Pagi itu Viki mendapat kabar kalau Pak Rahul akan melakukan perjalan bisnis ke luar kota, Viki menyuruh salah satu orang kepercayaannya untuk menyabotase mobil yang akan dipakai oleh Pak Rahul.
📞"Pokoknya rencana ini harus berhasil dan jangan sampai gagal, kamu pun harus melakukannya dengan bersih jangan sampai ada sidik jari. Buat tua Bangka itu meninggal seolah-olah karena kecelakaan," seru Viki.
Orang di seberang sana tampak mengerti dan akan melakukan apa yang sudah diperintahkan oleh Viki.
Viki memutuskan sambungan teleponnya dan Viki menyunggingkan senyumannya.
"Akhirnya, sebentar lagi aku akan menjadi seorang konglomerat," gumam Viki.
Orang suruhan Viki pun segera menjalankan aksinya, dia tampak celingukan di saat suasana terasa aman, dia pun menyabotase mobil Papa Rahul dan membuat remnya blong.
"Selesai juga, akhirnya sebentar lagi aku akan mendapatkan bayaran besar dari Bos Viki," batin orang itu.
Sementara itu Papa Rahul sudah beberapa kali mencoba menghubungi Kiran tapi ponselnya sama sekali tidak aktif.
"Kiran ke mana, kenapa ponselnya selalu mati?" gumam Papa Rahul.
Papa Rahul hendak berpamitan kepada Kiran, karena Papa Rahul memang selalu berpamitan kepada putrinya itu.
"Tuan, apa kita berangkat sekarang?" tanya sopir.
"Ah iya, kita berangkat sekarang saja soalnya aku harus segera ke Bandara," sahut Papa Rahul.
Papa Rahul menyimpan ponselnya ke dalam kantong celananya, setelah itu dia pun segera masuk ke dalam mobilnya.
Awal perjalanan, terlihat baik-baik saja hingga beberapa saat kemudian saat mobil Papa Rahul masuk ke dalam jalan tol, kondisi mobil sudah tidak baik-baik saja bahkan sang sopir pun sudah terlihat panik.
"Tuan, rem mobilnya blong," seru sang sopir panik.
"Apa? kok bisa? memangnya sebelum berangkat kamu tidak memeriksanya terlebih dahulu?" seru Papa Rahul panik juga.
"Sudah Tuan, dan mobil dalam keadaan baik-baik saja. Tapi tidak tahu kenapa, tiba-tiba saja sekarang remnya blong."
"Terus bagaimana ini? apa kamu tidak bisa menghentikan mobilnya!" sentak Papa Rahul.
Mobil Papa Rahul keluar dari jalan tol, hingga di saat yang bersamaan sebuah mobil truk berhenti dan sang sopir tidak bisa mengelak lagi dan akhirnya tabrakan pun tak bisa terhindarkan lagi.
"Awaaaaaaas!" teriak Papa Rahul.
Bruaaaakkkk....
Mobil Papa Rahul terpental ke sisi kiri dan meloncat ke dalam aliran sungai yang arusnya begitu sangat deras. Seketika semua orang berkumpul, dan polisi pun sudah tiba di TKP.
Deg....
Jantung Kiran tiba-tiba berdetak tak karuan. "Ya Allah, kenapa perasaanku tiba-tiba saja tidak enak," batin Kiran.
Kiran benar-benar sangat was-was, dia sangat khawatir kepada Papanya.
"Ya Allah, lindungilah Papaku, mudah-mudahan Papa baik-baik saja," batin Kiran.
Seketika kabar kecelakaan yang menimpa pengusaha sukses dan kaya itu langsung menyebar di seluruh Indonesia, banyak yang menduga kalau Papa Rahul sudah meninggal dan tak terselamatkan lagi padahal Polisi belum mengumumkan mengenai kepastian berita itu.
Polisi belum bisa mencari keberadaan mobil Papa Rahul karena kondisi arus sungai yang sangat deras dan akan membahayakan mereka jadi mereka memutuskan untuk menunggu sampai arusnya tidak deras.
***
Malam pun tiba...
Tubuh Kiran sudah sangat lemas, karena dari tadi pagi dia sama sekali belum makan. Tiba-tiba pintu gudang itu terbuka, Viki masuk bersama Ishika.
"Bangun," seru Viki.
Kiran mulai membuka matanya dan dilihatnya Viki datang bersama selingkuhannya lagi dan itu membuat Kiran semakin membenci Viki.
"Ceraikan aku sekarang juga dan biarkan aku pergi dari neraka ini," seru Kiran dengan geramnya.
"Baiklah, aku akan menceraikanmu lagipula siapa juga yang mau berlama-lama menikah dengan wanita buruk rupa sepertimu," sahut Viki.
"Sungguh di sayangkan, padahal kamu mempunyai orangtua yang sangat kaya tapi kamu tidak memanfaatkannya dengan mempercantik diri, kamu membiarkan wajah kamu yang mengerikan itu memangnya kamu pikir di zaman modern seperti ini akan ada pria yang mencintaimu dengan tulus, jangan mimpi yang ada wanita cantik dan seksi yang akan bisa menaklukan semua pria," seru Ishika dengan senyumannya.
Kiran semakin geram dengan dua orang yang saat ini berada di hadapannya, ingin sekali rasanya Kiran membunuh kedua manusia iblis itu.
"Sekarang juga kamu harus menandatangani surat ini, baru setelah itu aku akan mengabulkan permintaanmu untuk bercerai," seru Viki dengan menyerahkan selembar kertas kepada Kiran.
Kiran mulai membaca isi surat itu, tangan Kiran mulai bergetar ternyata isinya adalah bahwa semua harta kekayaan atas nama Kiran akan di pindah kuasakan kepada Viki.
"Brengsek kamu Mas, aku tidak mau menandatangani surat ini. Kalau sampai Papa tahu, habis riwayat kalian semua!" bentak Kiran.
Seketika tawa Viki dan Ishika pecah, Viki merogoh ponselnya dari dalam kantong celananya kemudian memutar video yang saat ini sedang viral mengenai kecelakaan yang menimpa Papanya.
Viki memperlihatkan video itu, dan betapa terkejutnya Kiran melihat berita mengenai Papanya. Tidak terasa, airmata Kiran kembali mengalir di pipinya lalu menatap tajam ke arah Viki.
"Apa yang sudah kamu lakukan kepada Papaku, Mas?" teriak Kiran.
"Jangan teriak-teriak, aku tidak budeg. Dari awal aku kan, sudah memperingatkan kamu
jangan sepelekan ancaman aku karena aku tidak pernah main-main dengan ucapanku," sahut Viki.
"Kalian benar-benar orang jahat."
"Sudahlah jangan banyak bicara, cepat tanda tangani surat ini."
"Tidak, sampai kapan pun aku tidak akan menandatanganinya!" sentak Kiran dengan deraian airmata.
Ishika menjambak rambut Kiran dengan sangat kencang membuat Kiran meringis kesakitan.
"Kamu itu tidak bisa diperlakukan dengan baik-baik ternyata, cepat tanda tangani surat ini!" bentak Ishika.
"Lebih baik kalian bunuh saja aku karena sampai kapan pun aku tidak akan menandatanganinya!" tegas Kiran.
Ishika emosi, dia membenturkan kepala Kiran ke dinding membuat Kiran seketika pingsan tidak sadarkan diri.
"Astaga, kamu sabar dulu sayang, dia kan jadi pingsan," seru Viki.
"Habisnya aku sangat emosi sayang, dia begitu sangat keras kepala," sahut Ishika.
"Ya sudah, sekarang kita biarkan dulu dia sampai besok, kalau besok dia masih tidak mau menandatanganinya, kita baru melakukan hal yang keras kepada dia."
Viki dan Ishika pun memutuskan untuk keluar dari gudang itu meninggalkan Kiran yang saat ini pingsan.
Beberapa jam kemudian, saat ini waktu menunjukan pukul 23.00 malam dan Kiran mulai menggerakkan tubuhnya. Kiran meringis kesakitan, karena kepalanya begitu sangat pusing akibat benturan yang dilakukan oleh Ishika.
Kiran mulai mengumpulkan kesadarannya, hingga beberapa saat kemudian Kiran melihat kalau kunci gudang dan beberapa kunci lainnya tergantung di lubang kunci pintu, ternyata tadi Viki dan Ishika lupa membawa kuncinya itu.
"Ya Allah, ternyata Engkau masih menyayangiku. Malam ini juga aku harus bisa kabur dari rumah ini," batin Kiran.
Seulas senyum tersungging di bibir Kiran, dia bertekad kalau malam ini dia harus bisa kabur dan pergi jauh dari rumah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Simba Berry
jangan kaburlah kiran..kenapa tdk pamitan saja seperti kemarin.kamukan anak baik.ha..ha..ha..ha.
2025-01-27
1
🌸so0bin🌸
ayooo kiran jangan lemah kabur dan balas perbuatan mereka semua
2023-11-19
1
🍾⃝ͩᴢᷞᴜᷰɴᷡɪᷧᴀకꫝ 🎸🎻ଓε🅠🅛⒋ⷨ͢⚤
kabur ja kiran lalu balas mereka
2023-09-19
1