Central Mal.
Kailla terlihat sibuk mencoba pakaian, sepatu dan tas di salah satu outlet di Central Mal. Sam tidak kalah sibuknya, memegang semua pakaian, sepatu dan tas yang selesai dicoba dan dipastikan akan dibeli.
Sam bahkan harus berjalan ke sana kemari mengikuti Kailla hanya untuk memastikan barang-barang yang dibeli itu tidak salah ukuran, warna dan modelnya. Setelah dirasa cukup, Kailla meminta Sam membawa semua barang tadi ke kasir untuk dibayar dan ia sendiri sudah berbaris antre siap melakukan pembayaran. Hari ini, outlet terlihat lumayan ramai, dikarenakan ada beberapa produk yang didiskon oleh pihak toko.
Setelah tiba giliran Kailla, segera Sam meletakkan semua belanjaan ke atas meja kasir untuk dihitung.
Bruk!
Karena barang belanjaan Kailla yang terlalu banyak, sampai menumpuk di meja kasir dan sebagian terjatuh ke lantai. Buru-buru Sam mengambilnya kembali. Ia tidak mau sampai Kailla melotot padanya di hadapan para gadis-gadis cantik yang sedang mengantre. Bisa hancur harga dirinya.
“Totalnya 37.500.600, Mbak.”
“Ok.” Terlihat Kailla menyodorkan salah satu kartu kreditnya. Ia masih berdiri sambil melihat-lihat ke sekitar. Siapa tahu masih ada produk yang belum diambilnya.
Tak lama kemudian.
“Maaf, Mbak ... sepertinya ada masalah dengan kartu kreditnya,” ucap kasir mengejutkan Kailla.
“Hah! Bagaimana bisa? Biasanya baik-baik saja," celetuk Kailla.
Kailla segera mengeluarkan kartu kredit yang lain. Berharap kali ini berhasil dan ia bisa segera meninggalkan tempat ini. Tetap saja sama, lagi-lagi ditolak. Entah sudah berapa kartu kredit yang disodorkan ke kasir dan selalu bernasib sama. Ia sudah panik dan gugup. Belum lagi pembeli lain yang mengantre di belakangnya mulai tidak sabar.
“Buruan dong, Mbak. Ini di belakang antrean panjang loh,” tegur pembeli yang mengantre tepat di belakang Kailla.
“Ya, sebentar, Mbak,” ucap Kailla berusaha tenang.
“Ya, nih. Jadi beli apa tidak. Huh!” ujar pembeli yang lain lagi.
“Sam, bagaimana ini?” tanya Kailla sudah tidak bisa berkata-kata. Kalau tidak jadi beli, ia merasa malu dengan yang lainnya, tetapi semua kartu kreditnya bermasalah. Pikirannya kalut saat ini, tidak bisa berpikir sama sekali.
“Mbak, tunggu sebentar, ya. Belanjaannya titip di sini dulu, saya coba menghubungi keluarganya. Silakan Mbak layani yang lain dulu.” Sam berbicara dengan kasir dan mencoba mencari jalan keluar terbaik untuk Kailla.
Sam segera menarik tangan Kailla menyingkir dari depan meja kasir.
“Non, apa kita pulang saja. Aku akan mengatakan pada kasir kalau kita tidak jadi membeli,” bisik Sam memberi ide kepada Kailla setelah mereka menjauh dari meja kasir.
“Hah! Jangan gila, Sam! Mau mempermalukanku?” tanya Kailla sambil melotot ke arah Sam.
“Lalu, kita harus bagaimana, Non?” bisik Sam, takut suaranya terdengar pengunjung lain.
Terdengar salah seorang pembeli yang berdiri tidak terlalu jauh dari mereka, meledek Kailla.
“Kalau tidak mampu membayar jangan terlalu banyak gaya dong! Mana ambilnya tidak pakai kira-kira,” ledeknya sambil tersenyum memandang ke arah Sam dan Kailla.
Emosi Kailla langsung tersulut. Wajahnya sudah memerah, siap meledak saat itu juga. Kailla sudah akan mengumpat kalau saja Sam tidak menariknya untuk duduk di sofa yang ada di pojok outlet dan menenangkannya. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi kalau Kailla tidak bisa ditenangkan. Pasti akan terjadi kekacauan. Dan itu akan lebih sulit lagi untuk Sam.
“Sudah-sudah, Non. Saya coba hubungi Pak Pram,” tawar Sam mencoba memberi solusi. Ia sudah tidak punya pilihan lain. Terpaksa pasrah saja, dimarahi juga tidak apa-apa.
“Hah! Apa-Apa-apaan Sam, jangan bocor!” Kailla hampir saja berteriak mengumpat Sam. Buru-buru tersadar, saat ini mereka sedang berada di tempat umum.
“Jadi, Non pilih malu atau dimarahi Pak Pram?” tanya Sam lagi mencoba memberi pilihan.
Entah kenapa saat ini ia ingin tertawa melihat majikannya. Terbayang-bayang saat Kailla memberi pilihan padanya tadi pagi.
“Kena juga!" batin Sam.
“Ya, sudah. Diomelin Om saja, tidak apa-apa,” jawab Kailla sambil cemberut.
Daripada malu, Kailla masih memilih dimarahi Pram. Kalau sampai ia tidak jadi membeli semua belanjaan yang segunung itu, bisa dibayangkan betapa malunya.
Sambil menunggu Sam menghubungi Pram, Kailla mencoba menghubungi pihak bank untuk menanyai tentang kartu- kartunya yang bermasalah. Dan yang membuat ia semakin kesal, semua kartu- kartunya diblokir pihak bank atas permintaan Pram.
“Reynaldi Pratama, kamu benar-benar menguji kesabaranku sekarang!” ucap Kailla sambil mengentak kaki yang terbalut sepatu kets ke lantai.
***
Di ruang meeting RD Group.
Saat ini sedang diadakan rapat di kantor RD Group. Tampak Pram sedang mempresentasikan idenya mengenai proyek baru yang nantinya akan menjadi proyek unggulan RD Group beberapa tahun ke depan. Besar harapan, idenya kali ini juga bisa mencetak keuntungan yang luar biasa untuk perusahaan.
Di tengah rapat, tiba-tiba ponsel Pram yang diletakan di atas meja bergetar dan berderit karena bergesekan dengan meja. Pram sempat melirik sekilas, tampak nama Sam muncul di layar ponsel. Pram mencoba tetap fokus dengan presentasinya.
Drrt ... drrt.
Ponsel itu bergetar untuk ke sekian kali dan Pram tetap mengacuhkannya meski sedikit terganggu. Pak Riadi yang duduk tepat di samping Pram pun mulai terganggu dengan nyala ponsel dan bunyi getaran gawai pipih yang bergesekan dengan meja.
“Pram,” panggil Pak Riadi sambil memberi isyarat kepada Pram untuk menerima panggilan.
Bukan tanpa alasan. Pak Riadi sempat melihat di layar ponsel kalau Sam, sopir putrinya yang berkali-kali menghubungi Pram.
“Baik, aku permisi dulu. Dave tolong lanjutkan,” pinta Pram kepada asistennya sambil keluar ruangan.
“Ada apa lagi, Sam?” tanya Pram begitu menerima panggilan. Sedikit kesal karena Sam mengacaukan rapatnya.
“Non Kailla sedang dalam masalah, Pak Pram. Sekarang aku sedang menenangkannya. Bisakah Pak Pram ke sini dan menyelesaikannya?” jelas Sam.
“Apa yang terjadi? Tidak bisakah kamu urusi nona kecil nakal itu sendiri. Turuti saja apa maunya. Aku masih ada rapat sekarang,” jelas Pram, terburu-buru. Ia sudah ingin memutuskan panggilan telepon.
“Tidak bisa, Pak. Kami sedang ada di Central Mal saat ini dan bersiap untuk membayar barang belanjaan Non Kailla, tetapi kartu kredit Non Kailla bermasalah semua.” jelas Sam.
“Bagaimana aku mengurusinya, Pak. Aku tidak punya uang untuk membayarnya," jelas Sam lagi.
Terdengar suara memekakkan telinga dari seberang telepon. Pram sudah mengenal jelas suara teriakan itu milik siapa.
“INI SEMUA GARA-GARA OM, CEPAT KE SINI!” teriak Kailla kesal setelah berhasil mengambil alih ponsel dari genggaman Sam.
“Kai ...."
***
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Sea LVander
pram siap-siap ke THT periksa kuping🤭
2024-07-06
0
🍁иιℓα❣️💋🆂🆈🅰🅵🅰️👻ᴸᴷ
ya ampun si om urusin gin si kecil nackal itu😄😄🤣
2023-10-21
0
Siti Sarfiah
ayo pram urus gadis kecilnya yg nakal itu
2022-10-28
0