Episode 3 DESI

Sesampainya di rumah, semua keluarga Viki tampak mengacuhkan Kiran.

"Kamar kamu ada di belakang, berdampingan dengan kamar pembantu," seru Mama Sasmita.

"Apa? kenapa aku tidur di belakang?" tanya Kiran.

Mama Sasmita menjambak rambut Kiran membuat Kiran meringis kesakitan.

"Memangnya kamu mau tidur di mana? kamu pikir kamu akan tidur satu kamar dengan Viki? jangan mimpi!" sentak Mama Sasmita dengan menghempaskan tubuh Kiran.

"Aku tidak sudi satu tempat tidur dengan wanita buruk rupa sepertimu, bisa-bisa aku mimpi buruk setiap hari," ketus Viki.

"Pokoknya jangan keluar kamar, jangan membuat penghuni rumah ini kaget dengan wajah mengerikan yang kamu punya!" sentak Mama Sasmita.

Semua orang pun langsung masuk ke kamar masing-masing, Kiran perlahan bangkit dan melangkahkan kakinya menuju belakang di mana kamarnya berada.

Bahkan pembantu di rumah itu pun memperlihatkan tatapan sinisnya kepada Kiran. Kiran menggeret kopernya dan masuk ke sebuah kamar kecil yang berisi satu kasur single dan lemari kecil.

"Ya Allah, kenapa hidupku seperti ini?" gumam Kiran dengan deraian airmatanya.

Seumur hidupnya, Kiran diperlakukan layaknya tuan putri. Papanya tidak pernah membentak atau pun bersikap kasar kepadanya, tapi keluarga Viki berani sekali memperlakukan Kiran sekasar itu.

Baru saja Kiran ingin merebahkan tubuhnya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok pembantu di rumah itu.

"Siapa suruh kamu berleha-leha? bantu aku mencuci piring," sinis Bi Ida.

"Cuci piring? aku ini istri majikan mu, kenapa aku harus mencuci piring?" tanya Kiran.

"Berani sekali kamu melawanku, aku ini sudah lama bekerja di sini dan Nyonya Sasmita meminta aku untuk menyuruh kamu membantu pekerjaanku di dapur jadi sekarang tidak ada bantahan lagi, kamu harus cuci piring," ketus Bi Ida.

Kiran pun akhirnya dengan terpaksa mengikuti perintah pembantu di rumah Viki, Kiran tampak terdiam di hadapan tumpukan piring-piring kotor itu. Selama dia hidup, dia belum pernah mencuci piring dan dia tidak tahu bagaimana caranya mencuci piring.

"Kenapa kamu diam? ayo kerjakan!" bentak Bi Ida.

"Bagaimana caranya? aku tidak bisa," sahut Kiran.

"Astaga, hidup kamu tidak berguna sekali masa cuci piring saja kamu tidak bisa? jadi selama ini kamu ngapain aja di rumah?" ketus Bi Ida.

"Aku mempunyai puluhan ART, jadi buat apa aku bekerja lagi."

"Dasar wanita sombong, cepetan cuci piring-piring kotor itu karena kalau sampai Nyonya Sasmita tahu piring-piring belum di cuci, dia bisa marah besar."

Akhirnya Kiran pun mau tidak mau melakukan pekerjaan yang selama ini belum pernah dia lakukan sama sekali. Kiran sangat kesusahan, hingga tidak lama kemudian Kiran pun memecahkan piring-piring yang dia cuci karena tangannya licin dengan sabun.

"Astaga, Nyonya Sasmita pasti akan marah besar apalagi piring-piring itu adalah piring kesayangan Nyonya Sasmita," seru Bi Ida panik.

Nyonya Sasmita datang karena mendengar suara benda pecah.

"Ada apa ini?" tanya Mama Sasmita.

"Nyonya, lihatlah dia memecahkan semua piring-piring kesayangan Nyonya," adu Bi Ida.

"Apa?"

Mama Sasmita membelalakkan matanya, memang benar itu adalah piring kesayangannya dan Mama Sasmita juga sudah susah-susah memesan piring itu khusus ke tokonya.

Dengan amarah yang memuncak, Mama Sasmita pun menjambak rambut Kiran.

"Aw, lepaskan Ma. Sakit."

"Berani sekali kamu memecahkan piring-piring kesayanganku, kamu tahu aku itu khusus pesan piring itu dan piring-piring itu tidak ada yang punya tapi sekarang kamu malah memecahkannya, kurang ajar sekali kamu!" bentak Mama Sasmita.

Mama Sasmita menghempaskan tubuh Kiran ke lantai dan tangan Kiran tidak sengaja mengenai pecahan piring itu sehingga tangannya berdarah.

"Aw."

"Kamu harus membayar mahal atas apa yang sudah kamu lakukan ini!" bentak Mama Sasmita.

Viki datang menghampiri. "Astaga, ada apa sih? berisik sekali, aku ingin istirahat," geram Viki.

"Viki, lihatlah wanita buruk rupa itu sudah memecahkan piring-piring kesayangan Mama dan piring itu tidak ada di pasaran karena Mama pesan khusus ke tokonya," kesal Mama Sasmita.

"Ya ampun, baru tinggal beberapa menit saja di rumah ini kamu sudah membuat masalah, apalagi kalau kamu tinggal lama bisa-bisa rumah ini hancur!" sentak Viki.

"Aku bisa mengganti piring-piring itu Mas, nanti aku tinggal hubungi tokonya dan biar aku yang bayar semuanya," sahut Kiran lembut.

Viki mencengkram wajah Kiran. "Jangan karena kamu anak orang kaya, kamu bisa melakukan seenaknya. Di rumahmu, kamu memang diperlakukan layaknya Tuan putri tapi di sini kamu harus melakukan apa yang kami suruh, mengerti!" bentak Viki.

"Bi Ida, jangan kamu bantu dia biarkan dia sendiri yang membersihkan sisa-sisa pecahan piring itu," seru Mama Sasmita.

"Baik, Nyonya."

Mama Sasmita, Viki, dan Bi Ida pun pergi, Kiran kembali meneteskan airmatanya sungguh perlakukan mereka sudah sangat keterlaluan.

Kiran terpaksa membersihkan pecahan piring itu, bahkan darah yang ada di tangannya terus saja menetes dan rasanya sungguh sangat perih.

"Pa, Kiran ingin pulang," batin Kiran dengan deraian airmatanya.

Kiran melihat ada kain untuk mengeringkan piring, dia pun membalut tangannya dengan kain itu supaya darahnya berhenti menetes.

Setelah selesai membereskan pecahan piring itu, Kiran pun kembali ke kamarnya. Untung saja obat-obatan selalu Kiran bawa ke mana-mana, selain obat untuk mengobati luka di wajahnya, Kiran juga selalu bawa kotak obat-obatan lainnya.

Kiran menyiram tangan yang terluka itu dengan cairan alkohol, Kiran sampai menggigit bantal saking perihnya.

"Ya Allah, sakit banget," batinnya.

Airmatanya tidak berhenti mengalir di pipinya, Kiran pun menutup lukanya dengan perban. Setelah selesai, Kiran mulai merebahkan tubuhnya di atas kasur single yang kecil itu. Kiran adalah putri seorang konglomerat, dia biasa hidup dengan bergelimpangan harta bahkan setiap kebutuhannya ada yang mengurus, tapi sekarang Kiran harus melakukan pekerjaan yang sama sekali tidak pernah Kiran lakukan seumur hidup Kiran.

"Pa, Kiran gak kuat tinggal di sini. Baru beberapa jam saja Kiran sudah gak kuat, bagaimana kalau Kiran harus tinggal selamanya di sini, bisa-bisa Kiran mati," gumam Kiran dengan deraian airmatanya.

Kiran tidak pernah bersosialisasi dengan orang-orang karena Kiran merasa malu dengan wajahnya yang buruk itu, tapi di saat Papanya ingin menjodohkan Kiran dengan Viki, Kiran begitu sangat bahagia apalagi Viki seorang pria yang tampan.

Tapi keputusan Kiran untuk menikah dengan Viki ternyata sangat salah, karena Kiran bukannya bahagia justru Kiran menderita.

"Mama, Kiran sangat merindukan Mama, kenapa waktu itu Mama tidak sekalian bawa Kiran? mungkin Kiran akan bahagia bersama Mama," gumam Kiran.

Perlahan mata Kiran mulai sayu, saking lelahnya menangis membuat Kiran merasa ngantuk. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Kiran pun terlelap menuju alam mimpinya dan Kiran juga berharap dalam hatinya, semoga ini semua hanyalah mimpi.

Terpopuler

Comments

🌸so0bin🌸

🌸so0bin🌸

Semoga kamu kuat kiran...dan ingat mereka semua harus menerima balasan apa yg sudah mereka perbuat

2023-11-19

1

𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe

𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe

Itu nyata, dan semoga kau kuat menjalani nya. Jangan kalah, balas mereka dan kamu layak untuk bahagia Kiran

2023-09-19

1

༅⃟⚜️🅺🅴🅸ʷᵃʳᵃˢ✅

༅⃟⚜️🅺🅴🅸ʷᵃʳᵃˢ✅

Kamu harus jadi wanita yang kuat, balas perlakuan mereka dg cantik. Agar mereka menyesal

2023-09-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!