“Kai, kalau kamu menyayangi Daddy, tolong me ...." Pak Riadi belum sempat menyelesaikan kalimatnya.
“Maaf, Dad. Aku terlambat.” Terdengar suara berat dari arah pintu ruang kerja yang terbuka.
Sontak pandangan Kailla dan Pak Riadi beralih ke arah si pemilik suara. Pram masih dengan setelan kantornya, berjalan masuk tanpa diundang dan duduk tepat di samping Kailla.
“Sejak kapan Om ikut-ikutan memanggil Daddy?” tanya Kailla menatap tajam sambil memiringkan wajahnya, melihat Pram lebih dekat.
“Mulai hari ini, Kai,” jawab Pram tersenyum genit, sedikit menggoda sang calon istri yang sejak tadi menatapnya tanpa berkedip.
Tiba-tiba Kailla memukul kencang lengan Pram yang duduk di sebelahnya.” Aku serius, Om.”
“Aduh, Kai! Belum juga dimulai, kamu sudah melakukan percobaan KDRT,” ujar Pram sambil menggosok lengannya yang dipukul. Sebenarnya pukulan Kailla tidak terlalu sakit, tetapi Pram menyukai wajah kesal Kailla yang menggemaskan.
Deg--
Kailla teringat kembali ucapan Daddy sebelum Pram masuk tadi. Apa jangan-jangan ini ada hubungannya dengan Pram yang memanggil Daddy sama sepertinya.
“Ya, pasti ini yang mau disampaikan Daddy sejak tadi.”
Kailla segera bangun dari duduknya dan memeluk sang daddy yang sedari tadi hanya duduk dengan bibir terkatup, memperhatikannya dan Pram.
“Dad, aku tahu sekarang. Sebenarnya Daddy mau menyampaikan ini, kan? Aku tidak keberatan. Jadi Daddy tidak perlu khawatir. Kenapa sampai harus gugup seperti ini," bisik Kailla di telinga Pak Riadi tetapi masih bisa terdengar oleh Pram.
Pak Riadi dan Pram sontak menatap wajah Kailla untuk melihat keseriusan ucapan gadis dengan rambut tergerai indah itu. Kailla yang ditatap sedemikian rupa oleh kedua orang di hadapannya menjadi bingung sendiri. Netra beningnya memandang dua pria di depannya bergantian.
“Kenapa?” tanya Kailla menaikan dagunya.
“Kamu serius tidak keberatan, Kai?” tanya Pak Riadi, memastikan. Ia heran bagaimana putrinya segampang itu menyetujui, padahal Kailla sendiri belum tahu jelas apa yang akan dibicarakannya.
“Aku tahu, ini pasti ada hubungan dengan Om yang memanggil Daddy sama sepertiku, kan?” tanya Kailla, memastikan.
Bibir merah Kailla mengurai senyuman simpul, menggoda Riadi. Dalam hati, Kailla sedang menunggu pujian akan kepintarannya karena sanggup menebak jalan pikiran kedua orang dewasa di hadapannya.
“Ehem ... aku tidak keberatan harus berbagi tempat dengan Om. Lagi pula, selama ini Om banyak membantu kita dan perusahaan, Dad. Tidak masalah untukku kalau Daddy mau membagi sebagian yang menjadi hakku kepada Om. Memiliki seorang kakak setampan Om, aku pikir keren juga.” Kailla menghampiri dan memeluk erat lengan sang daddy. Tampak ia menyandarkan kepalanya dengan manja di pundak Riadi.
“Hahaha." Pram tergelak mendengar ucapan Kailla. Sedangkan Pak Riadi hanya diam, tak sanggup berkata-kata sembari memijat keningnya, menatap Kailla. Sudah dipastikan putrinya salah menangkap arah pembicaraan mereka sejak tadi.
“Daddy bukan memberimu seorang kakak, tetapi memberimu seorang suami, Kai.” Pak Riadi berkata pelan sambil menunduk, tidak berani melihat reaksi Kailla
Deg--
Hening seketika. Tidak ada seorang pun yang berani mengeluarkan suara. Kailla melepaskan dekapan pada lengan Riadi, menatap Pram dan daddy-nya bergantian. Riadi masih tetap menunduk, menautkan jemarinya di atas meja kerja. Sedangkan Pram tetap tenang menatap Kailla dengan senyuman termanisnya.
“Daddy ... serius?” tanya Kailla memecahkan keheningan di ruangan itu. Jari telunjuknya mengarah pada Pram dan dirinya sendiri bergantian. Alisnya terangkat untuk memastikan pendengarannya tidak salah.
Pak Riadi menarik napas panjang sebelum berdiri dan berjalan ke arah putrinya. Direngkuhnya tubuh Kailla dan didekapnya erat. Butuh waktu untuknya menjelaskan agar Kailla bisa menerima semua ini. Ia tahu tidak mudah untuk Kailla, karena sebenarnya ini juga tidak mudah untuknya. Menikahkan putri yang baru berusia dua puluh tahun dengan pria yang berusia dua kali lipat lebih tua.
“Ya, Kai. Daddy serius. Kalau kamu menyayangi Daddy, menikahlah dengan Pram. Daddy akan tenang kalau kamu dan Pram bersama. Kamu tahu ... Daddy sudah tua dan tidak sanggup mengurus perusahaan lagi,” jelas Pak Riadi sambil mengelus rambut putrinya.
“Pram, bisa tinggalkan kami berdua,” pinta Pak Riadi.
“Baik Dad.” Pram menjawab singkat dan segera keluar dari ruang kerja ayah mertuanya.
Pak Riadi mengajak Kailla duduk di sisinya, kedua tangannya menangkup wajah Kailla dan memaksa sang putri untuk menatapnya.
“Dengarkan, Kai. Daddy hanya memilikimu. Di sisa umur ini, Daddy hanya ingin memastikan kalau putri cantik ini benar-benar kutitipkan pada orang yang tepat. Pria yang bisa bertanggung jawab dan menjamin kebahagiaanmu. Kamu ingin melihat Daddy bahagia, kan?”
Kailla hanya sanggup mengangguk. Matanya mengembun, menatap wajah keriput Riadi. Diperhatikannya rona sedih dan terluka Riadi, sebelum akhirnya tubuh renta itu dipeluknya dengan erat.
“Aku tidak mau apa-apa, Dad. Aku cuma mau hidup berdua dengan Daddy ... seperti ini saja. Aku tidak mau menikah dengan siapapun,” ucap Kailla, memelas.
“Dengar, Kai. Kamu harus menikah. Yang kita jalani selama ini bukan keluarga yang seharusnya. Daddy tidak menikah lagi hanya untuk memastikan kamu mendapatkan kasih sayang seutuhnya dari Daddy. Tapi, seharusnya keluarga itu tidak seperti yang kita jalani saat ini,” jelas Riadi pelan mengusap bulir air mata yang jatuh di pipi putrinya.
“Aku tidak mau, Dad," rengek Kailla masih berusaha menolak. “Aku tidak mau menikah dengan Om!” lanjutnya lagi menegaskan.
“Kai, kamu tetap harus menikah. Daddy sudah tua, tidak kuat lagi menjagamu. Daddy tidak mungkin menitipkanmu dan perusahaan kepada orang lain, selain Pram. Kalau kamu menikah dengan Pram, Daddy bisa tenang menikmati masa tua Daddy.”
Hening.
Kailla mematung menatap wajah sendu Daddy yang penuh harap padanya. Tampak Kailla menghela napas. Jujur saja, ia belum bisa menerima keputusan Riadi.
“Tapi kenapa harus Om? Tidak ada pilihan lain lagi, kah?” Kailla bertanya pelan. Padahal tadi daddynya sudah menjabarkan alasan kenapa harus menikah dengan Pram, tetapi hati kecilnya masih belum bisa menerima semua ini.
“Kai ... Daddy mohon.”
Kailla tersentak. Wajah memohon Daddy menghunjam pertahanan dirinya.
“Kalau ... aku ... menikah dengan Om, apa Daddy akan bahagia?” tanya Kailla memastikan. Pak Riadi tersenyum dan mengangguk. Matanya berkaca-kaca memandang putrinya. Ia tahu, pertahanan Kailla sebentar lagi runtuh. Ia mengenal putrinya ini dengan baik.
Kailla menyusup ke dalam pelukan Riadi, memeluk erat tubuh daddynya itu sambil berkata, “Kalau Daddy bahagia, aku setuju menikah dengan Om.” Air mata Kailla mengalir deras setelah mengucapkan kalimat persetujuannya. Jiwanya hampa seketika, tubuhnya melemas. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya ke depan.
Pak Riadi hanya menjawab dengan anggukan tanpa suara. Di saat itu, Kailla tahu kalau Daddy benar- benar menginginkannya menikah dengan Pram.
“Daddy ingin kamu bahagia, Kai. Kebahagiaanmu itu ada di tangan Pram. Menikahlah dengannya, bangun keluarga bersamanya. Kalian sama-sama terlahir dari keluarga yang tidak sempurna, berjuanglah bersamanya untuk membangun keluarga yang sempurna untuk anak-anak kalian nanti. Daddy menyayangimu, Kai,” ucap Pak Riadi sambil mengecup kening Kailla.
Kailla hanya bisa menangis menerima permintaan daddynya. Ia sangat menyayangi Daddy. Apapun itu, ia pasti akan mengabulkannya. Ia ingin Daddy bahagia.
***
Tampak Kailla berdiri di depan jendela kamar, menatap pemandangan ikan koi yang saling berebutan makanan. Jendela yang terbuka lebar, membuat tirai putih yang tergantung indah di kamar itu pun melambai-lambai indah. Kailla menghela napas panjang, menikmati setiap tiupan angin yang menerpa wajahnya. Rasanya sungguh menenangkan.
Entah sudah berapa lama ia berdiri di sana, menikmati semilir angin senja yang menghanyutkan. Meniup pucuk akasia di halaman belakang rumah. Ia baru tersadar dari lamunannya, saat merasakan dua tangan menyusup melewati pinggang rampingnya. Kemudian mengunci tubuhnya dengan posesif.
“Kenapa berdiri di sini?”
***
Terima kasih.
Love you all.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Siti Sarfiah
kalau kailla nikah sama pram hidupnya akan terjamin bahagia
2022-10-28
0
Nur Lizza
lanjut thor
2022-09-16
0
Anie Jung
Demi sang daddy apapun di lakukan ya Kai.
2022-03-13
0