Di kampus.
Siang itu, Kailla sedang makan siang di kantin kampus bersama Rika dan Dona sahabatnya. Setelah memesan menu, mereka pun berbincang-bincang. Dari menggosipkan aktor Korea sampai membahas mahasiswa tertampan di kampus. Kalau tiga sahabat itu sudah bertemu, pembahasan mereka tidak jauh dari para pria tampan.
Tak lama, tampak pelayan mengantarkan pesanan mereka. Rika dan Dona memesan nasi goreng spesial telur goreng lengkap dengan acar mentimun. Sedangkan Kailla tidak jauh dari semangkuk bakso panas dengan telur rebus di dalamnya.
“Kai, kemana saja kemarin? Kamu tidak terlihat di kampus?" tanya Dona sambil memasukan sesendok nasi goreng ke mulutnya.
“Kemarin, aku tidak masuk kuliah. Menghabiskan waktu ke mal bersama Sam. Lumayan, banyak produk yang sedang diskon.” jawab Kailla. Terlihat ia sibuk meracik kecap dan saus sambal ke dalam mangkuk bakso yang masih mengepul. Tidak lupa membubuhi jeruk limau cui untuk menambah cita rasa asam kecut.
“Ah, kenapa tidak mengabari? Kami juga mau ikut berbelanja?” tanya Rika sedikit kesal. Kalau masalah belanja dan cuci mata, Rika paling bersemangat. Apalagi ia tahu, setiap berbelanja dengan Kailla, mereka akan ditraktir oleh sahabatnya itu. Jiwa miskinnya sering meronta-ronta kalau di depan Kailla. Secara status sosial, Kailla memang berbeda.
“Kita juga mau ditraktir, Kai," ujar Dona berterus terang, menimpali ucapan Rika. Dilanjutkan dengan tawaan renyah dari ketiganya.
“Hmm.” Rika bergumam singkat dengan ekspresi menggemaskan
Tiba tiba, Dion datang dan ikut bergabung bersama mereka.
“Hai Ladies, aku boleh ikut bergabung, kan.” sapa Dion. Ia memilih duduk tepat di sebelah Kailla, sembari menatap gadis yang sedang memasukkan sebutir bakso ke dalam mulutnya.
Melihat mimik wajah Kailla yang begitu menikmati makanannya, membuat Dion betah berlama-lama. Memandang Kailla sampai puas, tanpa berkedip. Hidung Kailla memerah, dengan cairan mengumpul menyesak di rongga indra penciumannya itu. Berkali-kali terlihat Kailla menarik kembali cairan yang menyesak rongga hidungnya. Bulir-bulir keringat memenuhi dahi dan pelipis. Reaksi saus sambal yang tidak sengaja tertuang berlebih di dalam mangkuk bakso.
“Kai, itu bakso? Kenapa terlihat seperti saus sambal yang diberi topping bakso? Warnanya memerah," tanya Dion. Ia tergelak melihat cara makan Kailla yang begitu menggemaskan.
“Aduh, jangan diajak bicara dulu. Ini kalau slip sedikit bisa nyeri sampai ke telinga.” ucap Kailla menggerutu. Ucapan Dion itu membuyarkan konsentrasinya dalam menikmati bakso kesukaannya.
“Tidak biasanya mau bergabung dengan kami, biasanya juga menghabiskan waktu di perpustakaan.” Dona bertanya pada Dion.
“Ya, pasti rindu berat sampai ke ubun-ubun.” Rika ikut berkomentar.
“Haha. Perasaan kalian saja. Aku memang merindukan kalian.” Dion menjawab sambil mengedipkan matanya ke arah Kailla.
“Oh ya, nih.” Dion menyodorkan kotak bekal ke atas meja.
Ketiga gadis itu melongo, melihat kotak bekal yang sekarang ada di tengah-tengah mereka.
“Tidak biasanya!” celetuk Rika. Mereka tahu, kalau Dion indekos di Jakarta, jauh dari keluarganya. Dion tidak pernah memasak. Dari sarapan sampai makan malam biasanya langganan di warteg yang tidak jauh dari tempat indekosnya.
“Kalian harus mencoba combro buatan Ibuku, dijamin enak.” Dion membuka kotak bekal dan menawarkan kepada Kailla, Dona dan Rika.
Para gadis itu berebutan mengambil isi kotak bekal Dion dan segera mencicipi.
“Enak,” ucap Kailla singkat sambil mengangkat jempolnya.
“Buatan ibu mertuaku, Kai.” Rika menjawab disambut gelak tawa dari teman-temannya.
“Jadi kalian berdua beneran pacaran?” tanya Kailla menatap ke arah Dion dan Rika.
“Rika, jangan didengar. Dia bukan tipeku,” jawab Dion sambil mengedipkan matanya ke Rika.
“Jangan begitu, nanti kamu benar-benar suka dengan Rika. Itu baru namanya karma.” Dona berkata sambil tersenyum kepada Kailla.
“Eh, tapi ini benar-benar enak, Dion. Kapan-kapan, aku mau belajar dengan ibumu,” ujar Kailla.
“Boleh. Setelah pulang kuliah ikut ke tempatku. Ibu sama adikku sedang berada di Jakarta. Nanti sekalian aku kenalkan pada mereka,” tawar Dion.
“Ayo Don, Rik. Kamu bisa berkenalan dengan calon mertua,” ujar Kailla sambil menggoda Rika.
“Jangan dulu, deh! Aku takut langsung disuruh menikah. Aku belum siap,” canda Rika membuat teman temannya tertawa.
“Hahaha."
***
Ini Dion Satrio ( 24 tahun )
Berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang guru SD dan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Dion memiliki seorang adik perempuan duduk di kelas 6 SD. Dion adalah teman kuliah Kailla, yang diam-diam menyukai Kailla. Dion anak yang pintar sehingga bisa masuk ke universitas yang sama dengan Kailla melalui jalur beasiswa. Sebelum mengenyam pendidikan di universitas, Dion sempat cuti kuliah dan bekerja sebagai montir di Bandung.
Saat ini Dion kuliah sambil kerja paruh waktu di cafe untuk membantu biaya hidupnya selama kuliah di Jakarta.
****
Sepulang kuliah mereka sudah bersiap menuju ke indekos Dion.
“Ayo Don, ikut saja bersama kami,” ajak Kailla.
“Aku benar-benar tidak bisa, Kai. Tadi pagi sudah janji dengan ibuku. Aku diminta menemaninya ke rumah bibiku. Next time, ya. Sorry,” ucap Dona sambil menangkup kedua tangannya ke depan dada.
“Ya sudah. Ayo, Rik, Dion, ikut mobilku saja,” ajak Kailla
Mereka semua pun berangkat dengan Dion duduk di kursi depan, di samping Sam. Kailla dan Rika di kursi belakang. Rika yang duduk di belakang kursi Sam, sesekali mencuri pandang ke arah Dion. Wajahnya memerah setiap kali melihat senyuman manis Dion. Ya, Rika sejak awal masuk kuliah sudah menyukai Dion.
Saat Rika sedang serius menatap Dion, tiba-tiba ponsel di dalam tasnya berdering.
“Ya , Kak,” ucap Rika begitu ponsel itu menempel di telinganya.
“Oh ya ... aku segera ke sana,” lanjut Rika buru-buru mematikan ponselnya.
Setelah itu , Rika langsung berpamitan dengan Dion dan Kailla. Ia harus segera menyusul kakaknya ke rumah sakit.
“Guys, aku tidak jadi ikut, ya. Kakakku telepon, anaknya masuk rumah sakit. Aku mau menyusul ke sana. Turunkan aku di depan saja, nanti aku akan naik angkutan umum,” ujar Rika.
“Aku akan mengantarmu ke rumah sakit saja, Rik?” tawar Kailla, ia sedikit khawatir.
“Tidak perlu, Kai. Di sini saja. Maaf sekali, Dion.” ucap Rika sedikit menyesal.
“Serius ... tidak mau diantar, Rik?” tanya Kailla memastikan lagi. Ia mengkhawatirkan Rika. Melihat raut wajah Rika yang berubah dan terburu-buru, ia jadi berpikiran yang tidak-tidak.
“Kamu yakin, Rik?” tanya Kailla lagi.
Rika hanya mengangguk, menyunggingkan senyum di bibir.
“Aku duluan, ya!” pamitnya.
Rika keluar dari mobil dengan terburu-buru setelah Sam menghentikan mobilnya di tepi jalan. Diiringi tatapan Kailla yang tidak berkedip menatap Rika terus, sampai menghilang dari pandangannya.
***
Pram baru tiba di Bandung menjelang siang hari. Selain mengalami kemacetan di tol, tadi Pram sempat mampir sarapan pagi di rest area. Kali ini Pram ditemani sopirnya. Begitu sampai ke kantor cabang, Pram langsung diajak manajer dan kepala pengawas menuju ke proyek untuk melihat kondisi dan perkembangan pembangunannya.
“Sudah berapa hari tidak ada aktivitas seperti ini, Pak?” tanya Pram kepada kepala pengawas yang menemaninya meninjau proyek.
“Kurang lebih satu minggu, Pak. Saya sudah mencoba untuk berbicara dengan pihak kontraktor tetapi masih belum ada jalan keluarnya,” jelas sang kepala pengawas. Pram yang mendengar penjelasan, hanya mengangguk mengerti.
“Sejak awal ... sewaktu proses pembelian lahan ini, kita juga sempat ada permasalahan dengan PT. Elang Persada, Pak. Sepertinya mereka juga mengincar lahan yang sama,” jelas sang manajer.
“Oh ya? Coba kumpulkan data-datanya dari awal sampai saat ini. Saya akan coba mempelajarinya,” titah Pram kepada dua orang di hadapannya.
“Oke, sebaiknya kita kembali ke kantor saja. Lagi pula ini sudah jam makan siang.” lanjut Pram lagi. Ia berjalan menuju ke mobil, menghampiri sopir yang sedari tadi menunggunya di belakang setir.
“Kita jalan sekarang, Pak," perintah Pram sembari berjalan menuju pintu bagian belakang.
“Siap, Pak!” Sang sopir menjawab singkat.
Tepat pada saat Pram akan membuka pintu mobil, tiba-tiba sebuah sedan putih berhenti tepat di depan mobil menghalangi jalan. Terlihat seseorang perempuan cantik turun dari mobil dengan anggunnya dan menghampiri Pram.
Pram terkejut begitu mengenali orang yang mendatanginya. Orang yang selama ini ingin dihindarinya tiba-tiba sekarang muncul di depan matanya.
“Rey ...."
***
Terima kasih. Love you all
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
AlfES
wowww CLBK
2023-10-09
0
Siti Sarfiah
aduh ada teman lamanya pram datang dengan seksinya
2022-10-28
0
Nur Lizza
rey pasti sukA sm pram
2022-09-16
0