2. 8 Tahun Kemudian

Semenjak kejadian itu, Okta dan Jimmy terpisah. Okta merasakan pusing dan sakit di sekujur tubuhnya. Keadaannya sangat memprihatinkan. Okta ditemukan oleh pasangan suami istri di Negara C dalam keadaan penuh luka lebam dan tidak sadarkan diri. Mereka sangat prihatin dengan keadaan Okta. Mereka membawa Okta ke rumah sakit.

Okta tersadar dan merasa takut melihat dua orang asing di depannya. Dokter memeriksa lebih lanjut kondisi Okta saat ini. Dokter bertanya siapa namanya, siapa orang tuanya dan dimana rumahnya. Setelah cukup lama diam dan melihat di depannya orang-orang baik, barulah Okta menceritakan siapa dirinya dan alasan mengapa dia tidak mau kembali ke keluarganya karena sudah tidak tahan dengan perlakuan Ibu dan Kakak tirinya.

Mendengar dari ceritanya dan melihat luka yang ada dirinya, Dokter bisa mengetahui apa yang dialami oleh Okta saat ini.

Dokter di dalam ruangannya memberitahukan kondisi Okta saat ini menderita Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD adalah gangguan mental yang terjadi pada seseorang karena mengalami kejadian traumatis. Yang dialami Okta saat ini trauma karena kekerasan fisik. Okta bisa disembuhkan dengan Psikoterapi dan juga obat-obatan. Saat ini Okta membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga.

Beruntung pasangan tersebut mau mengasuh Okta dan menjadikannya anak angkat mereka. Mereka sangat perhatian dan menyayangi Okta seperti anak kandung mereka sendiri. Kedua anak laki-laki mereka pun mau menerima dan sangat sayang dan perhatian kepada Okta. Okta perlahan mulai bisa membuka diri dengan lingkungan di sekitarnya. Anggapan semua orang hanya akan menyakitinya sedikit demi sedikit berusaha dia hilangkan.

Bersama keluarga barunya saat ini Okta merasakan kasih sayang yang selama ini tidak pernah dia dapatkan. Okta hanya menginginkan cinta, cinta dari keluarga, dari teman tanpa ada siksaan, makian, hinaan. Dan mungkin juga suatu hari nanti Okta akan mendapatkan cinta dari orang yang benar-benar tulus mencintainya.

Pagi ini sangat cerah, seperti biasa sebelum ke kampus Keenan menyiapkan sarapan untuk adik-adiknya.

"Dek, Bang Keenan antar ke sekolah ya." Kata Bang Keenan anak pertama Papa Arya dan Mama Yasmine.

"Gak usah Bang, aku bareng Kak Dilfa aja kan kami satu sekolah." Okta dengan halus menolak.

"Ya udah, Bang Keenan ke Kampus duluan, jangan nakal di sekolah." Pamit Keenan tak lupa mengecup kening Okta.

"Hati-hati bang!" Okta membalas mencium punggung tangan Keenan.

Hari ini hari pertama Okta masuk sekolah SMA.

Sebenarnya Okta masih trauma bertemu banyak orang, karena setelah kejadian 8 tahun lalu Okta pernah diculik dan disekap oleh orang suruhan Ibu tirinya.

Beruntung Okta berhasil diselamatkan. Dan untuk melawan traumanya, Okta harus membuka diri dan bersosialisasi.

"Kak Dilfa, aku takut." Bisik Okta mengeratkan genggaman di lengan Dilfa.

"Gak apa Dek, ada Kakak, yuuukkk Kakak antar ke kelas." Dilfa mengantarkan Okta ke kelas barunya.

Suasana sekolah menggemparkan, Dilfa salah satu cowok tampan, tajir, pintar pokoknya the best lah menggandeng gadis cantik .

Ada beberapa yang menyapa, ramah kepada Okta. Dan ada pula yang memandang sinis ke Okta. Ya disini lah kelas Okta. Kelas X.1.

Okta mendapatkan teman baru mereka adalah Via, Ana dan Enny.

Begini ya rasanya punya teman, senangnya. Batin Okta.

"Kamu siapanya Kak Dilfa sih?" tanya Via kepada Okta.

"Adiknya Kak Dilfa," jawab Okta.

"Hmmmm ngomong-ngomong Kak Dilfa punya pacar belom?" kali ini Enny yang nanya.

"Tanya aja langsung ke orangnya." Kata Okta

"Ke kantin yukkkk!" Ajak Ana sambil menarik tangan teman-temannya.

"Kak Dilfa!" panggil Okta.

"Ayo gabung sini Dek." Dilfa menunjuk tempat kosong disampingnya.

"Jantung gue jantung gue kenapa gaesssss mau copot." Enny seolah-olah mau pingsan.

"Akting terrrrusssss." Cibir Ana

"Ih jangan malu-maluin." Via mencubit tangan Enny.

"Kak kenalin ini teman aku, Via, Ana dan yang mau pingsan itu namanya Enny, mau PDKT ama Kakak." Goda Okta.

"Oh ya, hai Enny, apa kabar?" sapa Dilfa

"Lagi gak baik-baik Kak, senyummu itu meluluhkan hatiku." Ujar Enny malu malu.

"Cieeeee cieeeeee." Semua yang ada tertawa.

"Yuuukkk hari ini Kak Dilfa traktir makan bakso, Bang, bakso nambah 4 mangkok, sama es jeruk 4 ya."

"Siapppp," sahut Abang bakso kantin.

"Kenalin ini teman-teman Kak Dilfa, ini Nata, Ferdy dan satu lagi itu yang lagi ambil pesanan kalian namanya Jimmy," tunjuk Dilfa ke seseorang yang perlahan menghampiri meja mereka.

Tatapan mata Jimmy bertemu dengan Okta.

DEG!

DEG!

DEG!

"Ken ... tut," tunjuk Jimmy ke arah Okta.

"Weiiiii siapa yang kentut Jim?" tanya Ferdy.

"Eh ng ... ngak," Jimmy menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Dil, loe gak pernah cerita punya Adek," bisik Jimmy.

"Loe gak nanya," jawab Dilfa sambil menepuk pundak Jimmy.

"Eh gila loe ya panggil Adek gue kentut."

"Sorry Dilfa, gue punya pengalaman aneh waktu kecil, ntar deh gue ceritain." Jimmy sambil menikmati baksonya.

Jimmy masih curi-curi pandang dengan Okta. Tapi Okta yang dipandangin cuek bebek. Nih si gadis kentut gak ngenalin gue kali ya, gue sampai sekarang masih ingat betul mukanya yang dulu babak belur, tapi sekarang berubah menjadi cantik, imut gemesin, batin Jimmy.

Selain Jimmy ada seseorang yang juga sangat mengagumi kecantikan Okta, dia Ferdy. Entah kenapa jantung Ferdy saat ini detaknya sangat kencang. Saking kencangnya mangkok bakso Ferdy mengeluarkan irama tak beraturan TENG! TENG! TEEEENNNG! Tangan Ferdy gemetar memegang sendok dan garpu.

"Fer, loe sakit? Sampai gemetar gitu." Nata menyikut lengan Ferdy.

"Sorry, gue kelaparan, sampai cacing di perut gue konser." Ferdy malu-malu.

"Kelaparan apa grogi lihat Cewek-cewek ngumpul di sini?" ejek Nata.

"Dua-duanya." Ferdy ketawa.

"Besok-besok ketemuan lagi Kak, biar rame dan Kak Ferdynya gak grogi." Kata Via.

"Boleh, mau jalan-jalan ke Mall juga boleh." Sahut Ferdy.

"Yeeeee ada maunya." Kali ini Dilfa yang ngomong.

"Gak apa-apa kan Dil kalo ada maunya?" Jimmy melirik Dilfa kemudian melirik Okta yang masih menikmatin bakso.

"Ya gak apa juga sich. Kalo loe mau apa Jim?" tanya Dilfa.

"Mau deketin Adek loe." Jawab Jimmy.

Okta yang mendengar melirik ke arah Jimmy dan tersenyum manis.

"Jangan gitu dong Okta, ntar aku gak bisa bobo. Senyummu itu bagaikan kopi yang membuat melek mataku." Jimmy mulai gombal.

"Jangan Jimmy aja dong dikasih senyuman, aku juga mau." Ferdy juga ngegombal.

"Cieeeee, Cieeeeee." Semua kembali tertawa bersama.

Dari jauh, Rini dan teman-temannya memperhatikan Dilfa yang asik ngobrol sambil ketawa-ketawa dengan teman-temannya. Dan siapa yang dirangkul Dilfa? Kenapa Dilfa sangat sayang terhadap gadis itu? Ada hubungan apa Dilfa dengannya? Dilfa sangat perhatian. Memang Rini akui gadis yang di samping Dilfa sangat lah cantik. Rini baru pertama kali melihat gadis itu.

"Gaeeeess, cari tau kelas gadis yang di samping Dilfa." Rini menunjuk Okta dengan mulutnya.

"Sasaran kita berikutnya ya?" tanya Wati.

"Tidak ada yang boleh mendekati Dilfa selain gue!" Rini mengepalkan tangannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Rose

Rose

🤣😂

2024-03-10

1

manusia hidup

manusia hidup

cieee

2023-11-29

1

manusia hidup

manusia hidup

/Facepalm//Joyful/

2023-11-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!