiba aku sudah berada di sini. Aneh kan. Ngomong-ngomong siapa yang membawaku kesini?" tanya Okta.

Dilfa dan Jimmy saling berpandangan. Mereka tidak menceritakan kejadian malam horor itu kepada Okta. Jimmy juga tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi kepada Okta malam itu, kecuali Dilfa. Dilfa cuman bisa tersenyum tatkala Okta memberikan kode kepada Dilfa untuk tutup mulut. Okta tidak ingin Jimmy mengetahui malam itu Okta bersama Pria lain walaupun bagi Okta itu hanyalah sebuah mimpi.

Di ruang tamu.

"Bro, tadi pagi sosok yang kita temui di taman itu datang di dalam mimpi gue." Farrel menceritakan mimpinya. "Dia bilang Okta sekarang aman. Setelah bangun, Okta gue temuin tidur di kamar tamu."

"Apa sosok itu menyakiti Okta?" tanya Keenan

"Gue pikir tidak, sepertinya Okta mempunyai pelindung dari dunia lain."

"Biarlah demi keselamatan Okta tidak masalah. Biar di dunia ini kita yang menjaga Okta." ujar Keenan.

"Makasih Keenan. Kalian begitu menjaga Okta di saat kami tidak ada di sampingnya, makasih." Farrel menangis terharu.

"Kita semua keluarga." Keenan menepuk tangan Farrel.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!