Jangan menyesalinya.

Langit yang cerah seketika terlihat mendung, saat tiba tiba aku mengetahui semua kenyataannya tentang Sonya.

"Sudahlah, jangan ladeni bocah itu lagi. Kasian, nanti dia frustasi."

Aku menyipit geram. Selain tukang tikung, mulut laki laki itu lemes juga ternyata.

Dan Sonya....

Wanita yang aku kira baik, ternyata begitu picik!

Memuakkan bukan?

Apalagi sekarang kulihat, pria itu berjalan semakin dekat ke arah Sonya dan memberikan bunga ditangannya pada wanita yang masih menjadi pujaan hatiku. Mungkin, hanya untuk saat ini. Karena kupastikan nanti, aku tak akan lagi memuja wanita itu.

Hatiku semakin geram dan hancur.

Dengan wajah yang kegirangan, Sonya menerima bunga itu dan langsung memeluk si pemberi bunga.

Tidak cukup sampai di situ, Sonya dan pria itu dengan beraninya bercium*n mesra tepat di hadapanku.

Ingin rasanya Aku menghajar pria yang telah lancang mencium Sonya tepat di depan mataku sendiri. Namun, sebisa mungkin Aku mengurungkan niatku. Karena menurutku, tidak perlu dengan kekerasan untuk membalas semua perbuatan serta pengkhianatan Sonya, melainkan dengan ucapan elegan yang mampu membuat Sonya dan selingkuhannya malu dalam sekejap mata. 

"Menjijikkan! Kau tahu Sonya? Ternyata... Aku beruntung karena telah melihat kelakuanmu yang sebenarnya." Aku berbicara dengan nada yang sangat tenang dan elegan, tentu saja! Semua itu aku lakukan, untuk membalas dendam pada Sonya dengan caraku sendiri.

Cih, lihat! Benarkan dugaanku, wajah Sonya dan pria itu sudah memerah. Sudah pasti mereka berdua marah.

"Hah, beruntungnya aku, karena lepas dari rubah betina seperti dirimu, kalau tidak! Mungkin aku akan menyesalinya seumur hidupku karena masih bersamamu," kataku, mengeluarkan lagi cacian serta hinaan yang teramat halus untuk sang kekasih yang kini telah menjadi mantan kekasihku. Sangat sakit memang, saat aku mengatakannya. Tapi yang dia lakukan lebih menyakitkan.

Lihat-lihat? Raut wajah Sonya dan kekasih brengseknya semakin memerah seperti tomat. Hahaha! Aku ingin tertawa di sela-sela kesedihan serta keterpurukanku.

Sungguh menyedihkan!

Sonya sudah tak tahan lagi, dengan cepat ia menggerakkan tangannya, hendak melayangkan sebuah tamparan padaku yang telah berkata dengan sangat kurang ajar. Namun, belum sempat tangan Sonya mengenaiku, aku sudah mencengkeram kuat tangannya yang masih melayang di udara dengan cengkraman yang menyakitkannya, hingga membuat Sonya meringis kesakitan.

"Aww, lepaskan tanganku bocah!" pekik Sonya dengan nada perintah. Namun, siapa dia sekarang bisa memerintahku?

"Jangan pernah kamu menyentuhku lagi dengan tangan kotormu itu Sonya!" balasku yang langsung menghempaskan tangan Sonya dengan cukup keras, hingga Sonya hampir jatuh tersungkur.

Tak terima dengan apa yang sudah diperbuat oleh bocah sepertiku  pada sang kekasih. Pria yang kini telah berstatus sebagai pacar baru Sonya itu memasang badan.

Ia mencengkeram seragam putihku dengan cukup keras. Bahkan hendak melayangkan bogem mentah nya padaku. Dan sekali lagi, belum sempat pria itu memukul wajahku, ucapanku telah mengalahkannya begitu telak, sebelum ia bertindak.

"Santai, Om!"

'Om!' pria itu mengernyit. "Enak saja memanggil namaku dengan sebutan Om!" lanjutnya tak terima. Padahal, sudah jelas-jelas jika dia memang sudah berwajah seperti Om-om.

"Apa anda sebegitu tidak tahu malunya?" ucapku dengan santai, "saya lihat, penampilan anda sangatlah rapi, dan kalau saya tidak salah, anda pasti adalah seorang pengusaha dan orang yang terpelajar bukan?" Aku menggerakkan kedua alisku naik turun. Memancingnya dengan kata-kata.

"Kau tahu! Tentu saja kamu pasti tahu! Kekasihku ini adalah seorang pria yang sukses. Ia seorang manager di perusahaan Mahendra Group," kata Sonya dengan begitu bangganya. Menyanjung serta memuji kekasihnya setinggi langit.

'Mahendra Group!' Aku mengernyit mendengar penuturan Sonya. 'Itu 'kan perusahaan kakekku.'

Tiba-tiba saja, senyum licik tersungging di bibirku.

"Manager!" Aku mencibir, "Aku kira seorang pengusaha!" lanjutku dengan wajah mencemooh.

Berpura-pura tidak tahu jika perusahaan tempat ia bekerja adalah perusahaan milik keluargaku.

"Kurang ajar! Memangnya kamu siapa bocah! Kamu masih meminta uang jajan pada orang tuamu saja, sudah bisa menghinaku!" kata pria dewasa itu dengan kilat marah yang tergambar jelas di wajahnya.

Kini, ia kembali mencengkram erat kerah baju seragam yang masih Aku kenakan.

"Apa saya salah bicara om? seharusnya Anda malu dengan apa yang telah anda lakukan pada saya. Terlebih lagi saya adalah seorang pelajar yang masih mengenakan seragam putih abu. Dan juga masih meminta uang jajan pada kedua orang tuaku. Tapi maaf Om, kedua orang tuaku sudah meninggal sejak lama!" ujar ku dengan wajah yang sudah tidak bersahabat lagi, karena pria di hadapanku itu sudah membawa-bawa orang tuaku pada masalah pribadi yang tidak ada sangkut pautnya dengan mereka.

Hening! 

Pria itu dengan dengan cepat langsung melepaskan cengkeramannya. 

"Sial!" ujar pria itu tampak memaki.

Aku merapikan kembali seragamku dengan gaya super cool, khas pria good looking. Tak mau aku terlihat lemah di hadapan mereka berdua.

Sekitar dua detik aku memperhatikan wajah pria dewasa yang telah mengambil kekasihkku itu.

'Tampan'. satu kata terucap dalam hatiku, 'namun sayang, dia perebut kekasih orang! Dan lagi pula, aku bahkan jauh lebih tampan dari pria tua itu,' lanjutku yang seketika teringat kembali dengan amarahku yang masih terpendam. Sembari mencibirnya dalam diam.

"Kamu dengar baik baik ya Sonya? Kamu yang telah mamutuskan hubungan kita secara sepihak. Jadi, jika suatu saat kamu menyesali perbuatanmu? Dengan senang hati, aku akan menertawakanmu. Karena apa? Karena bukan aku yang mengakhiri hubungan kita, melainkan dirimu sendiri."

Beberapa rangkaian kata yang kurasa sudah sangat pas untuk menyentil harga diri Sonya. Dan benar saja, Sonya nampak geram. Ia bahkan mengepalkan tangannya saking geramnya padaku. Tapi, aku sudah sudah tidak peduli, tidak ada lagi urusanku dengan Sonya. Peduli set*n dengan kemarahan wanita gampangan itu. Yang aku inginkan sekarang, harus segera pergi dari hadapan dua orang manusia dewasa yang tidak tahu diri itu.

"Sedikitpun tak akan pernah aku menyesalinya!" ucap Sonya dengan lantang. Deru napasnya tak beraturan. Mungkin, masih banyak kata yang ingin ia sampaikan padaku atas rasa geram yang ia terima dariku. Dan benar saja--

"Memangnya siapa kamu? Hanya bocah ingusan saja, sudah berani berbicara seperti itu kepadaku!" Kedua tangan Sonya bersedekap dada. Memandang rendah ke arahku. Bibirnya yang dulu selalu tersenyum manis pun, kini terlihat mencibir diri ini.

"Kamu akan menyesalinya nanti, Sonya. Saat kamu mengetahui siapa aku sebenarnya. Dan saat kamu sudah mengetahui siapa aku yang sebenarnya, aku berharap kamu tidak jantungan ya!"

"Oh, ya? Aku sangat menantikan saat itu." Terlihat Sonya tak percaya akan ucapanku. Tapi biarlah. Biar waktu yang membuktikan, siapa aku sebenarnya.

Terpopuler

Comments

SUKARDI HULU

SUKARDI HULU

Jangan lupa like, follow dan beri hadiah ya kk♥️🥰🙏

2023-10-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!