Bau obat-obatan khas rumah sakit menyeruak di indra penciuman Natasya. Gadis itu sudah berlarian di sepanjang koridor rumah sakit, diikuti oleh Hendry di belakangnya. Sekarang fokusnya hanya tertuju pada ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), tempat dimana Bhara sudah berbaring tak berdaya.
Langkah kaki Natasya terhenti saat matanya menangkap sosok Bhara yang terbaring di atas salah satu brankar dengan tubuh yang bersimbah darah. Di sana juga ada dokter dan perawat yang sibuk menangani anak itu, beserta beberapa orang pengurus panti asuhan.
Tangisnya pecah begitu saja membuat beberapa orang di sana menoleh ke arahnya. Ia melangkahkan kakinya tergesa-gesa untuk mendekati Bhara.
"Astaga anakku...," lirih Natasya sambil terisak di samping Bhara.
Dokter dan perawat yang baru saja memberikan perawatan sementara pun pergi untuk mengurus beberapa keperluan.
Natasya mengulurkan tangannya yang bergetar untuk menyentuh dahi anak laki-laki itu. Ia tidak peduli jika tangannya terkena bercak darah dari Bhara. Orang-orang yang berada di sekelilingnya hanya bisa menatap iba kepada Natasya dan juga Bhara.
Tiba-tiba, Natasya menatap nyalang kepada ibu pemilik panti asuhan.
"Apa yang terjadi sama anakku?! Kalian bisa jaga Bhara apa tidak sih?! Bagaimana bisa kalian membiarkan anak sekecil ini berkeliaran di jalanan?!" seru Natasya sambil mendekati pemilik panti asuhan.
"Saya minta maaf atas kecerobohan pihak panti asuhan, Bu Natasya," ucap ibu panti, "sejak kemarin, Bhara memberontak ingin dipulangkan ke rumah Bu Natasya, tetapi kami berhasil mencegahnya."
Tangis Natasya semakin kencang mendengar perkataan dari ibu panti. Anak kecil itu ternyata masih bersikeras untuk menemuinya.
"Tadi siang, tanpa sepengetahuan kami, Bhara melarikan diri dari panti asuhan. Anak itu berniat untuk pergi sendiri ke rumah Mbak Natasya. Hingga saat ia berlari menyusuri jalan raya, kejadian naas itu terjadi," imbuh ibu panti.
Natasya menutup wajahnya menggunakan kedua tangan saat isak tangisnya semakin kencang. Hatinya begitu perih mendengar betapa menderitanya Bhara saat harus berpisah dengannya. Hendry yang kasihan dengan asistennya itu pun mengusap bahu Natasya untuk menenangkan gadis itu.
Tidak lama kemudian, seorang perawat menghampiri mereka, "mohon maaf, siapa wali dari adik Bhara?"
"Saya, suster," jawab ibu panti.
"Mohon maaf, Bu. Adik Bhara kehilangan cukup banyak darah, sehingga kami membutuhkan donor darah secepatnya. Tapi masalahnya adalah, golongan darah dari adik Bhara tergolong langka, yaitu AB-. Pihak rumah sakit sudah menghubungi beberapa kantor PMI di sekitar sini, namun tidak ada yang cocok," kata perawat itu.
"AB-? Bukannya darah dengan rhesus negatif sangat langka di Indonesia?" ucap Natasya tidak percaya, "apa harus benar-benar sama, suster? Apa tidak bisa diambilkan darah AB rhesus positif? Atau darah O?"
Perawat itu menggelengkan kepalanya, "tidak bisa, Bu. Darah dengan rhesus negatif tidak bisa menerima darah dari rhesus positif."
"Sedangkan untuk golongan darah O, walaupun secara teori, golongan darah itu merupakan donor universal dan bisa didonorkan ke semua golongan darah. Namun, pada praktiknya, donor darah seperti itu tidak disarankan," imbuh perawat tersebut.
"Tunggu, darah AB-?" tanya Hendry secara tiba-tiba.
Perawat itu terkejut melihat Hendry, "Oh, Pak Hendry?! Anda berada di sini?"
Hendry hanya mengangguk dan tersenyum, "setahu saya, Dokter Johnathan juga memiliki golongan darah yang langka, tapi saya lupa apa golongan darahnya. Bisa anda cek dulu?"
Perawat itu pun mengangguk, lalu pergi untuk memeriksa data golongan darah para dokter. Bagi yang bertanya-tanya, bagaimana perawat itu mengenal Hendry? Jawabannya adalah, karena rumah sakit itu milik istri Hendry. Tidak hanya itu, anak sulungnya juga bekerja sebagai dokter bedah di sini.
Kemudian, perawat itu terlihat membicarakan sesuatu dengan dokter yang menangani Bhara tadi. Mereka terlihat seperti sedang menyiapkan sesuatu. Setelah itu, perawat tersebut kembali menghampiri Natasya dan orang-orang yang mendampingi Bhara.
"Syukurlah, ternyata Dokter Johnathan memiliki golongan darah AB-," ucap perawat tersebut.
Semua orang menghela napas lega. Tidak lama kemudian, dokter tadi kembali ke brankar Bhara bersama dengan seorang dokter perempuan dan dokter laki-laki.
"Selamat sore," sapa dokter wanita itu, "Saya Dokter Anjani, direktur Rumah Sakit Medika Anjani."
"Saya mendengar ada pasien yang memerlukan golongan darah AB-," lanjut Anjani, "kebetulan anak saya, Dokter Johnathan memiliki golongan darah yang sama."
"Tolong lakukan apapun untuk menyelamatkan Bhara, Bu Anjani," pinta Natasya.
Natasya sudah cukup mengenal Anjani. Mereka juga sempat bertemu beberapa kali sebelumnya. Tapi, untuk anak sulung keluarga Adikusuma, yaitu Johnathan Adikusuma, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu.
"Kalau begitu, kita mulai proses donor darahnya," ucap dokter yang menangani Bhara.
Setelah itu, proses donor darah pun dilakukan. Mulai dari pengambilan darah Johnathan, pengujian lab, serta pendonoran darah pada tubuh Bhara. Beruntung anak malang itu hanya mengalami luka luar, sehingga hanya perlu dilakukan donor darah dan diberi beberapa jahitan. Tidak sampai dilakukan operasi. Meskipun begitu, kondisinya tidak bisa dibilang baik-baik saja. Sehingga, setelah penanganan Bhara selesai dilakukan, anak itu segera dipindahkan ke ruang ICU.
...----------------...
Di depan ruang ICU, ada Natasya, Hendry, Anjani, dan Johnathan. Sementara ibu panti asuhan sedang mengurusi administrasi rumah sakit.
"Terima kasih, Bu Anjani dan Dokter Johnathan, karena sudah menolong Bhara," ucap Natasya.
"Tidak apa-apa, Natasya. Itu sudah menjadi tugas kami sebagai dokter," kata Anjani.
"Iya, Natasya. Sudah seharusnya saya memberikan darah saya untuk seseorang yang sedang membutuhkan," balas Johnathan sambil tersenyum lembut.
"Tapi, bagaimana bisa Dokter Johnathan memiliki golongan darah AB-? Bukankah itu sangat ajaib?" tanya Natasya kagum.
Johnathan tersenyum, "mungkin karena kakek saya adalah orang Amerika yang memiliki darah dengan rhesus negatif? Bukan begitu, Ayah?"
"Benar," jawab Hendry, "ayah saya orang Amerika, Natasya. Golongan darah saya adalah B-, sedangkan golongan darah istri saya adalah A+. Itulah yang menyebabkan Johnathan bisa mendapatkan golongan darah AB-."
Mata Natasya membelalak, "hah? Bukankah perbedaan rhesus antara ibu dan anak sangat berbahaya? Setahu saya, kalau ibu dengan rhesus positif mengandung bayi dengan rhesus negatif, atau sebaliknya, bisa berbahaya untuk bayi."
Johnathan tertawa kecil, "kamu ternyata punya banyak pengetahuan tentang medis ya, Natasya."
Telinga Natasya memerah malu mendengar pujian dari dokter muda itu.
"Memang berbahaya, Natasya," kata Anjani, "tapi kalau untuk anak pertama masih aman. Dulu waktu Johnathan lahir, ia memiliki penyakit kuning, dan untungnya masih bisa diselamatkan. Tapi, kalau untuk kehamilan kedua dan seterusnya sudah sangat berbahaya. Beruntung, Alan memiliki golongan darah sama seperti saya, yaitu A+."
Natasya hanya manggut-manggut mengerti.
"Lalu, bagaimana dengan Bhara, ya? Darimana dia mendapatkan golongan darah langka seperti itu?" gumam Natasya.
Ucapan Natasya membuat semua orang juga ikut berpikir. Golongan darah rhesus negatif dominan dimiliki oleh orang Amerika dan Eropa, sedangkan untuk orang Asia dan Afrika dominan memiliki golongan darah rhesus positif. Apalagi golongan darah AB-, hanya beberapa persen populasi di Indonesia yang memiliki golongan darah tersebut.
"Oh iya, kata Alan, kamu sempat merawat Bhara selama satu minggu di rumah kamu," ujar Anjani.
Natasya mengangguk pelan, lalu berujar lirih, "iya, dia sempat tinggal bersama saya untuk waktu yang singkat."
Anjani menatap Natasya iba, "Natasya, jujur saya sangat kagum dengan kamu. Di saat ada banyak sekali ibu di luar sana yang tidak menyayangi anaknya, kamu justru menyayangi seorang anak yang tidak memiliki hubungan darah dengan kamu."
Natasya tersenyum kecut, "saya juga tidak tahu, Bu Anjani. Entah kenapa, saya sangat menyayangi anak itu, seolah dia adalah anak saya sendiri."
Anjani tersenyum lembut, "itulah yang dinamakan insting seorang ibu, Natasya."
Sebenarnya, Natasya juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Ia tidak paham kenapa tiba-tiba ia merasa sangat menyayangi Bhara yang jelas-jelas hanyalah orang asing baginya.
...----------------...
Halo semuanya...
Di chapter ini, kita belajar tentang golongan darah ya... xixixi ♥♥
Mungkin dari kalian ada yang lebih mengerti tentang golongan darah. Kalau ada yang salah dari ceritaku, tolong sampaikan ya... Biar aku benahi
Terima kasih ♥♥
Selamat membaca 😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Dewa Dewi
😭😭😭😭😭😭😭
2024-02-17
0
Ipti Rokhah
sama aku juga a+
2023-12-16
0
sherly
terlalu muda visual Anjani istri pak hendry
2023-12-10
0