Rini yang melihat kedekatan Dilfa dengan Okta sewaktu di kantin sekolah sangat cemburu. Hatinya terbakar, ingin rasanya saat itu juga membuat goresan di muka dan di badan Okta. Tapi Rini menjaga gengsinya di hadapan Dilfa. Rini sangat menyukai Dilfa sejak kelas 7 SMP. Sejak saat itu, siapa saja yang mendekati Dilfa akan disingkirkannya. Rini tidak pernah sama sekali menyatakan perasaannya kepada Dilfa. Tapi dia sudah menyatakan dirinya adalah milik Dilfa. Dilfa sendiri pun tidak mengetahuinya. Kini Okta yang akan menjadi sasaran kejahilannya. Rini merencanakan sesuatu keesokan harinya.
Di kelas X.1, ada yang mencari Okta.
Mereka adalah Rini cs, fans aliran kerasnya Dilfa. Hari ini jam pelajaran olahraga. Semua murid X.1 sudah kumpul di lapangan kecuali Okta yang masih mencari seragam olahraganya. Okta kembali memeriksa isi tasnya, laci meja, seragam olahraganya tidak juga ketemu. Apa mungkin ketinggalan di rumah, batin Okta.
Tanpa di sadari Okta, Rini dan teman-temannya memperhatikan dari jendela luar kelas.
Setelah merasa aman, Rini cs masuk ke dalam kelas Okta. Rini penuh emosi mendekati Okta.
"Hei kamu, anak baru. Berani ya dekat-dekat sama Dilfa. Jangan macam-macam sama gue!" ancam Rini sambil menarik tangan Okta.
"Ka...ka...mu siapa?" Okta ketakutan.
"Gue pacarnya Dilfa! Loe jangan pernah lagi mendekati Dilfa!" Rini memegang kerah baju Okta.
"Kak Dil...Dil...fa, e...emang ke...napa?" tanya Okta terbata-bata.
"Loe gak tahu, cuman gue yang boleh dekat dan memiliki Dilfa!" Rini meninggikan suaranya.
"Tapi kamu bukan siapa-siapa Kak Dilfa!" Okta mencoba melawan.
"Berani melawan kamu ya!"
PLAK!
BLAM!
BRUUKK!
Tubuh Okta didorong kuat oleh Rini, rambutnya dijambak, kakinya ditendang. Sumpah serapah, cacian, makian terus keluar dari mulut tidak beradab Rini.
Tubuh Okta ambruk, lemas, terlintas diingatan masa lalunya saat Ibu tiri dan Kakak tirinya membentak, menyekap dan memukulnya di gudang. Ingatannya begitu kuat, terus bermunculan di kepalanya.
"AAAGGHHH...jangan...ampun...!" teriak Okta tubuhnya bergetar hebat, keringat dingin mulai mengucur deras, nafasnya tidak beraturan.
"Rin, gimana ini, buruan kabur mumpung gak ada yang lihat." Saras panik langsung angkat kaki bersama Rini dan tiga orang lainnya.
Tanpa mereka sadari seseorang merekam kejadian tersebut.
Sementara itu di dalam kelas ketika ingin mengeluarkan buku pelajaran, Dilfa mendapati baju olahraga Okta ada di dalam tasnya.
"Jim, gue ke kelas Okta dulu ya, baju olahraganya ada di dalam tas gue," Dilfa beranjak dari kursinya.
"Gue ikut, perasaan gue ga enak," susul Jimmy.
Dilfa dan Jimmy langsung menuju lapangan sekolah. Di lapangan Dilfa tidak melihat keberadaan Okta, Dilfa bertanya kepada teman-temannya, mereka bilang Okta di dalam kelas mencari baju olahraganya. Dilfa dan Jimmy memutuskan menuju ke kelas X.1.
Sesampainya di kelas, kelas X.1 sepi. Samar-samar terdengar suara. Betapa terkejutnya Dilfa dan Jimmy melihat kondisi Okta yang tertunduk di lantai dengan tangan memegang lutut, mata terpejam, bibir bergetar seolah memohon sesuatu.
"Okta! Dek tenang dek, ini Kakak," Dilfa memeluk tubuh Okta, tangannya mengusap lembut punggung Okta.
"Ja...ngannn, le...pas...kann, aammpuuuunnnn!" teriak Okta.
"Jim, panggil ambulan!" Dilfa dengan kepanikannya.
Spontan Jimmy mengeluarkan gelang yang ada di saku celananya, dipasangkannya ke tangan Okta.
Terjadi perubahan energi pada Okta, yang menyebabkan Okta merasakan sakit yang sangat diperutnya dannnnnnnnn
BRUBUUTT!
BOOOMMM!
Kilatan cahaya muncul, kemudian cahaya itu berkumpul menjadi satu sinaran besar menarik dan menyedot tubuh Okta, Dilfa, dan Jimmy. Tubuh mereka berputar-putar di dalamnya.
......................
Lampu di ruang kerja rumah Keenan kelap kelip sebentar nyala sebentar mati.
"Kayaknya tegangan listrik down ne," gumam Keenan.
Tiba-tiba listrik padam, di tengah kegelapan terdengar suara BRUUKK! Ada yang jatuh. Tidak berapa lama listrik normal kembali.
"Dilfa, Jimmy, Okta," tatap Keenan tidak percaya.
"Bang Keenan tolongin Okta Bang! Nanti aku ceritain," seolah Dilfa bisa membaca kebingungan Keenan.
Keenan mengangkat tubuh Okta, membaringkannya di dalam kamar. Keenan dengan sabar menyeka wajah Okta, tangan dan kakinya.
Okta sekarang sudah merasa tenang setelah diberikan Keenan obat, dan beristirahat di kamarnya. Keenan juga sudah meminta ijin untuk Okta, Dilfa dan juga Jimmy melalui telepon ke sekolah.
Mereka berpindah ke ruang tamu.
"Ok, cerita kan!" Keenan minta penjelasan ke Dilfa dan Jimmy.
"Baju olahraga Okta tidak sengaja masuk ke dalam tasku Bang. Aku dan Jimmy mencari Okta untuk mengantarkan baju olahraganya. Kami cari di lapangan Oktanya gak ada, akhirnya kami menuju kelasnya, eh tiba-tiba di kelas Okta tertunduk di lantai dengan tangan memegang lutut, mata terpejam, bibir bergetar, teriak histeris Bang, kayak dulu waktu dia diculik, dia teriak ja...ngannnnn, le....paskannnnn, ammmpuuunnn gitu Bang," cerita Dilfa.
"Pasti ada sesuatu yang memicu ingatan buruknya, tadi Bang Keenan lihat ada bekas tendangan di kakinya, di wajahnya juga ada warna merah," terdengar Keenan menahan emosi sambil mengepalkan tangannya.
"Mama Papa gimana Bang?" tanya Dilfa.
"Untuk sementara jangan diberitahu dulu," jawab Keenan.
"Hmmm, maaf Bang Keenan, Dilfa, boleh gue nanya? Apa 8 tahun yang lalu Okta pernah diculik?" Jimmy masih penasaran apa yang sebenarnya terjadi.
"8 tahun yang lalu Mama dan Papa menemukan Okta dengan tubuh penuh luka lebam dan tidak sadarkan diri di jalanan." Cerita Bang Keenan
"Gini Bang 8 tahun yang lalu, aku pernah diculik. Gak tau dan entah datang dari mana tiba-tiba Okta muncul dihadapanku keadaannya persis kayak Bang Keenan ceritain tadi." Jimmy menceritakan pertemuan pertamanya dengan Okta.
"Kami berada di sebuah ruangan yang gelap dan sempit. Okta yang membantu melepaskan ikatan di tangan dan di kakiku. Kalo ditanya kenapa kami bisa kabur dari penculik, ya itu karna Okta 'kentut'." Kata Jimmy sambil mengangkat kedua tangannya membentuk angka dua menaik turunkan jarinya.
"Kentut, maksud kamu apa?" Keenan mengerutkan dahinya.
"Oh maksud loe, gara gara 'kentut' Okta kita bisa sampai kesini?" sela Dilfa.
"Nah itu yang gue maksud," sahut Jimmy.
"Tunggu, jadi kalian kabur dari penculik karena kentut Okta bisa teleportasi, gitu?" tanya Dilfa lagi.
"Bingung kan loe, tapi loe baru aja kan ngalamin," ujar Jimmy.
"Gila, benaran Bang Keenan, ini benar-benar terjadi. Baru pertama kali gue ngalamin pengalaman yang aneh dan seajaib ini bersama loe Jim." Dilfa masih tidak percaya dengan pengalaman yang baru saja dialaminya.
"Kentut, kentut, Bang Keenan gak percaya sebelum ngalamin sendiri. Makanya jangan kebanyakan baca komik jadi halu." Kata Keenan.
"Jim, sini Jim." Dilfa memanggil Jimmy.
Jimmy menghampiri Dilfa. Tak disangka-sangka Dilfa dengan keras mencubitnya.
AAAGGHHH!
Jimmy spontan memukul tangan Dilfa.
"AAAGGHHH! Sakit. Ternyata benar ini gak mimpi. Benaran Bang Keenan 'kentut' Okta bisa teleportasi." Dilfa lagi-lagi meyakinkan Keenan.
Keenan makin pusing dibuatnya. Mana ada kentut bisa teleportasi 🤣🤣🤣.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
manusia hidup
🤣🤣🤣🤣
2023-11-29
1
Queen
🤣🤣🤣😂
2023-11-20
1
Ernadina 86
ini kalo di film kan lucu 😂😂😂
2023-11-07
2