18 : Bermain

Saat ini, Natasya dan Bhara sedang bermain lempar tangkap bola. Mereka sudah bermain sejak setengah jam yang lalu. Natasya sudah ingin istirahat, tapi sepertinya anak manisnya itu belum merasa lelah sama sekali. Kenapa ya anak kecil itu tidak punya rasa lelah? Apa karena badan mereka yang ringan untuk dibawa berlari-lari? Hmm... Entahlah.

"Mama, tangkap!" seru Bhara sambil melempar bola.

Natasya menangkap bola itu dengan sigap.

"Huuh~ Bhara, istirahat dulu yuk, Nak. Mama capek banget," kata Natasya dengan napas yang tidak beraturan.

Natasya memutuskan untuk duduk di tanah dan bersandar pada pohon besar yang ada di halaman belakang sambil menetralkan napasnya. Bhara segera belari menghampiri Natasya, lalu berjongkok di hadapan Natasya dan menyentuh bahu mamanya itu.

"Mama capek, ya?" tanya Bhara dengan ekspresi lucu yang dibalas dengan anggukan oleh Natasya.

"Bhala ambilin minum ya, Ma," ucap Bhara.

Tanpa menunggu jawaban dari mamanya, anak itu segera berlari masuk ke dalam rumah untuk mengambil air minum. Natasya tertawa kecil melihat Bhara yang begitu sigap. Tidak lama kemudian, Bhara kembali menghampiri Natasya dengan membawa segelas air putih. Anak kecil itu berjalan tergopoh-gopoh hingga air yang ada di gelas itu tumpah sedikit.

Natasya tertawa, "eh, pelan-pelan aja, Nak. Gak usah buru-buru gitu."

Natasya mengulurkan tangannya untuk menerima gelas itu dari Bhara, "terima kasih, Sayang~"

"Cama-cama, Ma," jawab Bhara.

Natasya langsung meminum air itu sampai habis. Sementara itu, Bhara mendudukkan dirinya di samping Natasya. Anak itu sibuk memperhatikan wajah mamanya.

Setelah menghabiskan minumnya, Natasya menoleh dan mengernyitkan dahinya saat melihat Bhara menatap wajahnya.

"Kenapa kamu lihatin mama seperti itu?" tanya Natasya.

Anak itu menyengir lebar, "hehe... Mama cantik cekali."

"Hah? Masa sih?" kata Natasya yang dijawab dengan anggukan semangat dari Bhara.

Natasya tersenyum lebar. Kalau anak kecil memujimu cantik, berarti kamu benar-benar cantik. Mereka tidak akan berbohong hanya untuk menyenangkanmu, kan? Natasya langsung memeluk Bhara dengan gemas dan menggoyangkan tubuh anak itu ke kanan dan ke kiri.

"Aaaa~ kamu lucu sekali sih, Bhara," gemas Natasya.

Bhara hanya terkikik geli saat Natasya memeluknya dengan erat. Setelah itu, Natasya memindahkan anak kecil itu untuk duduk di pangkuannya menghadap ke arahnya. Tiba-tiba, ia khawatir tentang sesuatu.

"Bhara, kamu gak ngomong 'cantik' ke semua perempuan yang kamu temui, kan?" tanya Natasya dengan tatapan penuh selidik.

Bhara menatap Natasya dengan tatapan bingung, lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Nggak, Bhala gak pelnah bilang gitu ke ciapapun, cuma mama yang cantik," jawab anak itu dengan polosnya.

Natasya tersenyum lega. Ia hanya khawatir jika anaknya itu memiliki bibit-bibit buaya darat dan memuji semua perempuan. Astaga, Natasya... Bhara hanya anak kecil yang belum mengerti apa-apa.

"Mama, Bhala juga cantik gak?" tanya anak itu.

Natasya tertawa, "haha... Astaga, bukan cantik, Bhara, tapi tam-pan. Cantik itu buat perempuan, kalau laki-laki itu tampan."

"Ooo..., begitu ya," gumam Bhara sambil menganggukkan kepalanya paham.

"Hai, Bhara!"

Suara seseorang membuat sepasang ibu dan anak itu menoleh. Mereka bisa melihat seorang laki-laki yang sangat mereka kenal berjalan ke arah mereka.

"Om Alan!"

Alan hanya tersenyum masam melihat Bhara yang selalu memanggilnya 'om'. Padahal ia sudah berkali-kali meminta anak itu untuk memanggilnya 'kakak', tapi Bhara tidak mau.

'Ternyata om Alan benar-benar paman kamu, Bhara,' batin Alan.

Anak manis itu segera bangkit dari pangkuan Natasya dan berlari ke arah Alan. Alan pun merentangkan tangannya untuk memeluk Bhara. Mereka berdua memang sudah akrab karena Alan sering ikut Natasya ke panti asuhan untuk mengunjunginya.

Hap!

Alan memeluk Bhara lalu mengangkat anak itu ke dalam gendongannya.

"Waah~ Bhara makin ndut ya sekarang, jadi tambah lucu deh," kata Alan.

"Bhala makin belat ya, Om?" tanya Bhara dengan polos.

Alan tertawa mendengarnya, "iya, Bhara makin berat. Tapi gak apa-apa, om masih kuat gendong Bhara kok."

Natasya berdiri dan menepuk debu yang menempel di celananya pelan, kemudian berjalan menghampiri sahabat serta anaknya itu.

"Tumben kamu ke sini gak bilang ke aku dulu," kata Natasya kepada Alan.

"Aku kan kangen sama Bhara, gak perlu repot-repot bilang sama kamu dulu, kan," jawab Alan.

Natasya cemberut mendengar jawaban Alan. Ia kan bertanya baik-baik, kenapa sahabatnya ini menjawab dengan perkataan yang sangat menyebalkan.

Alan terkekeh melihat Natasya yang mulai cemberut, "haha... Aku cuma bercanda kok, serius banget sih kamu."

"Bhara, mama kamu lucu banget ya kalau lagi ngambek," ucap Alan kepada anak dalam gendongannya itu.

Bhara tertawa melihat mamanya, "haha... Iya, mama lucu cekali, cepelti anak kecil aja."

"Hei, yang anak kecil itu kamu ya, bukan mama," kesal Natasya kepada Bhara.

Alan dan Bhara tertawa kencang mendengar ucapan kesal Natasya. Gadis itu merasa semakin kesal karena anak dan sahabatnya itu sangat kompak untuk merundungnya. Lama mereka tertawa, akhirnya berhenti juga.

"Om Alan, tulunin Bhala dong," pinta Bhara kepada Alan.

Laki-laki muda itu mengangguk, lalu menurunkan tubuh Bhara dengan hati-hati. Saat telapak kaki anak itu menyentuh tanah, ia langsung berlari dan memeluk Natasya. Ia mendongak untuk melihat wajah mamanya itu.

"Mama jangan ngambek lagi ya, Bhala cama om Alan cuma belcanda," ucap anak itu.

Hati Natasya luluh mendengar perkataan lembut anaknya. Benar-benar gentleman anak laki-lakinya ini, pikir Natasya. Gadis itu pun tersenyum, lalu sedikit menunduk untuk mengusap kepala anaknya.

"Iya, Sayang, mama udah gak ngambek lagi kok," kata Natasya.

Alan melihat interaksi Natasya dan Bhara dengan tatapan penuh arti. Ia tidak sampai hati untuk mengatakan kepada Natasya bahwa anak yang gadis itu ingin adopsi adalah anak kandung dari kakaknya sendiri. Hal itu pasti akan merusak kebahagiaan Natasya dan juga Bhara. Karena jika Natasya melawan Johnathan untuk mengambil hak asuh Bhara, tentu saja Johnathan yang akan menang karena pria itu adalah ayah kandung Bhara. Dan itu artinya Natasya akan benar-benar terpisah dengan Bhara.

"Al?" panggil Natasya saat melihat Alan melamun.

"Eh, iya, Sya? Kenapa?" tanya Alan.

"Kenapa melamun? Ayo kita ke dalam, ibu panti udah panggil kita buat ikut makan siang," ajak Natasya.

"Oh, kamu duluan aja. Aku gak ikut makan, tadi aku udah makan siang sama keluargaku," jawab Alan.

Natasya hanya menganggukkan kepalanya paham. Lalu, gadis itu menggandeng tangan kecil Bhara untuk masuk ke dalam rumah. Sementara itu, Alan terus menatap punggung Natasya dan Bhara dengan tatapan nanar.

...----------------...

Hai-hai...

Gimana nih?? Natasya melawan keluarga Adikusuma?

Menurut kalian gimana guyss? Komen ya... ♥

Terpopuler

Comments

Dewa Dewi

Dewa Dewi

😀😀😘😘

2024-02-17

0

Dewa Dewi

Dewa Dewi

good boy Bhara👍👍

2024-02-17

0

Sri Indayani Indah

Sri Indayani Indah

Natasya nikahin sama Jonathan ayah Bara aja thoor biar komplit punya ayah dan ibu

2023-12-18

0

lihat semua
Episodes
1 1 : Natasya
2 2 : Bhara
3 3 : Mama?!
4 4 : Fakta Mengejutkan
5 5 : Ke Kampus
6 6 : Kakek
7 7 : Berpisah
8 8 : Kecelakaan
9 9 : Donor Darah
10 10 : Johnathan
11 11 : Rencana Natasya
12 12 : Kerja Tambahan
13 13 : Haikal
14 14 : Kelelahan
15 15 : Permintaan Alan
16 16 : Hasil Tes DNA
17 17 : Keturunan Adikusuma
18 18 : Bermain
19 19 : Rencana Buruk
20 20 : Papa
21 21 : Berkas
22 22 : Kecewa
23 23 : Amarah
24 24 : Pertengkaran
25 25 : Buntu
26 26 : Kesepakatan
27 27 : Undangan
28 28 : Makan Malam
29 29 : Resmi
30 30 : Persidangan
31 31 : Tinggal Bersama
32 32 : Baikan
33 33 : Salah Paham
34 34 : Makam
35 35 : Komitmen
36 36 : Klarifikasi
37 37 : Keluarga Kecil
38 38 : Liburan Keluarga
39 39 : Sabrina
40 40 : Masa Lalu
41 41 : Pertemuan
42 42 : Penjelasan
43 43 : Kembali
44 44 : Cinta
45 45 : Kebenaran
46 46 : Gagal
47 47 : Ditangkap
48 48 : Malam Pilu
49 49 : Keberanian Mahasiswa Hukum
50 50 : Ada yang Aneh
51 Part 51 : Hampir
52 52 : Hakim Jujur?
53 53 : Vonis
54 54 : Berkumpul Lagi
55 55 : Omelan Istri
56 56 : Awal Ajaran Baru
57 57 : Menghilang
58 58 : Diculik
59 59 : Pencarian
60 60 : Perlawanan
61 61 : Upaya Kabur
62 62 : Belum Berakhir
63 63 : Terguncang
64 64 : Trauma
65 65 : Hari yang Suram
66 66 : Sidang (lagi)
67 67 : Pulang
68 68 : Tidak Baik-Baik Saja
69 69 : Kembali Normal
70 70 : Akhir
Episodes

Updated 70 Episodes

1
1 : Natasya
2
2 : Bhara
3
3 : Mama?!
4
4 : Fakta Mengejutkan
5
5 : Ke Kampus
6
6 : Kakek
7
7 : Berpisah
8
8 : Kecelakaan
9
9 : Donor Darah
10
10 : Johnathan
11
11 : Rencana Natasya
12
12 : Kerja Tambahan
13
13 : Haikal
14
14 : Kelelahan
15
15 : Permintaan Alan
16
16 : Hasil Tes DNA
17
17 : Keturunan Adikusuma
18
18 : Bermain
19
19 : Rencana Buruk
20
20 : Papa
21
21 : Berkas
22
22 : Kecewa
23
23 : Amarah
24
24 : Pertengkaran
25
25 : Buntu
26
26 : Kesepakatan
27
27 : Undangan
28
28 : Makan Malam
29
29 : Resmi
30
30 : Persidangan
31
31 : Tinggal Bersama
32
32 : Baikan
33
33 : Salah Paham
34
34 : Makam
35
35 : Komitmen
36
36 : Klarifikasi
37
37 : Keluarga Kecil
38
38 : Liburan Keluarga
39
39 : Sabrina
40
40 : Masa Lalu
41
41 : Pertemuan
42
42 : Penjelasan
43
43 : Kembali
44
44 : Cinta
45
45 : Kebenaran
46
46 : Gagal
47
47 : Ditangkap
48
48 : Malam Pilu
49
49 : Keberanian Mahasiswa Hukum
50
50 : Ada yang Aneh
51
Part 51 : Hampir
52
52 : Hakim Jujur?
53
53 : Vonis
54
54 : Berkumpul Lagi
55
55 : Omelan Istri
56
56 : Awal Ajaran Baru
57
57 : Menghilang
58
58 : Diculik
59
59 : Pencarian
60
60 : Perlawanan
61
61 : Upaya Kabur
62
62 : Belum Berakhir
63
63 : Terguncang
64
64 : Trauma
65
65 : Hari yang Suram
66
66 : Sidang (lagi)
67
67 : Pulang
68
68 : Tidak Baik-Baik Saja
69
69 : Kembali Normal
70
70 : Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!