Di dalam mobil Pram terlihat sibuk menghubungi David untuk mengurusi kerja sama dengan perusahaan Anita. Setelah urusannya dengan David selesai, ia mencoba memejamkan matanya sejenak. Entahlah, kemunculan Anita menguras pikiran sehingga ia mengabaikan Kailla. Dua hari ini, ia tidak menghubungi Kailla sama sekali. Bagaimana kabar anak manja itu? Apakah Kailla membuat masalah lagi? Ada banyak pertanyaan di benaknya. Beberapa hari ini pikirannya terpecah, sehingga otaknya tidak sempat sama sekali memikirkan calon istrinya itu.
“ Ah, aku merindukan gadis kecil itu.”
Senyum Pram tersungging begitu mengingat Kailla. Rasanya baru kemarin, saat dokter menunjukkan bayi merah yang baru lahir ke hadapannya. Hanya ia seorang, satu-satunya yang menyambut kedatangan Kailla ke dunia saat itu. Mama Kailla dinyatakan meninggal dunia beberapa saat setelah Kailla dilahirkan, sedangkan Pak Riadi sendiri sedang berada di luar negeri untuk mengurusi bisnisnya. Ia masih mengingat jelas betapa canggungnya ketika suster meletakkan bayi Kailla yang masih merah dengan kulit keriput itu ke dalam gendongannya untuk pertama kali.
“Aku benar-benar menjaga jodohku sejak dia lahir. Tidak pernah terpikir sedikitpun bayi itu pada akhirnya akan menjadi istriku.”
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 siang, saat mobil Pram masuk ke halaman rumah Riadi Dirgantara. Pram berencana menemui Pak Riadi untuk membicarakan mengenai hubungannya dengan Kailla. Sepanjang perjalanan dari Bandung menuju ibu kota, Pram sudah memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk melindungi Kailla.
Kemunculan Anita saat ini benar-benar membuatnya khawatir. Ia takut Kailla yang akan menjadi korban dari kisah cintanya dengan Anita. Apa lagi masalah ini ada sangkut-pautnya dengan Pak Riadi. Anita semakin memiliki alasan kuat untuk menyakiti gadis manja itu.
“Bu Sari, Bapak ada?” tanya Pram begitu masuk ke dalam rumah. Kebetulan asisten rumah tangga itu sedang berada di ruang tamu saat Pram masuk.
“Ada, Pak. Bapak ada di ruang kerja,” sahut Bu Sari. Bergegas Pram menuju ke ruang kerja Pak Riadi tanpa bertanya lebih jauh lagi.
Bunyi ketukan lembut di pintu saat punggung tangan Pram membentur pintu kayu berwarna cokelat tua. “Presdir, ini aku Pram,” panggilnya di sela ketukan.
“Masuk!” Samar-samar terdengar suara pria tua mempersilakan.
“Selamat Siang, Presdir,” sapa Pram ketika melangkahkan kaki ke ruang kerja Riadi. Tampak pria di penghujung enam puluh tahun itu sedang duduk di kursi kebesarannya. Di hadapannya ada tumpukan berkas-berkas yang harus ditanda tangani.
“Oh, kamu Pram. Silakan duduk,” ujar Pak Riadi mempersilakan tamunya duduk di seberang meja. Terlihat Pak Riadi melepas kacamata sembari memijat pangkal hidungnya, kemudian menyandarkan tubuh di sandaran kursi.
“Bagaimana, Pram? Proyek di Bandung sudah tidak ada masalah?” tanyanya membuka pembicaraan
“Sudah beres, Presdir.” Pram menjawab singkat sambil mencoba bersikap tenang sebelum menyampaikan keinginannya.
Sebenarnya ada keraguan, walaupun ia yakin keputusannya kali ini pasti akan membuat laki-laki tua di hadapannya tersenyum bahagia. Mereka sama-sama tahu, seberapa besar keinginan Riadi melihat Pram menikahi Kailla secepatnya, bahkan, sejak dua tahun yang lalu Riadi selalu mendesak.
“Baiklah. Kamu bisa kembali ke kantor kalau begitu. Akan ada perayaan ulang tahun perusahaan minggu depan. Tolong kamu urus, Pram,” ucap Pak Riadi.
Pram mengangguk, “Presdir, ada yang mau aku sampaikan.” Pram tampak ragu, berusaha menghela napas untuk menenangkan diri.
Pak Riadi langsung memandang ke arah Pram, membenarkan posisi duduknya.
"Tidak biasanya! Sepertinya ada masalah serius yang ingin dibicarakan Pram.” Pria tua itu membatin.
“Baiklah. Ada masalah apa, Pram?” tanya Pak Riadi.
“Aku akan menikahi Kailla dalam waktu dekat,” ucap Pram dengan mantap. Seketika membuat Pak Riadi terheran-heran. Aneh saja menurutnya. Biasanya ia memaksa Pram untuk buru-buru menikah, anak di hadapannya ini akan bergeming dan mengulur dengan berbagai alasan. Namun, kali ini Pram tiba-tiba datang dengan kemantapan hati mengatakan ingin menikahi Kailla secepatnya.
Pak Riadi yang tadinya serius mendengarkan Pram sontak tertawa, berusaha memastikan ucapan Pram tidak salah.
“Kenapa?” tanya Pak Riadi singkat.
Pram menggeleng. “Tidak ada alasan. Hanya saja aku berpikir dengan menikahinya, aku lebih leluasa untuk menjaganya.”
“Kamu yakin hanya itu?” tanya Pak Riadi lagi memastikan. Ada secuil curiga menyempil di antara gemuruh bahagianya.
Pram terlihat mengangguk. Ia tidak mungkin mengatakan dengan terus terang kalau Anita sekarang muncul lagi di kehidupan mereka. Pasti hal itu akan membuat beban pikiran calon mertuanya semakin bertambah.
“Baiklah. Di perayaan ulang tahun perusahaan nanti, aku akan mengumumkan pertunanganmu dengan Kailla, sekaligus pengangkatanmu sebagai Presdir yang baru,” jelas Pak Riadi.
“Mengenai pernikahan, kita bicarakan lagi setelah perayaan ulang tahun perusahaan. Aku akan mencari waktu yang tepat untuk menyampaikan hal ini pada Kailla,” lanjut Pak Riadi lagi.
“Ada lagi?” tanyanya pada Pram.
“Setelah ini, aku akan menjemput Kailla di kampus dan membawanya ke makam mamanya. Aku ingin meminta restu Ibu Rania,” ucap Pram.
Pak Riadi tersenyum, berdiri dari duduknya dan menghampiri Pram.
“Kemarilah!” ucapnya sambil merangkul Pram.
“Akhirnya kamu benar-benar akan menjadi putraku. Mulai sekarang panggil aku Daddy, seperti Kailla memanggilku,” ucap Pak Riadi sambil menepuk punggung Pram. Ia benar-benar bahagia saat ini, sebentar lagi harapannya akan segera tercapai. Mata terpejam itu, terlihat mengirim doa dalam hati.
“Aku berharap aku tidak salah memilihmu. Aku harap aku tidak salah menitipkan putriku padamu, Pram.”
“Baiklah, kalau begitu aku permisi dulu. Aku harus menjemput Kailla sekarang,” pamit Pram.
***
Pram menghentikan laju mobilnya, tak jauh dari gerbang kampus dan memilih menunggu Kailla sambil bersandar di pintu mobil. Dengan kacamata hitam dan setelan casual, Pram tampak semakin tampan dan gagah. Siapapun pasti tidak akan menyangka kalau lelaki tampan itu sudah memasuki usia kepala empat.
Kehadiran Pram siang itu di depan gerbang kampus mampu mencuri perhatian para mahasiswi yang sejak tadi mencuri-curi pandang setiap melewatinya, bahkan tidak sedikit yang berusaha menebar pesona. Namun, Pram seolah tidak terpengaruh dan memilih memainkan ponselnya untuk mengisi waktu.
“Siang, Pak,” sapa Sam yang baru saja kembali dari makan siang di warung depan kampus. Begitu kembali ke mobil, tidak sengaja ia melihat Pram yang sedang berdiri di samping mobil. Menyimpan tanya di dalam hati, asisten itu mengernyit heran. Tidak biasanya Pram menjemput Kailla mendadak seperti ini. Biasanya pria matang itu akan memberitahunya terlebih dulu.
“Oh ya, Sam. Aku lupa mengabarimu. Siang ini Kailla akan pulang bersamaku. Kamu bisa kembali ke rumah Pak Riadi,” jelas Pram.
“Baik, Pak.” Sam menjawab singkat, dalam hatinya sudah bersorak-sorai. Setidaknya ia bisa beristirahat dari meladeni kenakalan putri majikan yang kadang membuatnya susah sendiri.
***
Tak lama, yang ditunggu pun muncul. Terlihat Kailla yang mengedarkan pandangan, mencari keberadaan Sam. Biasanya asisten merangkap sopir itu akan menunggunya di gerbang kampus. Terkadang sambil berbincang dengan penjaga keamanan atau menggoda mahasiswi yang sedang lewat. Namun, sejak tadi Kailla tidak menemukan bayangan Sam sama sekali.
Mendengus kesal, Kailla mengeluarkan ponselnya dari dalam tas sling yang tergantung membelah dada.
Deg—
Mata Kailla tak sengaja menangkap keberadaan Pram yang sedang berdiri tidak jauh darinya. Bibir tertutup rapat berhias cemberut itu sontak membuka lebar dan tersenyum. Segera ia berlari menghampiri Pram.
“Oh my God, kartu kreditku,” ucap Kailla sambil bergelayut di lengan Pram. Didekapnya erat lengan kekar sambil bermanis manja.
Sentilan jemari Pram mendarat di dahi Kailla seperti biasa. Pram tersenyum mendapat sambutan manis dari Kailla.
“Astaga, Om. Baru juga bertemu, sudah dapat sentilan maut.” Kailla berkata sambil memijat keningnya yang memerah karena ulah Pram. Cemberut itu datang lagi.
“Kamu tidak merindukanku?” tanya Pram sambil tersenyum melihat Kailla yang cemberut.
***
T b c
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Siti Sarfiah
seorang pram dapat julukan kartu kredit 🤣🤣🤣
2022-10-28
0
Nur Lizza
kpn kbongkarny ank pram sm anita
2022-09-16
0
Anie Jung
Oh my god kartu kredit ku ahh jd ngkakk Kai😆😆😆
2022-03-12
0