“Kamu tidak merindukanku?” tanya Pram, tersenyum menatap Kailla yang cemberut.
Kailla tidak menjawab, segera masuk ke dalam mobil. Disusul Pram yang juga ikut masuk dan segera menjalankan kendaraan roda empatnya.
“Kita ke rumah mama sekarang. Sudah lama kita tidak berkunjung ke sana.” Pram berkata sambil tetap fokus menyetir.
Sesekali ia melirik ke arah Kailla yang masih fokus dengan ponsel. Entah apa yang dilihat gadis muda itu di ponselnya, terlihat ekspresi wajah yang berubah-ubah dan terkadang menggemaskan. Tertawa cekikikan dan menutup mulut dengan telapak tangan. Kadang dahinya berkerut dengan bibir mengerucut ke depan. Pram hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Kailla yang selalu menggemaskan di matanya.
Begitu mobil Pram memasuki kompleks pemakaman elite di pinggiran Jakarta, hamparan rumpun hijau dan pepohonan di kiri kanan jalan menyambut kedatangan mereka. Kompleks pemakanan mahal itu juga dilengkapi dengan helipad. Biasanya Pak Riadi memilih menggunakan fasilitas ini karena jarak dari kediamannya ke pemakaman terlalu jauh. Sehingga pilihan menggunakan helikopter dirasa lebih cocok untuknya yang sudah tidak bisa terlalu lama duduk di dalam mobil. Usia rentanya membuat ia tidak bebas melakukan apa pun.
Tak lama, mobil Pram berhenti di salah satu blok. Tampak Pram keluar dan mengambil sebuah buket bunga dari bagasi mobil kemudian menyerahkan pada Kailla.
"Kai," ucap Pram, menyodorkan kumpulan bunga mawar berhias pita merah.
"Terima kasih." Kailla segera menghampiri salah satu dari puluhan gundukan tanah yang berjejer rapi di hadapannya. Kemudian, meletakkan buket bunga di samping sebuah nisan berbaring di atas rumput hijau.
“Ma, aku datang,” ucap Kailla lirih, bersimpuh sambil mengusap nisan di depannya.
Pram sendiri memilih berdiri di depan makam sambil menatap Kailla yang sibuk berkeluh kesah dan bercerita kepada mendiang Rania.
Tak lama, Pram pun menyusul bersimpuh di sisi lainnya dengan kedua tangan menyentuh nisan Ibu Rania.
“Bu, hari ini aku datang bukan hanya membawa putrimu mengunjungimu, tetapi aku juga ingin meminta restumu untuk membawa putrimu masuk ke dalam kehidupanku. Aku akan menikahi putrimu dalam waktu dekat ini. Terima kasih karena sudah melahirkannya. Aku berjanji akan menjaga, membimbing dan mencintainya dengan sepenuh hatiku. Tolong restui aku, Bu. Dengan kedua tangan ini aku memohon restumu, dengan kedua tangan ini juga aku akan membahagiakan putrimu.”
Setelah mengirim doa untuk Mama Kailla, mereka pun segera pulang ke rumah. Ada rasa tenang dalam diri Pram setelah meminta restu.
Di mobil Kailla tidak banyak bicara. Ia hanya sibuk menatap keramaian lalu-lalang kendaraan di jalanan yang saat itu sudah menjelang senja.
“Kamu mengeluh apalagi pada mamamu?” tanya Pram memecahkan keheningan di dalam perjalanan.
“Banyak. Aku cerita ke Mama kalau Lee min ho sedang jomblo sekarang. Lalu, aku juga bercerita kalau ada drama Korea terbaru, tidak kalah seru dari drama si pelakor. Apalagi ... em ...." Kailla terlihat berpikir. Bola matanya berpindah dari kiri ke kanan.
“Hah! Astaga, Kai. Kamu ke sini hanya bergosip dengan Mama.” Pram memotong ucapan Kailla sambil menggeleng.
“Kamu tidak mengadu tentang Om, kan?” tanya Pram.
“Tentu saja. Itu hal pertama yang aku ceritakan, bagaimana Om mempermalukanku dengan memblokir semua kartu kreditku," cerocos Kailla
“Hahaha." Pram tertawa sambil mengacak gemas pucuk kepala Kailla dengan tangan kirinya.
"Sudah kuduga!" tebak Pram, kembali fokus ke jalan raya.
***
Perayaan ulang tahun perusahaan kali ini diadakan besar-besaran. Selain karena ulang tahun perusahaan, ini juga menjadi pesta perpisahan Riadi Dirgantara yang akan segera menyerahkan jabatannya kepada Pram.
Perayaan sendiri dilakukan di salah satu hotel ternama di Jakarta Pusat, mengingat banyaknya undangan yang disebar baik oleh perusahaan maupun Pak Riadi pribadi. Semua karyawan, kolega, rekan dan teman-teman dekat diundang untuk menghadiri perayaan kali ini.
Kemarin Pak Riadi, Pram dan Kailla sudah melakukan fitting pakaian di salah satu butik langganan keluarga.
Hari ini tepat tiga hari menjelang perayaan, Pak Riadi berencana memberi tahu secara langsung kepada Kailla mengenai rencananya menikahkan putrinya itu dengan Pram. Ada sedikit keraguan terselip di dalam hati Pak Riadi. Yang ditakutkannya adalah Kailla menolak perjodohan dan menghancurkan semua yang sudah direncanakannya matang-matang.
Tampak Kailla sudah duduk di dalam ruang kerja Riadi. Pria berusia senja dengan kaus motif berlambang buaya keemasan itu terlihat sangat gelisah. Sedari tadi tangannya tidak berhenti bermain dengan pena hitam yang ada di atas meja kerjanya.
“Ayolah, Dad. Ada apa ini? Jangan membuatku khawatir.” Kailla bertanya setelah sekian lama menunggu Daddy-nya yang hanya tertunduk dan sesekali menatap ke arahnya.
“Hmm." Tampak Pak Riadi menarik napas dalam dan mengembuskannya kembali. Kemudian, ia menatap ke arah Kailla yang juga sedang menatapnya.
“Kai, Daddy sangat menyayangimu. Kamu satu-satunya putri Daddy. Dan Daddy ingin kamu mendapatkan yang terbaik.” Pak Riadi mencoba berbicara, tetapi kata-kata yang ingin diutarakan seolah susah untuk keluar dari mulutnya.
“Aku juga menyayangi Daddy. Ayolah, Dad. Ada apa ini? Jangan membuat aku berpikiran yang aneh-aneh.”
Lagi-lagi Pak Riadi hanya bisa menarik napas dan mengembuskannya kembali. Mendengar embusan napas kasar Daddy-nya, Kailla tahu kalau masalah yang ingin disampaikan pastilah sangat penting.
“Kai, kalau kamu menyayangi Daddy, tolong me ...."
“Maaf, Dad. Aku terlambat.” Terdengar suara berat dari arah pintu ruang kerja yang terbuka.
***
Terima kasih.
Love you all
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Siti Sarfiah
pasti pram yg datang
2022-10-28
0
Nur Lizza
lanjut
2022-09-16
0
Anie Jung
Pram yg dtang itu🤔
2022-03-13
0