Victor sudah menarik tangan Bianca. "KAMU NGGAK BOLEH PERGI. KALAU KAMU PERGI, NANTI KITA TINGGAL DI MANA? KAKEKMU JUGA AKAN MEMECAT PAPA DARI KANTORNYA."
"Nanti papa bisa kerja di proyekku, pa. Ingat, aku sudah mendapatkan dana. Aku akan segera mendapatkan proyek, pa," bantah Bianca.
"Gimana caranya kamu mendapatkan proyek itu kalau kakekmu akan menghambat kamu? Ingat, dia punya koneksi di mana-mana, tahu!"
Bianca terdiam dia mengamini perkataan Victor itu karena Robert memang memiliki pengaruh yang sangat luas.
Victor mengeram dan berkata, "kamu ingat dengan Pak Suharso, kan? Ingat, kan?"
"Suharso yang mana, pa?"
"Itu salah satu asistennya, kakek kamu. Dia pernah marah-marah pada kakekmu saat dia dipecat. Kemudian dia berusaha mencari proyek di dinas-dinas dan kementerian tapi kakek terus menghambatnya sehingga dia tidak pernah mendapatkan proyek hingga akhirnya duitnya habis tanpa dia bisa mendapatkan proyek apa pun. Apa kamu mau seperti itu?"
Bianca teringat akan cerita itu. Tentang Soeharso yang dihambat terus oleh Robert hingga akhirnya uang hasil korupsi Suharso di perusahaannya Robert habis dan dia tidak bisa mendapatkan proyek yang dia inginkan karena Robert terus menghambatnya.
Melihat ekspresi wajah Bianca yang terlihat khawatir itu, Victor langsung tertawa-tawa. "Hahaha. Kamu masih ingat cerita itu, kan? Nah, kamu itu diancam oleh kakekmu akan dibegitukan, akan di-Soeharso-kan kalau kamu berani keluar dari rumah ini. Berani, kamu!"
"Gak, sih, pa. Tapi, aku tidak bisa, pah. Aku tidak bisa menikah dengan Benjamin. Tidak bisa."
"Itu demi masa depan kamu, Bianca kamu akan dapat banyak proyek bahkan bisa masuk dalam mega proyek kakekmu kalau kamu memilih untuk meninggalkan suami keremu ini!" Victor menunjuk ke arah Kevin.
"Jangan bilang begitu tentang dia, pa. Walau bagaimanapun, dia adalah menantumu dan dia adalah suamiku." Bianca kembali memegang tangan Kevin.
Bianca ingin menunjukkan dukungannya kepada Kevin di tengah-tengah cercaan yang dilakukan keluarganya Bianca kepada Kevin.
Kevin memberikan senyumannya. Senyuman yang membuat Bianca menjadi lebih tenang, lebih kuat menghadapi ancaman-ancaman dari keluarga besarnya.
Karena itu, Bianca langsung masuk ke dalam mobilnya bersama Kevin yang duduk di sebelahnya. "Pa, ma, ayo ikut aku. Kita akan cari rumah baru karena kita tidak perlu rumah yang sebenarnya sudah jadi milikku, rumah pemberian Nenek Ruth itu, kalau memang kakek Robert ingin mengambilnya."
"Tapi ingat, Bianca. Kalau sampai kakekmu mengambil rumah itu, maka pihak bank akan mempersoalkan kredit yang mereka berikan kepadamu itu, lalu bagaimana caranya kita mendapatkan rumah baru? Bagaimana cara kamu membayar angsuran itu kalau kamu tidak bisa mendapatkan proyek?" Victor melotot.
"Kita akan pikirkan nanti, pa. Yang penting, sekarang ikut aku, pa. Kita harus segera mencari rumah baru."
"Kami tidak akan ikut kamu! Kami akan berusaha untuk membujuk kakekmu supaya tidak mengusir papa dari kantor dan tidak mengusir kita semua dari rumah itu." Setelah berkata seperti itu, Victor kembali masuk ke dalam rumah dengan diikuti oleh Merry.
Setelah Victor dan Merry melangkah masuk ke dalam rumah, Bianca masih tetap menatap ke arah punggung kedua orang tuanya itu.
Kevin bisa melihat kegundahan hati Bianca. Karena itu, dia menyentuh bahu Bianca. "Sudahlah, Bianca. Sekarang mari kita cari rumah baru. Kita harus bertindak cepat karena nampaknya kakekmu memang ingin mengusir kamu dari rumah itu."
"Aku memikirkan soal agunan itu. Bagaimana kalau sertifikatnya ditarik kakek terus pihak bank meminta aku mengembalikan uang itu?"
"Aku yakin kalau pihak bank tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula, sertifikat itu sudah terlanjur masuk ke dalam bank untuk menjadi agunan. Pihak bank sudah mengeluarkan uang mereka, mereka pasti tidak akan mau kalau ada orang lain yang mengambil sertifikat itu, apalagi sertifikat itu atas nama kamu. Iya kan?"
"Iya sih. Sertifikat itu atas namaku tetapi kakekku memiliki banyak koneksi. Bisa saja dia menggunakan koneksi itu untuk membuat kreditku itu gagal. Iya kan?"
"Tidak bisa, Bianca. Aku tahu bagaimana cara kerja pihak bank. Mereka tidak akan mau memberikan sertifikat yang sudah masuk ke tangan mereka kecuali kalau kakekmu membayar uang angsuran itu dan itu sesuatu yang tidak mungkin, karena kamu kan mengambil uang 50 miliar, berkali-kali lipat dari harga rumah yang kamu agunkan itu. Iya kan?"
"Iya juga, sih. Oke. Kalau begitu, aku memang bisa menyelamatkan uang ini. Tapi ... lalu bagaimana cara aku mengangsur kalau kakekku menggunakan kuasanya supaya aku tidak bisa mendapatkan lelang proyek-proyek yang aku aku ikuti?"
"Kamu jangan dulu pesimis dulu, Bianca. Sehebat-hebatnya kakekmu itu, belum tentu dia bisa memiliki koneksi di semua jaringan. Jadi kalau besok kamu ingin mengikuti lelang proyek, ikutlah dulu. Siapa tahu kita bisa menang, siapa tahu kakekmu tidak memiliki koneksi di sana."
Bianca mengangguk. "Ya. Kita harus mencoba. Kita harus mencobanya. Kamu benar, kita jangan dulu pesimis, aku akan mencoba besok."
Kevin mengangguk. Dia biarkan Bianca mengemudikan mobil untuk keluar dari rumahnya Robert ini. Kevin memilih untuk melakukan chat dengan Lukas meminta Lukas untuk melancarkan lelang proyek yang akan diikuti oleh Bianca pada besok harinya.
Lukas berjanji untuk melakukan segala daya upaya menggunakan pengaruh dari keluarga Randall, pemilik Gregorius Group supaya Bianca bisa mendapatkan proyek pada besok harinya.
Lukas juga memberikan info tentang sebuah rumah mewah yang sudah dia beli untuk Kevin yang siap untuk digunakan pada saat ini juga.
Karena itu, Kevin langsung berkata pada Bianca, "aku sudah menemukan rumah untuk kita tinggali, Bianca."
"Hah? Bagaimana caranya? Apa kamu bercanda?"
"Aku tidak bercanda, Bianca. Kebetulan rumah ini adalah rumah milik temanku dan dia sedang berada di luar negeri. Saat aku bilang kalau aku ingin memakai rumahnya, maka dia bilang boleh. Aku boleh memakai rumah itu, bahkan rumah itu sudah menjadi milikku."
"Hah? Kok bisa?"
"Oh itu karena temanku itu pernah berhutang nyawa kepadaku dan sebenarnya sejak kemarin dia sudah bilang dia ingin memberikan rumah kepadaku tapi aku menolaknya karena aku tidak ingin berpisah denganmu. Sekarang karena kamu diusir kakekmu dari rumahmu itu, maka aku menerima pemberian temanku itu."
"Baguslah. Biarlah kita tinggal di situ untuk sementara. Aku mau berusaha membawa orang tuaku ke situ tapi kemungkinan mereka tidak mau." Bianca berpikir rumah yang diberikan temannya Kevin kepada Kevin itu pasti rumah kecil, mungkin rumah yang sangat sederhana.
"Sekarang kita ke rumahku dulu, aku ingin mengambil barang-barangku yang penting. Setelah itu, barang-barang lainnya akan kita pindahkan lewat jasa pemindah barang."
"Begitu juga baik. Oke."
Setelah itu, Kevin dan Bianca kembali menuju rumahnya Bianca. Bianca sudah rela meninggalkan rumah ini hanya saja sesampainya Bianca di rumah Bianca itu, Kevin melihat beberapa orang sudah menunggu di depan rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Sukliang
lanjutttttt thor
2023-07-25
0
Imam Sutoto Suro
buseeet keren thor lanjutkan
2023-06-30
0