Keesokan paginya di kediaman Riadi Dirgantara.
Tampak Donny asisten Pak Riadi sedang menikmati secangkir kopi di teras samping sembari sesekali menggoda Sekar, anak gadisnya Bu Sari yang tinggal di kediaman Riadi Dirgantara juga.
Selain Donny, Bu Sari sekeluarga, beberapa security yang berjaga di gerbang depan juga tinggal tempat Riadi. Hanya Sam saja, asisten sekaligus sopirnya Kailla yang tetap bolak-balik pulang ke rumahnya setiap hari.
“Masih libur sekolahnya, Sekar?” tanya Donny sambil menyesap kopi hitamnya.
“Masih, Mas Donny,” jawab Sekar singkat sambil menyiram tanaman di halaman samping rumah.
“Lama juga. Sudah hampir sebulan. Kalau begini, bisa-bisa kamu lupa jalan ke sekolah. Hahaha,” canda Donny.
Tak lama berselang, Sam menghampiri dan ikut bergabung.
“Wih, mantap ini, Bro! Kopi ditemani pisang goreng sudah paling pas,” ucap Sam memilih duduk di depan Donny
“Sekar, tolong buatkan Abang Sam kopi hitam juga, ya. Jangan terlalu banyak gulanya nanti Abang diabetes. Yang membuatkan kopi sudah manis, kalau ditambah gula jadi kemanisan” godanya sambil mengedipkan mata ke arah Sekar.
“Wah, menabuh genderang perang nih!” ucap Donny melihat kelakuan Sam yang menggoda Sekar.
“Bujang lapuk seperti dirimu tidak pantas untuk Sekar, Bro. Nah, Kalau si Indah puspa bangsa, pembantu Pak Hidayat Blok B24. Cocok itu.” Sam meledeknya.
Donny langsung bergidik ngeri. Bukan rahasia lagi, kalau Indah yang dimaksud dari dulu selalu mengejar Donny. Sejak masih gadis sampai sekarang sudah menjanda.
Tak lama Sekar pun menghampiri sambil membawa secangkir kopi panas.
“Ini, Mas ... kopinya,” ucap Sekar meletakkannya di atas meja.
“Terima kasih, Cantik." Sam langsung menyambar kopi dan menyesap kopi buatan Sekar.
“Nah, ini pas rasanya. Pas dibawa ke pelaminan. Hehehe." Sam terkekeh menggoda Sekar yang sudah berjalan masuk ke dalam rumah.
“Bro, apa kamu tahu ... kemarin Non Kailla mengerjai Pak Pram lagi,” cerita Donny.
“Bagaimana ceritanya, Bro?” tanya Sam penasaran.
“Minuman Pak Pram dicampur bubuk cabai. Parah si Non Kailla. Sejak dulu tidak berubah. Kenakalan Non Kailla di atas rata-rata,” jawab Donny menggeleng kepala.
“Terus, berhasil?” tanya Sam lagi.
Donny menggeleng, “Non Kailla yang akhirnya menyesap minuman buatannya sendiri. Sepertinya si Non lupa kalau minuman itu sudah dicampur bubuk cabai.”
Uhuk ... Uhuk
Sam tersedak saat menyesap kopinya. “Hahaha. Asli ini lucu, sayang aku melewatkannya,” jawab Sam kemudian. Nada sesal mendominasi di dalam kalimatnya, terbayang wajah usil Kailla yang terkena batunya.
“Non Kailla dari dulu nakalnya ... em." Donny berhenti sejenak, tatapannya menerawang.
"Tapi sebenarnya anaknya baik sekali. Tidak pernah aneh-aneh. Sama kita yang kerja di rumah itu baik,” cerita Donny sambil mengingat masa lalu anak majikannya.
“Non Kailla itu besar di tangan asistennya. Dulu sebelum jadi asistennya Pak Riadi, aku lama ditugaskan menjaga Non Kailla.Dari zaman TK, SD, SMP sampai SMA. Kalau di rumah, yang menjaga si Non itu Bu Sari dan Bu Ida," jelas Donny sambil mengenang masa kecil Kailla.
“Bu Ida yang sekarang bekerja di tempat Pak Pram?” tanya Sam penasaran.
Donny mengangguk,“ Itu ada ceritanya kenapa Bu Ida pindah kerja ke tempat Pak Pram.”
“Mama Non Kailla itu meninggal saat melahirkan. Aku tidak begitu jelas. Kecelakaan atau apa, aku tidak begitu paham juga.” Donny mulai bercerita.
“Tapi, saat itu Bapak tidak ada di Indonesia, Pak Pram yang mengurus semuanya,” lanjutnya lagi.
“Non Kailla itu yang merawat kita-kita di sini. Kecilnya nakal sekali, namanya juga anak-anak. Apa lagi Non Kailla jarang bisa berkumpul dengan Bapak. Bapak dan Pak Pram itu dulu 'kan sibuk di kantor. Apa lagi Bapak, jarang sekali bertemu Non Kailla. Kalau ada keperluan di sekolah, Pak Pram yang mengurusi semuanya. Seperti ambil rapor, rapat orang tua murid bahkan sering dipanggil karena Non Kailla bikin masalah di sekolah,” cerita Donny panjang lebar.
“Dulu kalau Bapak libur, Non Kailla itu bisa seharian menempel dengan Bapak, tidak mau lepas lagi. Dari bangun tidur sampai mau tidur malam. Tapi, sayangnya Bapak itu jarang bisa libur," ujar Donny terlihat sedih.
Sam hanya mengangguk.
“Seingatku, waktu itu Non Kailla masih SD, lupa kelas berapa. Bapak sedang sibuk, mau buka cabang baru di Surabaya. Jadi setiap hari selama tiga minggu, Non Kailla tidak pernah bertemu Bapak. Bapak pulang, Non Kailla sudah tidur. Bapak berangkat ke kantor, Non Kailla belum bangun. Akhirnya, Non Kailla merengek minta bertemu. Setiap telepon, selalu Pak Pram yang angkat. Bapak sibuk sekali, tidak ada waktu.
“Terus?” tanya Sam penasaran.
“Aku juga tidak tahu bagaimana ceritanya sampai Non Kailla bisa keluar rumah. Tiba- tiba, tetangga depan menggedor pintu gerbang depan, mengabari security kalau Non Kailla memanjat pohon mangga yang di tikungan jalan. Kamu tahu, kan?
Sam mengangguk.
"Dan parahnya, tidak mau dibujuk turun."
“Astaga!” ujar Sam ternganga. Ia tidak menyangka Kailla kecil sampai senakal itu.
“Non Kailla maunya Bapak. Tidak mau dibujuk turun sama yang lain. Akhirnya, Pak RT yang telepon Bapak, suruh Bapak pulang buat bujuk Non Kailla turun. Kita semua dimarahi Bapak. Apalagi Non Kailla, sampai dipukul Bapak pakai ikat pinggang.”
“Bapak pasti marah sekali, sampai Bapak memukul Non Kailla,” ucap Sam.
“Ya, Bapak malu juga waktu itu,” jelas Donny singkat.
“Kasihan juga sih, tapi kita cuma bawahan mana berani melawan Bapak waktu itu. Untung ada Pak Pram, langsung gendong Non Kailla, bawa keluar.”
“Karena itu, makanya Non Kailla dibawa Pak Pram menginap di apartemennya. Nah, itu asal mula Bu Ida bisa pindah kerja ke tempat Pak Pram. Awalnya buat jaga Non Kaila di sana. Setelah kejadian itu, kalau Bapak keluar kota, Non Kailla dititipkan ke tempat Pak Pram.”
“Non Kailla kecil kasihan juga, ya.” ujar Sam. Ia baru bekerja belakangan ini, sejak Kailla mulai masuk kuliah. Jadi ia tidak mengetahui cerita masa kecil majikannya.
“Oh ya, dulu juga pernah sembunyi di belakang kursi mobil. Waktu itu aku mau ke kantor Bapak, mengantar berkas yang tertinggal.” Donny mengingat lagi.
“Sudah sampai kantor, tiba-tiba Non Kailla ikut turun dari pintu belakang mobil. Langsung lari ke dalam kantor, cari bapak. Mana Bapak lagi rapat, dia merengek masuk ke ruang rapat. Maunya duduk di pangkuan Bapak.” Donny menggaruk kepalanya, mengingat kebodohannya waktu itu.
“Hahaha. Pasti habis dimarahi Bapak.” Sam tertawa terbahak-bahak.
“Bukan lagi. Kalau diingat-ingat, kenapa bisa tidak sadar kalau ada anak kecil ikut masuk ke dalam mobil.”
“Cuma kalau sama Pak Pram memang sering diajak ke kantor. Kalau sedang tidak begitu banyak pekerjaan, Pak Pram yang jaga Non Kailla di kantor," jelas Donny.
“Dipikir-pikir, Non Kailla kecil mirip sekali dengan Marsha, ya? Haha,“ ujar Sam sambil tertawa terbahak-bahak memegang perutnya membayangkan kenakalan Kailla.
PLAK.
***
Terima kasih dukungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Sea LVander
jadi ngebayangin marsha (Kaila) and the bear (Pram) 🤣🤣🤣
2024-07-06
0
M.azril maulana
setelah cerita bara dan Bella langsung mampir kesini,di cerita bara aja kailla dan pram bikin penasaran 😊👍
2022-10-19
1
Nur Lizza
kurang nya kasih sayang akhirny kaila nakal bgt
2022-09-16
0