PLAK.
“Kamu bilang apa tadi?” Tiba-tiba Kailla sudah berdiri di belakang Sam. Matanya melotot, bergantian menatap dua orang yang sedang duduk di depannya.
“Aw! Tidak perlu dipukul dengan buku juga, Non. Bisa dibicarakan baik-baik, kan?” jelas Sam sambil menggosok kepalanya yang baru terkena pukulan.
“Ayo, apa yang kalian bicarakan tadi. Aku bisa mendengarnya dengan jelas,” gertak Kailla pada kedua asisten yang sedari tadi hanya menunduk dan cengar-cengir.
“Tidak, Non. Kami tidak membicarakan, Non. Kami cerita film kartun saja. Ya, kan Don?” jelas Sam berusaha membela diri.
“Apa dipikir aku tidak kedengaran. Ternyata di belakang, kerja kalian menggosipkan majikan, ya. Mau kulaporkan pada Daddy. Tidak bisa dibiarkan,” ancam Kailla.
“Lah, salah kami apa, Non?” tanya Donny.
“Pasal penghinaan dan perbuatan tidak menyenangkan.“ Kailla menjawab dengan singkat. Berdiri di depan keduanya sambil melipat kedua tangan di dada.
“Tadi kalian menggambarkan aku seperti Marsha, secara tidak langsung itu berarti mengatakan Daddy adalah beruangnya. Marsha and the Bear. Itu sepasang! Seperti aku dan Daddy,” celoteh Kailla.
Sontak kedua orang di depannya tertawa. Bahkan Sam yang sedang menyeruput kopi seketika menyemburkan cairan hitam pekat itu dari mulutnya karena ucapan Kailla.
“Parah nih anak. Bapaknya disebut beruang."
“Lah, barusan yang bicara begitu Non Kailla, bukan kami." Donny mencoba membela diri.
“Sudah, ayo berangkat. Cepat Sam!" ajak Kailla menarik tangan sang asisten. “Kelamaan di sini yang ada hanya menambah dosa, Sam. Kerja kalian itu cuma menggosipkan majikan!” lanjut Kailla lagi.
“Ya, Non, sabar dulu.” Sam berhenti untuk menyesap habis kopi di cangkirnya dan mengambil sepotong pisang goreng yang belum sempat dicobanya.
“Bro, aku jalan dulu, ya,” pamit Sam sambil melambaikan tangan.
Donny tersenyum sambil menggelengkan kepalan. Dulu ia pernah di posisi Sam. Kondisi yang serba susah bahkan serba salah. Beruntung ia sudah melewati masa-masa melayani anak majikannya itu.
***
“Sam, kita ke mal. Tadi aku liat postingan temen, ada brand yang lagi diskon besar-besaran. Lagi pula, aku malas masuk kuliah hari ini,” perintah Kailla. Tangannya masih sibuk mengeser layar ponselnya.
“Astaga, Non! Nanti kita dimarahi Pak Pram, Non.” Sam ragu karena seperti sebelum sebelumnya, ia selalu berakhir di tangan Pram karena dianggap tidak becus menjaga Kailla.
“Sudah. Tenang saja. Si Om itu kalau melihat aku mengambek sedikit saja. Pasti batal marahnya,” ucap Kailla masih membujuk Sam.
“Ya. Ke Non Kailla Pak Pram tidak jadi marah, tetapi tetap saja, saya bakal dimarahi habis-habisan.” Sam masih ragu. “Non, ingat tidak? Minggu lalu, sewaktu Non pergi menonton bersama teman kampus dan pulang terlambat," lanjut Sam mengingatkan majikannya.
“Kenapa? Om tidak berkomentar apa-apa,” celetuk Kailla.
“Non saja yang tidak tahu. Besoknya, sewaktu Non kuliah, saya ditelepon Pak Pram. Disuruh ke kantor, dimarahi berjam-jam sampai saya lupa Pak Pram bicara apa saja.” jelas Sam.
“Hah! Kenapa gak ngomong?” Kailla menepuk pundak Sam yang duduk di depannya.
“Terus kalau aku bicara, Non berani membelaku di depan Pak Pram?” tanya Sam langsung menciutkan nyali Kailla.
“Tidak juga sih, Sam.” Kailla terkekeh menatap Sam dari kaca spion.
Jangankan Sam, Kailla sendiri saja langsung menciut kalau Pram sudah marah. Bahkan daddynya sendiri hanya akan jadi penonton dan memilih diam, melihat dia dimarahi Pram.
Namun, beruntungnya Pram jarang sekali memarahi Kailla. Semanja-manjanya Kailla, ia memilih mengalah. Biasanya, ia memiliki cara sendiri untuk menaklukkan emosi dan kemanjaan Kailla.
“Jadi, kita ke kampus saja ya, Non?” tawar Sam lagi, sedikit merasa tenang melihat Kailla yang sempat terdiam dan berpikir.
“Sudah setengah jalan Sam. Tetap ke mal saja!” titah Kailla. Dia sudah terlanjur jatuh cinta dengan produk-produk diskonan itu.
“Tapi Non ...."
“Pilih mana? Mau dimarahi Om Pram atau dipecat Daddy karena mengolok-olok Daddy adalah Beruang Marsha,” potong Kailla.
Sam bukannya tidak tahu, kalau ia menolak Kailla akan tetap merengek dan menggunakan segala cara. Pada akhirnya, tetap saja ia akan berhadapan dengan Pram.
“Waduh, Non. Cicilan motorku masih setahun lagi. Kalau sampai dipecat mau dibayar pakai apa?”
“Nah, tuh paham harus bagaimana,” ujar Kailla, menyeringai penuh kemenangan.
“Di mana-mana yang namanya orang kecil selalu tertindas dan terjepit. Begini amat, ya,” batin Sam.
“Jadi kita jalan ke mana, Non?” tanya Sam lagi.
“Central Mal. Ingat ya, mulutnya difilter supaya tidak keceplosan di depan Om Pram," ancam Kailla.
“Siap, Non,” jawab Sam pasrah meratapi nasibnya beberapa jam ke depan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Sea LVander
terima nasib aja sam 😅
2024-07-06
0
Yulianita
kasian
2024-04-02
0
🍁иιℓα❣️💋🆂🆈🅰🅵🅰️👻ᴸᴷ
yah belum tau nih si kailla kalo atm dia di blokir😂😂
2023-10-21
0