KAKAK TINGKAT TERNYATA...

“Syaratnya, saya anterin kamu pulang,” ucap Bastian.

“Hah? Anterin saya balik ke rumah?” ucap Anjani, seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar.

“Iya ... boleh, kan?”

“Itu—itu sih ... ehm ... anu, Pak ... aah ...”

“Saya tunggu kamu di bangku sana,” ucap Bastian sambil menunjuk sebuah bangku, tempat para mahasiswa duduk dan bersantai.

“Di situ?” tanya Anjani sambil menoleh ke arah bangku.

“Iya, saya di situ, nungguin kamu. Kebetulan saya cuma ada dua kelas. Habis itu, saya kosong.”

“Duh ... Anjani ... kayak mimpi ... udah ganteng, pintar lagi, astaga ...” ucap Anjani dalam hati.

“Halo ... Anjani ...” ucap Bastian sambil melambaikan tangannya di hadapan Anjani.

“Eh ... iya, Pak ... oke, iya, bareng, kita pulang bareng,” ucap Anjani sambil tersenyum dan mendongak menatap Bastian.

“Oke. Mau dianterin ke kelas lagi?”

“No ... jangan, Pak. Bisa jalan sendiri kok. Aman. Oke, pulang bareng. Oke ...”

“Oke. Bye.”

“Bye ... Mas ... eh, maaf, Pak ...” ucap Anjani sambil berjalan mundur dan tersenyum.

“Awas!” Bastian baru saja hendak berlari mendekati Anjani, yang ternyata menabrak pintu.

“Aduh ... Pak, siapa yang mindahin pintu, sih ...?” ucap Anjani sambil menahan rasa sakit di kepalanya akibat menabrak pintu.

Bastian menahan tawanya dan segera mendekati Anjani.

“Hati-hati dong ...” ucapnya sambil mengusap kepala Anjani dengan lembut.

Sontak, Anjani terkejut. Ia tak menyangka jika Bastian menyentuhnya.

“Pak ... terima kasih. Saya balik lagi ke kelas, ya. Makasih sekali lagi.”

“Sama-sama. Hati-hati ... nanti nabrak Bu Veronika,” bisik Bastian.

“Hahaha ...” tawa keduanya pecah bersamaan

•••

KANTIN

“Jadi, lu balik sama dia?!” ucap Diska dengan suara keras.

“Suaranya ... sakit telinga gue ...” sahut Anjani sambil meringis.

“Gila, dia mau ngajak lu balik bareng, Jani ... ya Allah, Jani ...”

“Ya terus kenapa?”

“Beruntung banget lu ...”

“Gue malah takut ...”

“Kenapa juga takut?”

“Ya takut ... kan belum kenal, terus pulang bareng tuh rasanya kan aneh aja gitu.”

“Anjani ... Anjani ... lihat, lihat, lihat! Buruan!”

“Apaan sih?” tanya Anjani sambil menoleh ke belakang.

Tampak sekelompok mahasiswa dari jurusan kedokteran tengah duduk di kantin, tak jauh dari mereka.

Anjani tersenyum ketika melihat salah satu mahasiswa yang menarik perhatiannya.

“Lu pasti lagi lihat yang pakai kaus putih, kan?”

“Kok tahu sih?”

“Hahaha ... tahulah gue ... Namanya Pandu Dewanata, dipanggil Dewa. Dia salah satu mahasiswa yang berprestasi juga, katanya atlet basket kampus. Eh ... ke mana aja lu?”

“Kurang gaul ya gue,” ucap Anjani sambil tertawa kecil.

“Jelas lah! Nih, gue sebutin nama-nama mereka.”

Fauzan, Rangga, dan Richard adalah teman dari Pandu Dewanata. Mereka berempat merupakan mahasiswa kedokteran terbaik, berprestasi, dan juga ...

“Good looking ...” ucap Diska kagum.

“Pasti udah ada pacar semua itu ...” ucap Anjani, lalu meneguk air mineral dari botolnya.

Tak lama kemudian, pemandangan itu berubah. Ternyata Bastian adalah teman dari keempat mahasiswa kedokteran tersebut.

“Gimana nih, kabarnya?” sapa Bastian pada Pandu dan ketiga teman lainnya.

Mereka berbincang akrab dan hangat. Tentu saja, itu menjadi pemandangan menarik bagi para mahasiswa lainnya, melihat sekumpulan lelaki muda, tampan, dan pintar berkumpul di satu tempat dalam kampus.

“Sempit banget bumi ...” ucap Anjani saat melihat Bastian dan Pandu tampak akrab.

“Bingung, mau yang mana ya ...?” ucap Diska, seolah sedang memilih pakaian.

“Semuanya aja, kali ya ...” sambungnya sambil terkekeh.

Tak lama kemudian, pemandangan itu berubah ketika Bastian ternyata adalah teman dari keempat mahasiswa kedokteran tersebut.

“Gimana nih, kabarnya?” sapa Bastian pada Pandu dan ketiga temannya.

Mereka berbincang akrab dan hangat. Tentu saja, hal itu menjadi pemandangan menarik bagi para mahasiswa lain yang melihat sekumpulan lelaki muda, tampan, dan pintar berkumpul di kampus.

“Sempit banget bumi ...” ucap Anjani saat melihat Bastian dan Pandu tampak dekat dan akrab.

“Bingung, mau yang mana ya ...?” ucap Diska, seolah sedang memilih pakaian.

“Semuanya aja, kali ya ...” sambungnya sambil terkekeh.

Entah apa yang mereka bicarakan, Pandu menoleh ke arah Anjani. Ia tersenyum sambil mengangguk. Bastian tampak seperti sedang memperkenalkan Anjani pada Pandu dan tiga temannya.

Anjani membalas senyum Pandu.

“Ganteng ...” ucapnya pelan saat memandangi Pandu, lalu kembali menghabiskan minumannya.

“Enak ya lihat mukanya ...” ucap Diska, ikut memandangi.

“Makan.”

“Makan aja, Jan ...”

“Mau gue ... Mau dimakan sama kakak tingkat gitu ...”

“Ambil ... Deketin. Hamil lu, entar ...”

“Mau dong ...”

“Bener nih?”

“Ya, sama kakak tingkat gituan sih mau ... Bakal dokter spesialis kandungan ...”

“Awww ... Pasti keras, Jan ... Mmm ... Teriak lu ...”

“Hahaha ...!” tawa keduanya pecah.

“Bentar ... Kita ngomongin apa, sih, Dis ...”

“Hahaha ... Gue aja nggak tahu, Jan ...”

Bastian berjalan pelan mendekati Anjani.

“Jani ... dia mau ke sini ...” bisik Diska.

“Hah? Duh ...” Anjani tampak gugup.

“Anjani, duduk di sana, yok. Teman-teman saya mau kenalan juga,” ucap Bastian dengan senyum ramah.

“Anu, Pak ... malu ...” ucap Anjani sambil menunduk.

“Ya udah, mereka yang ke sini?”

“No ... no ... biar, biar saya ke sana.”

“Oke, ayo ...” ajak Bastian.

“Diska, gue ... gue ke sana dulu.”

“Siap, Jani ...” ucap Diska sambil menahan tawa.

Diiringi Bastian, Anjani berjalan pelan hingga tiba di meja tempat Bastian dan Pandu duduk bersama ketiga teman lainnya.

“Halo ...” sapa ramah dari keempat lelaki muda itu.

“Ha ... hello. Anjani, Mas. Salam kenal,” ucap Anjani.

“Jadi ... ini yang bilang lu kayak gay?” ucap Fauzan sambil menahan tawa.

“Fauzan ...” bisik Pandu, sambil meliriknya seolah meminta agar tidak mempermalukan Anjani.

“Maaf, Mas ... nggak sengaja juga. Beneran,” ucap Anjani sambil menunduk malu.

“Udah, santai aja. Kan Bastian nggak marah?” ucap Richard.

“Yoi, dia baik kok,” sahut Rangga.

“Maafin Fauzan. Dia juga maksudnya bercanda. Oh iya, saya Pandu,” ujar Pandu sambil berdiri dan mengulurkan tangan kepada Anjani dengan senyuman.

“Anjani, Mas ...” ucap Anjani sambil tersipu malu dan mendongak menatap Pandu.

“Ini orang apa tiang listrik?” gumam Anjani dalam hati saat melihat Pandu.

Dengan tinggi badan 185 cm dan tubuh atletis, wajar jika Pandu menjadi salah satu perwakilan mahasiswa kedokteran dalam cabang olahraga basket, serta kerap membawa pulang medali emas untuk kampus.

Disusul oleh ketiga teman lainnya, mereka berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri.

Maklum saja, jurusan kedokteran dan jurusan lainnya memang terpisah gedung dan lahan parkir. Terdapat empat kantin di kampus, dan salah satunya adalah tempat mereka kini berkumpul untuk membahas materi kuliah di luar perpustakaan.

“Oke, gue balik dulu ya ...” ucap Bastian kepada Pandu dan ketiga temannya.

“Oke, kita juga mau balik,” sahut Fauzan.

“Ya udah, balik semua kita. Ehm ... Anjani pulang sama siapa?” tanya Pandu.

“Sama ...” ucap Anjani yang sempat tertahan.

“Sama gue, Dewa. Sebagai syarat minta maaf tadi,” ucap Bastian sambil tersenyum.

“Ooo ... gitu?” ucap Pandu sambil tersenyum pula.

“Hahaha ...” tawa mereka pecah bersama.

Mereka berpisah. Pandu sesekali menoleh ke arah Anjani, sementara Anjani tertunduk malu dan berjalan beriringan bersama Bastian.

Tiba di depan mobil milik Bastian,

“Masuk, yok ...” ucap Bastian sambil membuka pintu mobil.

“Iya, Mas ...” Anjani membuka pintu dan masuk ke dalam.

Duduklah mereka berdampingan.

“Sudah siap?” tanya Bastian.

“Udah, Mas. Saya panggil ‘Mas’ nggak apa-apa kan?”

“Iya dong. Jangan ‘Bapak’, kaku banget,” ucap Bastian sambil tertawa kecil.

Mobil pun melaju pelan, meninggalkan parkiran. Bastian membunyikan klakson saat melihat mobil Pandu hendak melintas.

“Duluan ya!” ucap Bastian dari jendela mobil yang terbuka.

“Oke. Take care, kalian,” ucap Pandu kepada Bastian.

Terpopuler

Comments

Atha Jenn

Atha Jenn

jadi nostalgia...

2023-06-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!