15 : Permintaan Alan

Natasya baru saja menyelesaikan makan siangnya. Sebenarnya, tidak bisa disebut makan siang juga sih, karena hari sudah menjelang sore. Kini, Natasya kembali berbaring di kasur ruang kesehatan. Rencananya ia akan istirahat sebentar, sembari menunggu Alan yang tadi berjanji akan mengantarnya pulang. Sahabatnya itu masih berada di kelas untuk mengikuti jadwal kuliah terakhir pada hari itu. Sayang sekali, Natasya melewatkan jadwal kelas terakhir karena tubuhnya masih terlalu lemas.

Ketika sedang berbaring dan memejamkan matanya, samar-samar Natasya bisa mendengar langkah kaki seseorang mendekati dirinya. Ia mengira bahwa orang itu adalah Alan, maka dari itu ia pun langsung membuka matanya.

"Udah selesa--"

Natasya membelalakkan matanya terkejut ketika melihat bahwa orang yang berdiri di hadapannya bukanlah Alan, melainkan Haikal. Sama seperti sebelumnya, tatapan serta senyuman Haikal tampak mengerikan di mata Natasya. Ia pun langsung bangun dan duduk di atas kasurnya.

"Kak Haikal?! Ngapain kamu ke sini?!" sungut Natasya.

Amarah gadis itu memuncak saat melihat Haikal. Ia selalu teringat akan penghinaan yang dilontarkan oleh mahasiswa itu beberapa hari yang lalu.

"Aku cuma mau lihat kondisi kamu, Natasya," ucap Haikal dengan tenang.

Natasya berdecih, "cih, gak usah sok baik di depan aku. Aku gak sudi lihat wajah kamu."

Mendengar ucapan kasar Natasya, bukannya tersinggung, laki-laki itu malah tertawa kecil seolah sedang meremehkan Natasya.

"Natasya," panggil Haikal dengan suara rendah, "kamu susah banget ya buat didekati. Asal kamu tahu, sifatmu yang kayak gini justru bikin aku makin tertantang."

Natasya hanya bisa menatap laki-laki yang sedang berdiri di depannya itu dengan tatapan tidak percaya. Ia jengkel sekali dengan Haikal yang tidak pernah berhenti untuk mendekatinya walaupun sudah ia tolak berkali-kali.

"Udah gila kamu, Kak!" seru Natasya.

Haikal terkekeh pelan, "aku emang udah gila, dan kamu adalah penyebab aku gila."

Haikal melangkahkan kakinya perlahan agar semakin mendekat kepada Natasya. Hal itu membuat Natasya memundurkan tubuhnya dan bersikap waspada.

"J-jangan mendekat," ucap Natasya yang entah mengapa ia menjadi was-was sekarang.

Haikal menghentikan langkahnya, lalu menatap mata Natasya dalam-dalam.

"Natasya, kenapa kamu keras kepala?" kata Haikal dengan suara pelan.

"Lihat diri kamu sekarang? Kamu terlihat sangat, sangat menyedihkan," imbuh Haikal mencoba merayu Natasya, "kalau kamu mau menerima tawaranku, aku bisa kasih kamu banyak uang."

"Diam...," lirih Natasya dengan geram.

"Kamu gak lupa sama apa yang aku tawarin ke kamu waktu itu, kan, Natasya?" tanya Haikal.

"Diam...," geram Natasya dengan suara pelan.

"Tidur sama aku dan aku kasih kamu bayaran berapapun yang kamu minta."

"AKU BILANG DIAM!"

Srett!!

Buagh!!

Natasya sangat terkejut karena sesaat setelah ia berteriak, tiba-tiba ada yang menarik Haikal dan meninju wajahnya hingga laki-laki kurang ajar itu jatuh tersungkur.

"Alan?" gumam Natasya melihat Alan dengan wajah marahnya.

Ya, sahabat Natasya itulah yang tadi meninju wajah Haikal. Ia baru saja masuk ke ruang kesehatan untuk mengajak Natasya pulang. Tapi saat ia mendekati kasur Natasya, bertepatan dengan Haikal yang mengatakan sesuatu yang sangat menyulut emosinya.

Alan menarik kasar kerah kemeja Haikal membuat laki-laki itu berdiri.

"Berani-beraninya kamu ngomong kayak gitu sama Natasya?!" teriak Alan kepada Haikal.

Haikal tersenyum miring sambil menahan rasa sakit di rahangnya akibat pukulan Alan yang tidak main-main.

"Kenapa? Kamu gak terima? Hei, kamu ini cuma sahabatnya Natasya, jangan sok-sokan jadi pahlawan kesiangan buat dia," ejek Haikal kepada Alan.

Emosi Alan semakin meluap mendengar perkataan Haikal yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah. Ia sudah mengangkat tangannya yang mengepal bersiap untuk melayangkan pukulan kepada Haikal lagi. Namun, Natasya buru-buru turun dari kasur dan menahannya.

"Alan!" teriak Natasya sambil memegangi tangan sahabatnya.

Alan menoleh ke arah Natasya, sedangkan gadis itu menggelengkan kepala sambil menatapnya dengan tatapan memohon.

"Jangan diterusin lagi," lirih Natasya.

Alan menghela napas kasar, lalu menghempaskan tubuh Haikal membuat laki-laki itu terhuyung ke belakang.

"Cukup, Alan. Mending kita pulang aja," ucap Natasya dengan pelan.

Alan menatap nyalang Haikal, "dasar laki-laki gak tahu malu! Berani banget rendahin perempuan. Pengecut!"

Setelah puas menghardik Haikal, Alan pun pergi bersama Natasya meninggalkan ruang kesehatan. Sementara itu, Haikal hanya menatap kepergian mereka dengan geram. Natasya sangat sulit untuk didapatkan, dan Alan, sahabat gadis itu selalu melindunginya membuat Haikal semakin kesulitan untuk mendekati Natasya.

...----------------...

Malam hari di kediaman Adikusuma, seluruh anggota keluarga berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama. Mereka memiliki juru masak pribadi yang memasak untuk mereka sehari-hari. Hal ini karena Anjani yang harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengurus rumah sakit, sehingga ia tidak memiliki waktu untuk mengurus pekerjaan rumah tangga, bahkan untuk memasak sekalipun.

Untung saja, Hendry adalah suami yang pengertian. Ia tidak menuntut istrinya untuk meninggalkan karirnya demi mengurus pekerjaan rumah tangga. Lagipula, keluarga Adikusuma memiliki kekayaan yang melimpah, jadi mereka lebih memilih untuk mempekerjakan banyak asisten rumah tangga.

Acara makan malam ini berlangsung tenang seperti biasa. Mereka makan dalam diam, hanya ada suara sendok dan garpu yang berdentingan.

"Eum... Ayah," panggil Alan memulai pembicaraan membuat semua orang menoleh ke arahnya.

"Iya, ada apa, Al?" tanya Hendry.

Alan tampak berpikir sebelum mengutarakan isi pikirannya, "ayah gak ada pekerjaan tambahan lagi buat Natasya?"

Hendry mengernyitkan dahinya bingung, "kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Aku kasihan sama Natasya. Dia udah cari banyak banget pekerjaan tambahan biar bisa dapat uang yang banyak buat adopsi Bhara," lirih Alan.

Hendry menghela napas panjang, "ayah juga kasihan sama dia, Al. Tapi sebagai asisten dosen dan asisten pribadi ayah, dia sudah bekerja sangat banyak untuk ayah. Kalau ayah nambah pekerjaan dia lagi, itu namanya eksploitasi, dia bisa kelelahan."

"Tapi sekarang Natasya udah mengeksploitasi dirinya sendiri, Yah. Dia udah ambil banyak pekerjaan tambahan dari mana aja, tapi itu semua masih kurang katanya," keluh Alan.

"Ibu kemarin ketemu sama dia di rumah sakit. Kantung matanya tebal sekali, anak itu pasti kurang tidur," kata Anjani.

"Kenapa Natasya memaksakan diri? Harusnya dia tahu kalau banyak uang aja belum cukup buat adopsi seorang anak, kan?" ucap Johnathan bertanya-tanya.

"Natasya paham banget tentang itu, Kak John. Tapi dia keras kepala, dia tetap bakal ngelakuin segala cara buat adopsi Bhara," jawab Alan.

"Apa gak ada cara lain buat bantu Natasya, Yah?" tanya Alan kepada Hendry.

"Cara apa lagi, Alan?" ujar Hendry lelah dengan paksaan anak bungsunya, "kalau ayah bisa membantu Natasya, pasti sudah ayah lakukan. Tapi ayah hanya bisa membantunya sebatas ini saja."

"Eum.... Mungkin 'bicara' sama seseorang untuk mempermudah proses pengadopsian?" kata Alan dengan nada ragu.

"Maksud kamu menyuap orang dalam?" seru Hendry, "jangan bercanda, Alan. Ayah tidak akan pernah melakukan hal seperti itu."

Alan hanya menundukkan kepalanya lemas. Ia hanya berniat untuk membantu sahabatnya. Ia sudah tidak tahan melihat Natasya kelelahan setiap hari.

"Sayang," panggil Anjani kepada Alan, "ibu tahu niat kamu baik, tapi kemampuan kita untuk menolong Natasya hanya sebatas ini. Lebih baik kamu berdoa saja supaya Natasya diberi kemudahan oleh Tuhan dan berhasil untuk mengadopsi Bhara."

Alan hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan ibunya. Memang benar bahwa ia tidak bisa membantu apa-apa untuk Natasya, selain ikut mencari pekerjaan untuk gadis itu.

Johnathan yang duduk di sebelah Alan dan melihat adiknya murung itu, kemudian berinisiatif untuk menyemangatinya. Ia pun menepuk pelan bahu adiknya sambil tersenyum lembut.

"Yang penting kamu udah punya niat baik buat bantuin teman kamu itu. Kakak udah bangga banget sama kamu," ucap Johnathan.

Alan juga hanya membalasnya dengan tersenyum. Ia tidak merasa lega sama sekali sebelum benar-benar menemukan solusi untuk membantu Natasya. Sejak kejadian gadis itu pingsan tadi pagi, Alan semakin khawatir dengan kondisi sahabatnya itu.

...----------------...

Hai semuanya....

Kalian suka gak sama novel ini??

Kalau suka, tolong kasih like dong 😉

Tapi kalau menurut kalian novel ini ada atau banyak kurangnya, tolong kasih komentar dan sarannya 😊😊

Terpopuler

Comments

Frando Wijaya

Frando Wijaya

menang kenyataan kn? lo tuh pengecut 😏

2024-08-01

0

Itha Fitra

Itha Fitra

klu kluarga johnatan tau,bhw bhara tuh anak kandung ny john.gmn reaksi mreka ya..

2023-12-26

0

Lena Sari

Lena Sari

bagus kok Thor,semangat yaa

2023-12-12

1

lihat semua
Episodes
1 1 : Natasya
2 2 : Bhara
3 3 : Mama?!
4 4 : Fakta Mengejutkan
5 5 : Ke Kampus
6 6 : Kakek
7 7 : Berpisah
8 8 : Kecelakaan
9 9 : Donor Darah
10 10 : Johnathan
11 11 : Rencana Natasya
12 12 : Kerja Tambahan
13 13 : Haikal
14 14 : Kelelahan
15 15 : Permintaan Alan
16 16 : Hasil Tes DNA
17 17 : Keturunan Adikusuma
18 18 : Bermain
19 19 : Rencana Buruk
20 20 : Papa
21 21 : Berkas
22 22 : Kecewa
23 23 : Amarah
24 24 : Pertengkaran
25 25 : Buntu
26 26 : Kesepakatan
27 27 : Undangan
28 28 : Makan Malam
29 29 : Resmi
30 30 : Persidangan
31 31 : Tinggal Bersama
32 32 : Baikan
33 33 : Salah Paham
34 34 : Makam
35 35 : Komitmen
36 36 : Klarifikasi
37 37 : Keluarga Kecil
38 38 : Liburan Keluarga
39 39 : Sabrina
40 40 : Masa Lalu
41 41 : Pertemuan
42 42 : Penjelasan
43 43 : Kembali
44 44 : Cinta
45 45 : Kebenaran
46 46 : Gagal
47 47 : Ditangkap
48 48 : Malam Pilu
49 49 : Keberanian Mahasiswa Hukum
50 50 : Ada yang Aneh
51 Part 51 : Hampir
52 52 : Hakim Jujur?
53 53 : Vonis
54 54 : Berkumpul Lagi
55 55 : Omelan Istri
56 56 : Awal Ajaran Baru
57 57 : Menghilang
58 58 : Diculik
59 59 : Pencarian
60 60 : Perlawanan
61 61 : Upaya Kabur
62 62 : Belum Berakhir
63 63 : Terguncang
64 64 : Trauma
65 65 : Hari yang Suram
66 66 : Sidang (lagi)
67 67 : Pulang
68 68 : Tidak Baik-Baik Saja
69 69 : Kembali Normal
70 70 : Akhir
Episodes

Updated 70 Episodes

1
1 : Natasya
2
2 : Bhara
3
3 : Mama?!
4
4 : Fakta Mengejutkan
5
5 : Ke Kampus
6
6 : Kakek
7
7 : Berpisah
8
8 : Kecelakaan
9
9 : Donor Darah
10
10 : Johnathan
11
11 : Rencana Natasya
12
12 : Kerja Tambahan
13
13 : Haikal
14
14 : Kelelahan
15
15 : Permintaan Alan
16
16 : Hasil Tes DNA
17
17 : Keturunan Adikusuma
18
18 : Bermain
19
19 : Rencana Buruk
20
20 : Papa
21
21 : Berkas
22
22 : Kecewa
23
23 : Amarah
24
24 : Pertengkaran
25
25 : Buntu
26
26 : Kesepakatan
27
27 : Undangan
28
28 : Makan Malam
29
29 : Resmi
30
30 : Persidangan
31
31 : Tinggal Bersama
32
32 : Baikan
33
33 : Salah Paham
34
34 : Makam
35
35 : Komitmen
36
36 : Klarifikasi
37
37 : Keluarga Kecil
38
38 : Liburan Keluarga
39
39 : Sabrina
40
40 : Masa Lalu
41
41 : Pertemuan
42
42 : Penjelasan
43
43 : Kembali
44
44 : Cinta
45
45 : Kebenaran
46
46 : Gagal
47
47 : Ditangkap
48
48 : Malam Pilu
49
49 : Keberanian Mahasiswa Hukum
50
50 : Ada yang Aneh
51
Part 51 : Hampir
52
52 : Hakim Jujur?
53
53 : Vonis
54
54 : Berkumpul Lagi
55
55 : Omelan Istri
56
56 : Awal Ajaran Baru
57
57 : Menghilang
58
58 : Diculik
59
59 : Pencarian
60
60 : Perlawanan
61
61 : Upaya Kabur
62
62 : Belum Berakhir
63
63 : Terguncang
64
64 : Trauma
65
65 : Hari yang Suram
66
66 : Sidang (lagi)
67
67 : Pulang
68
68 : Tidak Baik-Baik Saja
69
69 : Kembali Normal
70
70 : Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!